Ngelmu.co – Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mohamad Sohibul Iman, membagikan sebuah cerita lewat akun Twitter pribadinya, @msi_sohibuliman, Senin (21/12) kemarin.
Kisahnya ini berkaitan dengan kasus dugaan korupsi dana bansos Kementerian Sosial (Kemensos), yang menyeret nama Juliari P Batubara, sebagai salah satu tersangka.
Semua berawal ketika Sohibul, mengaku bertemu dengan seorang pengusaha yang menyebut ‘enak’-nya terlibat proyek pemerintah.
“Saya ketemu seorang pengusaha di notaris. Dia tahu saya dari PKS. [Orang itu bilang] ‘Pak Iman, ‘kan dekat dengan DKI 1 dan 2, minta proyek, Pak, nanti kerja sama,” cuitnya, bercerita.
“[Orang itu mengaku] Saya sedang kerjakan bansos di Kemensos. Enak Pak, proyek-proyek pemerintah’,” sambung Sohibul, mengungkap pernyataan pengusaha yang tak ia sebutkan namanya itu.
Saat mendengar perkataan si pengusaha, Sohibul, hanya tersenyum.
“Sebulan kemudian ada berita OTT Bansos. Saya tidak tahu dia kena atau tidak,” ujarnya.
Di sisi lain, Sohibul, juga mengaku seorang teman pebisnis pangan bercerita kepadanya.
“Bahwa para pemain proyek di beberapa instansi seperti Kementan, KKP, Kemensos, dan Pemprov-Pemprov besar, ada yang sampai punya sendiri pabrik sarden, kornet, dan lain-lain,” bebernya.
“Pas diberitakan paket Bansos ada sarden yang lebih banyak airnya, saya teringat cerita tersebut. Pantas saja,” pungkas Sohibul.
Baca Juga: Terseret Kasus Dana Bansos, Sritex dan Gibran Buka Suara
Mendengar cerita tersebut, sebagian besar pengguna Twitter yang merespons, mengingatkan agar Sohibul, lebih berhati-hati.
“Hati-hati Patonah [fitnah] reborn, Ustadz,” kata @harminonurbi.
“Hati-hati sama yang sok kenal so dekat sama PKS. Jangan sampe gara-gara kenal sama PKS, PKS-nya yang dibesarkan kesalahannya sama media busuk,” saut @AriefSukandar3.
Sementara pemilik akun @af1_, justru ikut membagikan kisah dari seorang temannya yang merupakan penerima bansos.
“Dia bingung dengan isi sembako paket bansos, karena dipenuhi produk dengan merek-merek yang tidak pernah dia lihat di warung-warung atau supermarket,” kata Afwan Riyadi.