Ngelmu.co – Jangan pernah berimajinasi ada sosok seperti Sir Alex Ferguson lagi di dunia sepak bola. Bertahan lama melatih sebuah klub. Selama 26 tahun. Hampir tiga dekade.
Panggung Si Kulit Bundar telah berubah total. Menjadi sebuah industri. Berselimutkan modal raksasa, dan berharap segera berjaya dengan tujuan kembalinya gelontoran dolar, atau meraup keuntungan besar seiring prestasi yang datang.
Beginilah labirin sepak bola saat ini. Akibatnya, tak pandang dia seorang legenda. Wajib hukumnya dipecat, jika tidak berprestasi dalam waktu singkat.
Frank Lampard, jadi korban terbaru. Padahal, semasa jadi pemain Chelsea, torehan rekor dibuatnya.
Selama 13 tahun memakai seragam The Blues, Lampard, tidak hanya menjadi pemain yang memiliki karier panjang, tapi juga menjadi andalan dalam setiap musim untuk meraih trofi.
Tiga trofi Premier League, empat trofi Piala FA, dua trofi Piala Liga Inggris, dua trofi Community Shield, serta masing-masing satu trofi Liga Champions dan Liga Europa, menjadi persembahan manis Lampard, sebagai gelandang Chelsea.
Dia juga pencetak gol terbanyak klub, rekor yang masih bertahan hingga saat ini. Menorehkan total 211 gol dalam 648 penampilan, di semua kompetisi.
Baca Juga: Perusahaan Milik Bos Chelsea Diduga Danai Israel dalam Upaya Pengusiran Palestina
Namun, pada ujungnya, itu hanyalah deretan angka. Sama sekali tak berarti.
Pemilik Chelsea, Roman Abramovich, ingin klubnya segera berjaya kembali. Dia tak sabar melihat Chelsea, berkuasa.
Di Liga Inggris dan Eropa. Bahkan dunia.
Begitulah jika kesabaran tak dimiliki. Ambil jalan pintas. Ingin serba instan. Padahal, jika sedikit saja bersabar, kekuasaan akan hadir pada saat yang tepat.
Fergusson jadi contoh terbaik, atau mungkin Jurgen Klopp yang butuh empat tahun di Liverpool.
Bye-bye, Lampard.