Ngelmu.co – Harga kedelai yang melonjak di pasaran, membuat sejumlah produsen tahu dan tempe protes. Bahkan, mereka memutuskan untuk menggelar aksi mogok atau berhenti berproduksi.
Sebab, hal ini membebani pengusaha tahu dan tempe, dimana mereka merupakan bagian dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Minta Pemerintah Turunkan Harga di Pasaran
Oleh karena itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Sedulur Pengrajin Tahu Indonesia (SPTI) Musodik menyatakan, pihaknya menuntut agar pemerintah menurunkan harga kedelai di pasaran.
“Pertama, pemerintah lebih memperhatikan pengusaha-pengusaha kecil UMKM. Contohnya pengrajin tahu. Kedua, harga kedelai, bisa kembali normal,” kata Musodik dikutip dari CNNInonesia.
Musodik tak bisa memperkirakan berapa banyak produsen tempe dan tahu yang kini mogok beroperasi.
Namun, SPTI saat ini membawahi setidaknya 200 dari sekitar 700 produsen tahu se-wilayah Jabodetabek.
Kenaikan harga kedelai di pasaran menjadi beban tersendiri bagi para pengusaha tempe dan tahu. Semula harganya hanya berkisar Rp7.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp9.000 per kilogram.
“Untuk keuntungan kita udah nyaris nggak dapat sama sekali. Karena kedelainya Rp9 ribu, ditambah cost produksi itu hampir, intinya nggak dapat apa-apalah,” kata Musodik.
Diketahui, aksi mogok ini berlangsung selama tiga hari, yang dimulai sejak tanggal 31 Desember 2020 hingga 2 Januari 2021.
Musodik menyatakan, sebagian besar pengrajin tahu dan tempe saat ini tidak memperoleh penghasilan lain.
Apabila pemerintah tak kunjung menurunkan harga kedelai, maka pihaknya memutuskan untuk kembali beroperasi, dengan catatan akan menaikkan harga di pasaran.
Baca Juga: Kemenkes Diduga Lamban Bayar Uang Muka Vaksin Pfizer, RI Jadi Pembeli ke-114
Meski demikian, Musodik mengaku pihaknya telah melayangkan surat audiensi ke Menteri Koperasi dan UMKM. Jika tidak ada halangan, katanya, audiensi akan dilakukan pada 6 Januari mendatang.
“Serentak beroperasi kembali, tapi dengan harga tahu yang udah kita naikkan juga karena kalau tidak naik, juga ini kemungkinan kedelai turun pun menurut saya masih kemungkinan kecil,” kata dia.
“Kalau tidak ada halangan tanggal 6 (Januari) perwakilan SPTI nanti akan sowan ke Kementerian,” imbuhnya.