Ngelmu.co – Banyak pihak mencari tahu sosok pemulung remaja berusia 16 tahun, setelah potretnya tersebar, saat sedang membaca Al-Qur’an, di trotoar Jalan Braga, Bandung, Jawa Barat.
Belakangan diketahui, remaja laki-laki itu bernama Muhammad Gifari Akbar.
Sore itu, Selasa (27/10), sekitar pukul 16.36 WIB, selepas hujan, sosok Akbar, tertangkap kamera Awan Rozy Jagapura.
View this post on Instagram
Remaja asal Kabupaten Garut, itu sedang menunggu hujan reda, sembari beristirahat dari kegiatannya memulung.
Akbar, mengaku tidak tahu ada yang memotretnya kala itu.
Ia, baru mengetahui sosoknya viral, pada akhir pekan lalu, dari seorang anggota kepolisian.
“Kemarin lagi di Jalan Braga, Sabtu atau Ahad. Saya tidak tahu ada yang foto, tahunya dari polisi, ada foto saya di medsos,” kata Akbar, Kamis (5/11).
Sebagai informasi, ia, tinggal di Kampung Sodong, Kelurahan Muarasanding, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut.
Saat itu, Akbar, memang sedang beristirahat, sembari membaca Al-Qur’an, karena memang berniat menghafal.
Meski kesehariannya di jalanan, ia, tetap menjaga pesan orang tua untuk selalu ingat salat lima waktu, juga mengaji.
Maka itu, setiap keluar rumah, Akbar, tak pernah lupa membawa Al-Qur’an, dan hampir selalu membacanya, tiap kali ada waktu luang.
“Yang ngajarin bawa Qur’an terus itu Bapak. Dari kecil dikasih pesan, kalau mau ke mana-mana, jangan lupa salat, ibadah lima waktu, sama ngaji, dan zikir.”
Beber anak dari pasangan Unan (42) dan Siti, itu.
Baca Juga: “Masya Allah… ‘Polisi Salih’, Begitu Aku Membatin”
Akbar, tinggal bersama kakek dan neneknya, Iji (72) dan Uti (71), di Garut.
Tetapi ia, jarang ada di rumah, karena sejak putus sekolah–terakhir mengenyam pendidikan kelas 4 SD–ia, selalu berpergian.
Akbar, hanya ada di rumah satu-dua hari, setelah itu, pergi lagi.
Ia, mengaku tak betah berada di rumah, karena hanya berdiam tanpa ada yang bisa dikerjakan.
Maka itu, ia, mencoba mencari kehidupan keluar rumah.
“Ya, sampai sekarang seperti ini. Pernah ngamen juga, sekarang ngumpulin rongsokan,” akuan Akbar.
Ia, memulung di Bandung, dengan berjalan kaki dari rumahnya di Garut. Pernah juga, Akbar, berkelana sampai Jakarta, Yogyakarta, bahkan Lampung.
Dari memulung, dalam sehari, Akbar, bisa mendapat uang hingga Rp100 ribu, kalau sedang ramai.
Ia, menggunakan uang itu untuk makan sehari-hari, kadang juga memberinya untuk keluarga.
Namun, saat tak sama sekali punya uang, ia, memilih membaca Al-Qur’an, karena menurutnya, dengan begitu, rasa lapar akan hilang.
Akbar, masih belum tahu tujuannya hidupnya ke depan, tetapi ia, memastikan ke mana pun pergi, akan selalu mengingat pesan orang tua untuk menjaga salat dan mengaji.
“Baca Qur’an, memang sudah dari kecil, jadi saya selalu niat baca Qur’an, di jalan,” ujarnya.
Baca Juga: Guru Tahfidz Meninggal Dunia saat Mendekap Al-Qur’an
Setelah potretnya viral, Akbar, mengaku banyak pihak yang mencarinya, hingga menawarkannya masuk ke pesantren.
Ia, juga mengaku ingin masuk masuk ke pesantren, karena salah satu mimpinya adalah bisa membangun pesantren di masa tua.
Tetapi ia, berharap bisa mondok dengan lokasi yang tak terlalu jauh dari rumah kakek-neneknya.
“Kalau bisa sih di Garut, kalau enggak di Bandung. Enggak mau yang jauh-jauh,” tutur Akbar.
Menurutnya, sang ayah, bekerja sebagai buruh bangunan, sementara ibu, meninggalkannya saat ia masih berusia delapan bulan.
Demikian disampaikan neneknya, Uti. Saat itu, sang ibu, bilang hendak bekerja ke Arab Saudi, tetapi sampai hari ini, tak ada kabar lagi.
Sementara sang ayah, sudah menikah lagi. Itu mengapa Akbar, tak betah di rumah, pergi, dan putus sekolah.
“Dia keluar awalnya mau nyari ibunya juga,” ungkap Uti.
Tetapi meski jarang di rumah, Uti, menilai Akbar, selalu ingat untuk beribadah.
Sebab, sejak kecil, anak itu sudah diajarkan untuk menjaga salat lima waktu dan mengaji.
“Memang dari dulu juga saya ajarin ngaji terus,” kata Uti.
Terlepas dari itu, Tim Pesantren Al-Hilal, menemukan Akbar, saat sedang memulung di Jalan Cikole, Lembang, Selasa (3/11) lalu.
“Jadi, Ahad (1/11) malam, sosmed Al-Hilal, banyak yang ngetag foto itu, termasuk akun pribadi pengurus,” kata Direktur LAZ Al-Hilal, Iwan Setiawan.
“Akhirnya, ketua yayasan membuat status, dan kalau menemukan anak itu, hubungi kami,” sambungnya.
“Akhirnya, tiga orang (tim), driver, dan dua orang pengurus, mencari keberadaannya di Braga,” lanjutnya lagi, Rabu (4/11) kemarin.
“Senin tidak menemukan, tim laporan ke Ketua Yayasan, lanjut pencarian, tapi tidak ke Braga. Kami bikin status lagi (mengumumkan ke publik), mencari, tapi belum ketemu,” akuan Iwan.
Baca Juga: Banyaknya Hafalan Al-Qur’;an Berbanding Lurus dengan Kesehatan Seseorang
Baru pada Selasa (3/11), empat orang Tim Al-Hilal, berangkat ke Subang, untuk menyerahkan bantuan wakaf Al-Qur’an, beras, dan lainnya, untuk tiga pesantren.
Dalam perjalanan, tepatnya di Cikole, Lembang, salah seorang pengurus, melihat sekilas seorang anak pemulung yang sedang duduk.
Sepulangnya dari acara di Subang, pihaknya kembali melihat anak tersebut, masih di tempat yang sama.
“Pas pulang, masih ada. Dilihat, didekati, anak mirip dengan yang difoto,” kata Iwan.
“Lalu, ditanyakan, bawa Al-Qur’an, enggak? Disuruh baca Al-Qur’an, dan difoto dari samping, ada kemiripan,” imbuhnya.
“Lalu, bilang ke Ketua Yayasan, dan disuruh dibawa ke pesantren,” sambungnya lagi.
Kepada tim, anak itu mengaku berasal dari Garut, tetapi tak ingin kembali ke sana, dan lebih baik ke pesantren.
“Kebetulan mobil ada tulisan pesantren, dia mau. Kalau enggak ada tulisan, mungkin enggak mau. Kita ke sana enggak niat mencari, tapi takdir,” jelas Iwan.
“Pengakuan beliau, (baca Qur’an) itu nasihat neneknya. Ia, minta izin ke Bandung, mencari pekerjaan, kata neneknya boleh,” lanjut Iwan.
“Asal, selama di Bandung, jangan tinggal salat dan baca Al-Qur’an, ketika di Braga, salah satunya mengerjakan amanah neneknya,” pungkasnya.
View this post on Instagram
Saat ini, pihak pesantren akan membawa Akbar ke Garut, untuk meminta izin pada keluarganya, agar bisa mondok di pesantren.
View this post on Instagram
View this post on Instagram