Ngelmu.co – Pada tahun 2010, Presiden Prancis–saat itu–Nicolas Sarkozy, mengadakan kunjungan singkat ke Turki, hanya enam jam. Dalam kunjungan itu, ia, menolak datang sebagai seorang Presiden Prancis.
Sarkozy, lebih memilih untuk berkunjung sebagai seorang ketua organisasi, tepatnya Prancis, merupakan negara ketua G-20 saat itu, dan Turki adalah anggotanya.
Masyarakat Turki dan kaum muslimin, secara umum tidak terima terhadap intimidasi dan perlakuan pemerintahan Sarkozy, terhadap Muslim di Prancis.
Lalu, Perdana Menteri (PM) Turki kala itu, Recep Tayyip Erdogan, memberi pelajaran baik.
Bagaimana cara berhubungan dengan negara besar, dengan memberikan hadiah atau kado.
Kenang-kenangan yang mengambarkan kebesaran Turki, dari negaranya, Prancis, dan hadiah ini membuat Sarkozy, nyaris tak bisa berkata-kata.
Hadiah kenang-kenangan apa yang Erdogan, beri kepada Sarkozy?
Hanya sebuah surat yang ia ambil, dari arsip-arsip Turki Utsmani.
Surat balasan Sultan Turki Utsmani kala itu, Sulaiman Al-Qonuni, kepada Raja Prancis I, yang meminta bantuan Turki Utsmani, menghadapi pasukan Spanyol, yang meyerang negaranya, serta menawannya.
Inilah bunyi surat Sulaiman Al-Qanuni, kepada Prancis I…
Sesungguhnya (surat) itu dari SuIaiman, yang isinya:
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Saya penguasa laut putih, laut hitam, laut merah, Asia kecil, Kurdistan, Azerbaijan, negara-negara luar Arab, Syam, Mesir, Makkah, Madinah, Quds, dan seluruh jazirah Arab dan Azam, Hongaria, negara-negara kekaisaran, dan seluruh negara-negara lain yang ditundukan dengan penuh keagungan.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah Maha Besar.
Saya Sultan Sulaiman, putra Sultan Salim, putra Sultan Bayazid
Kepada: Prancis I, Raja Negara Prancis
‘Kami telah menerima surat yang diberikan oleh utusan kamu, saat kamu menyatakan musuh kamu telah menyerang negara kamu, dan kamu telah ditawan, serta meminta pertolongan kami untuk membebaskanmu dari tawanan.
Kami dengan ini menerima permohonan kamu, dan bersukacitalah, serta jangan bimbang, kami penakluk negara-negara yang sulit ditaklukan, dan penghancur benteng yang kokoh, kuda-kuda kami siang dan malam, selalu beringas, pedang kami selalu terhunus, Allah Subhanahu wa Ta’ala, selalu memberikan kami kekutan dan kemudahan’.
Rabiul Akhir, 932H/1525M
Daulah Khilafah, lalu mengerahkan kekuatan tentara untuk menyelamatkan Raja Prancis.
Khalifah Sulaiman, telah menyelamatkan Prancis, tanpa meminta bayaran dan imbalan.
Sang Khalifah, telah melakukannya sebagai tindakan persahabatan.
Perjanjian Constantinople yang ditandatangani pada tahun 1536, antara Khalifah Sulaiman dan Raja Prancis.
Telah memberi Prancis, konsesi di dalam Daulah Islam, yang tidak pernah diberikan kepada negara mana pun sebelum itu.
Begitulah, orang yang tahu akan sejarahnya sendiri, akan mampu menghargai dirinya sendiri.
Sedangkan orang yang tidak tahu masa lalunya, ia, tidak akan mampu menghargai dirinya sendiri, terlebih orang lain.
Betapa kayanya masa lalu kita, umat Islam, dengan keilmuan, keteladanan, kebesaran, dan keagungan.
Tak perlu membeo ke Barat, hanya untuk sekadar kita ingin menjadi besar lagi. Cukup ke masa lalu kita.
“Ummat ini tidak akan menjadi baik, kecuali diperbaiki oleh sistem yang dulu digunakan untuk membangun generasi awal,” begitulah Imam Malik, menasihati kita.
Sejenak, Sarkozy, tertegun. Ternyata kaum Muslimin, yang selama ini ia dan rezimnya intimidasi, telah menyelamatkan Raja serta bangsanya, di masa lalu.
Oleh: Heryansyah Ricki