Ngelmu.co – Dunia, bukan hanya mengenal keenam Muslim–yang akan Ngelmu bahas profilnya–ini sebagai konglomerat, tetapi juga karena kedermawanannya.
Mereka berkebangsaan Pakistan, India, Arab Saudi, hingga Malaysia. Berikut selengkapnya, mengutip Republika:
Malala Yousafzai, Pakistan
Yousafzai merupakan wanita muda pemberani yang aktif bergerak sebagai aktivis.
Ia, sukses menyandang gelar miliuner dengan catatan harta 3 juta dolar.
Yousafzai, juga menjadi salah satu penerima Nobel Perdamaian, karena upayanya dalam dunia pendidikan dan aktivisme hak-hak perempuan.
Ia, ikut berjuang langsung, setelah mengalami luka tembak fatal yang menyebabkan dirinya sempat mengalami kritis.
Yousafzai, juga tak lupa dengan orang-orang yang membutuhkan uluran tangannya.
Ia, tercatat mendonasikan sebagian besar penghasilannya untuk organisasi amal yang fokus pada peningkatan pendidikan.
Imran Khan, Pakistan
Perdana Menteri (PM) Pakistan yang tercatat memiliki harta 50 juta dolar ini awalnya merupakan seorang pemain kriket.
Publik mengenalnya sebagai seorang dermawan, jauh sebelum ia, menjabat di pemerintahan nasional.
Khan yang telah bermain kriket internasional selama 20 tahun, memutuskan pensiun pada 1992.
Lantas, mengapa publik menyebutnya sebagai seorang dermawan?
Salah satunya adalah karena Khan, juga terlibat dalam upaya filantropi.
Pada 2015 lalu, ia, berhasil mengumpulkan 25 juta dolar untuk membangun dan mendirikan rumah sakit baru di Peshawar.
Sulaiman Al Rajhi, Arab Saudi
Pimpinan Bank Al-Rajhi [bank Islam terbesar di Arab Saudi], ini mencatatkan harta sebesar 8 miliar dolar [per 2017].
Rajhi, menduduki peringkat 120 orang terkaya di dunia.
Pada 2012 lalu, ia, juga menerima Penghargaan Internasional Raja Faisal, karena menyumbangkan setengah dari seluruh kekayaannya untuk proyek amal nasional.
Baca Juga: 3 Pemuda Muslim Selamatkan Polisi dan Warga Wina dari Serangan
Rajhi, juga merupakan salah satu non-bangsawan terkaya di Arab Saudi.
Ia, menjadi sosok nyata yang berhasil bangkit dari kemiskinan.
Rajhi, memulai bisnis bersama saudaranya, yakni menukar uang untuk para pelancong dengan karavan unta.
Sampai akhirnya, ia dan keluarga memiliki bank, dan Rajhi merupakan pemegang saham terbesarnya.
Azim Premji, India
Premji merupakan pebisnis India dengan kekayaan bersih 8,1 miliar dolar, per 2020.
Ia, menjabat sebagai Ketua Wipro Limited, sebuah perusahaan IT.
Itulah mengapa Premji, mendapat julukan ‘Kaisar Industri TI India’. Gelar yang cukup besar.
Awalnya, sang ayah, memulai Wipro [Produk Sayuran India Barat].
Perusahaan yang memproduksi minyak terhidrogenasi.
Setelah sang ayah wafat, Premji, mengambil alih perusahaan, dan mengubah ‘arah’ secara total.
Setidaknya, ia, tercatat telah memberikan lebih dari 25 persen dari kekayaan pribadinya untuk amal, pada 2013 lalu.
Premji, juga menjadi orang India pertama yang menandatangani ‘The Giving Pledge’ dari Warren Buffet dan Bill Gates.
Gelaran yang bertujuan agar orang kaya terlibat, memberi untuk berbagai tujuan filantropis.
Uniknya, ada kutipan populer dari Premji, “Menjadi kaya, tidak membuatnya senang.”
Iskander Makhmudov, Rusia
Miliuner keturunan etnis Uzbek ini tercatat memiliki harta 9,2 miliar dolar, per 2020.
Ia, memiliki berbagai usaha, baik di bidang industri transportasi, perusahaan pertambangan pedesaan, juga Wendy’s.
Lulusan Sarjana dari Tashkent State University, dulunya merupakan seorang penerjemah.
Makhmudov, mencari nafkah sebagai penerjemah bahasa Arab-Persia, di Libya, pada akhir 1980-an.
Setelah menjadi konglomerat, ia, sudah menyumbangkan lebih dari 1 miliar dolar untuk berbagai tujuan filantropi.
Termasuk membantu anak yatim piatu, veteran perang, tunawisma, hingga kebutuhan klinik.
Makhmudov, juga kerap membantu negaranya selama transisi ke Kapitalisme [pasca jatuhnya Uni Soviet].
Pada 2014, ia, membangun arena es di Sochi, untuk Olimpiade, dan memberikannya gratis kepada pemerintah.
Sultanah Nur Zahirah, Malaysia
Permaisuri ke-13 di negara asalnya, dari tahun 2006 hingga 2011, ini mencatatkan harta sebesar 15 miliar dolar.
Bersama suaminya, Sultan Mizan Zainal Abidin, ia, memiliki empat orang anak.
Zahirah, berkontribusi sosial dalam proyek kesejahteraan, rumah sakit.
Ia, juga menjadi pelindung pra-sekolah pertama di Terengganu.
Zahirah, juga merupakan Kanselir Universiti Sultan Zainal Abidin.
Meski hobinya adalah memasak dan membaca, ia, tetap bersedia terlibat dalam berbagai organisasi sosial dan amal.
Seperti mengatur donasi saat terjadi gempa bumi Samudra Hindia, pada 2004.
Zahirah, bersama organisasi Yayasan DiRaja Sultan Mizan, juga mendistribusikan botol yang dirancang untuk bayi dengan bibir sumbing.