Ngelmu.co – Saudara seiman, khususnya yang berada di Indonesia, kita telah memasuki hari ke-19 di bulan suci Ramadhan 1442 Hijriah.
Satu pola pikir yang mesti tertanam dalam hati adalah jangan pernah menyia-nyiakan 10 hari terakhir di bulan suci Ramadhan.
Selain kita belum tentu punya kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhan berikutnya, 10 hari terakhir juga bisa dibilang ‘prime time-nya’ Ramadhan.
Menyambut 10 Hari Terakhir Ramadhan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mencontohkan begitu banyak amalan di 10 malam terakhir Ramadhan.
Beliau menghidupkan malam-malamnya untuk beribadah, sholat, zikir, dan lain-lain.
Siti Aisyah, dalam riwayat an-Nasa’i, berkata, “Aku tidak melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca Al-Qur’an atau sholat sepanjang malam [sampai pagi], selain bulan Ramadhan.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga membangunkan keluarganya untuk menegakkan sholat.
Sebagaimana diriwayatkan Bukhari, dari Siti Aisyah. Beliau memang bukan hanya membangunkan keluarga di malam hari pada bulan Ramadhan.
Namun, di 10 hari terakhir Ramadhan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lebih rajin dan bersegera.
Sufyan ats-Tsauri mengatakan, “Apabila memasuki 10 hari terakhir, beliau bertahajud, bersungguh- sungguh, dan membangunkan keluarga dan anak-anaknya untuk sholat bila mereka mampu.”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga senantiasa menyingsingkan lengan bajunya untuk beribadah.
Sebagaimana penjelasan dalam HR Bukhari dan Muslim. Beliau ‘menjauhi’ istrinya, agar tekun beribadah dan demi ketaatan untuk membersihkan jiwanya dari berbagai kotoran. Sehingga hatinya naik ke alam malakut.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beriktikaf di masjid pada 10 hari terakhir Ramadhan, bahkan sampai beliau wafat.
Beliau beriktikaf untuk menggapai Lailatul Qadar. Tekun dan total, menghidupkan malam-malamnya dalam munajat, zikir, dan doa.
Beliau mengkhususkan tikar agak jauh dari yang lain, agar lebih khusyuk.
Di antara amalan penting Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah tilawatul Qur’an, dengan tadabur dan khusyuk.
Maka itu, mari kita sambut 10 hari terakhir di bulan suci Ramadhan yang benar-benar sudah di depan mata.
Berikut pesan dan nasihat dari para ulama yang dapat kita renungkan soal berharganya 10 hari terakhir Ramadhan.
Ustaz Abdul Somad
Ustaz Abdul Somad (UAS) menyampaikan tentang berbagai amalan yang harus dijalankan, di hari-hari terakhir Ramadhan.
Dimulai dari qobliyah Isya, sholat Isya, ba’diyah Isya, sholat Tarawih, dan membaca Al-Qur’an.
“Baca Al-Qur’an dibagi khatamnya. Ada yang saat sholat. Ada yang di luar sholat.”
“Yang belum bisa baca Qur’an, baca Iqra, ada barokah di bulan Ramadhan.”
UAS pun melanjutkan, amalan lainnya yang harus kita jalankan di hari-hari terakhir Ramadhan.
Di antaranya berzikir, beristighfar, dan memperbanyak sholawat.
“Kalau kita mulai pada jam delapan malam, jam sembilan malam selesai.”
“Lalu, duduk-duduk dulu, habis itu, jam 10 tidur, jam dua [dini hari] bangun,” kata UAS.
Sebab, tidur yang paling bagus, sambungnya, adalah di awal malam. Setelahnya, kembali bangun untuk sholat malam.
“Wudhu, sholat dua rakaat, sholat sunat taubat, sholat sunat hajat, sholat tahajud, sholat witir, baca Al-Qur’an, sahur, dan beristighfar.”
“100 kali [istighfar], 1.000 kali lebih bagus. Allah berjanji, tidak akan mengazab kamu, kalau istighfar.”
Dilanjut dengan bersholawat, sholat Subuh, qabliyah Subuh, dan zikir, “Habis sholat Subuh, zikir sampai terbit matahari.”
Ustaz Adi Hidayat
Dalam ceramahnya, Ustaz Adi Hidayat (UAH), menjelaskan bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menjadikan Ramadhan sebagai momen.
Momen apa? Momen untuk mengeruk sebanyak-banyaknya pahala. Dengan meningkatkan kualitas pun kuantitas ibadah.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sangat giat beribadah di bulan Ramadhan, melebihi ibadahnya di bulan yang lain. Dan pada 10 malam terakhirnya, beliau lebih giat lagi, melebihi hari lainnya,” (HR. Muslim).
“Anda bayangkan, Rasulullah yang sangat mulia, sangat dicintai dan disayang oleh Allah, akhlaknya dipuji dalam Al-Qur’an, bahkan sebelum beliau wafatnya, surat tentang jaminan surga beliau telah turun, di surat Al-Kautsar.”
“Dengan berupa jaminan surganya di level yang paling bagus, kenikmatan surganya yang paling banyak.”
“Dengan level kenabian yang sangat mulia, dengan segala keagungannya disebutkan tuntas dalam Al-Qur’an.”
“[Tetapi] Beliau masih serius menghadapi 10 hari terakhir Ramadan. Bahkan, beliau begitu bersemangat dan menghidupkan malam-malamnya.”
Demikian kata UAH yang kemudian berbagi rahasia serta keistimewaan 10 hari terakhir di bulan suci Ramadhan.
Bulan Paling Istimewa
UAH menjelaskan, dalam Al-Qur’an dan hadis, dijelaskan bahwa Ramadhan merupakan bulan paling istimewa, dari awal sampai akhir.
Namun, di 10 hari terakhir, Allah Subhanahu wa Ta’ala, telah menjanjikan keutamaaan lebih.
Allah Subhanahu wa Ta’ala, kata UAH, sedianya ingin menyampaikan melalui lisan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Bahwa ada keajaiban-keajaiban yang terdapat di 10 malam terakhir Ramadhan yang bahkan telah banyak disebutkan dalam Al-Qur’an pun hadis.
Secara singkat, sebagai penanda [indikator] kekuatan dari sudut keimanan seorang hamba.
Sekaligus penanda kesungguhan seseorang dalam beramal. Mengapa demikian? Sebab, keimanan selalu dibandingakan dengan amal saleh.
Keisitimewaan lainnya adalah sebagai tanda penerimaan ibadah puasa yang telah seorang Muslim lalui.
Bahkan, menurut UAH, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dengan segala keagungannya, sampai memohon kepada Allah, agar amalnya di 10 hari terakhir Ramadhan, diterima.
“Jadi, rumusnya cukup disiapkan dengan persiapan maksimal untuk dibuktikan kepada Allah.”
“Karena itu yang dicontohkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”
“Beliau sendiri, ingin membuktikan imannya sendiri lebih kuat dari sebelumnya. Beliau ingin membuktikan bahwa puasa-puasa kemarin, beliau sungguh-sungguh.”
Maka itu, sambung UAH, jangan langsung menilai, ‘Aduh kayaknya puasa saya gagal nih’, ‘Aduh kayaknya saya kurang’.
“Tidak. Cara berpikirnya, kita buktikan kepada Allah, dengan kesempatan yang diberikan untuk menguatkan keimanan, dan diterima puasa kita.”
Ibnu Umar RA berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beriktikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan,” (HR. Mutafaq ‘alaih).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada tanggal ganjil di 10 malam terakhir bulan Ramadhan,” (HR. Bukhori).
“Dan barang siapa yang berdiri [sholat sunah] pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap ridho Allah, maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” (HR. Ibnu Abi Dunya dalam Fadhail Ramadhan).
Lipat Ganda Pahala
Segala kebaikan pahalanya pun akan dilipatgandakan.
Jika bertepatan dengan Lailatul Qadar, amalan kebaikan pahalanya lebih baik dari amalan kebaikan yang dilakukan selama 1.000 bulan.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik dari 1.000 bulan,” (QS. Al-Qadr: 3).
“Saya ingin mengilustrasikan, membayangkan, bagaimana kalau seseorang dapat malam [Lailatul Qadar] itu sedang bertobat.”
“Dan tak terasa, air matanya mengalir. Maka turunlah penerimaan tobatnya dari Allah.”
“Digugurkan semua dosanya. Lalu, Anda beramal satu saja, semisal zikir, satu kalimat saja, maka amalan itu setara dengan 83 tahun.”
“Inilah keisitimewaannya malam-malam terakhir di bulan Ramadhan,” kata UAH.
Aa Gym
KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) juga mengajak Muslim untuk lebih bersungguh-sungguh beribadah di 10 hari terakhir Ramadhan.
“Allah hapuskan semua aib dan dosa di 10 hari terakhir Ramadhan ini, bagi mereka yang sungguh-sungguh meminta.”
Aa Gym juga mengajak Muslim menikmati iktikaf, “Mari bersungguh-sungguh menikmati iktikaf di sisa-sisa Ramadhan, dan mari bermunajat.”
Bagi hamba-hamba yang bersungguh-sungguh bermunajat di 10 hari terakhir Ramadhan, kata Aa Gym, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghapuskan dosa serta aibnya [seperti jejak di padang pasir].
Ada syaratnya? Ada. Semua ibadah tersebut dijalankan hanya dengan mengharapkan ridho serta pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena ingin mendapat pujian manusia.
“Malam Lailatul Qadar sering disebut sebagai malam 1.000 bulan yang ditunggu-tunggu umat Islam.”
“Malam Lailatul Qadar terjadi hanya satu kali dalam setahun, yakni pada bulan Ramadhan.”
“Tidak diketahui kapan pastinya terjadi. Namun, umat Muslim harus mencari malam tersebut.”
Ustaz Muhammad Nuzul Dzikri
Pesan indah juga disampaikan dengan cara sederhana oleh Ustaz Muhammad Nuzul Dzikri. Berikut selengkapnya:
Bicara tentang 10 hari terakhir Ramadhan, kita berbicara tentang prime time-nya Ramadhan.
Oleh karena itu, para ahli ibadah menaruh perhatian yang sangat besar pada 10 hari terakhir Ramadhan.
Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, di 10 hari terakhir itu bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Dengan kesungguhan yang tidak pernah terlihat di luar bulan suci Ramadhan, dan di luar 10 hari terakhir di bulan suci Ramadhan.
Dan yang lebih membuat kita harus berpikir adalah beliau merupakan sosok yang dijamin surga.
Makanya para ulama kita seperti Al-Imam Qatadah, ketika di 20 hari pertama, itu beliau mengkhatamkan Al-Qur’anul Karim.
Setiap tiga malam [beliau] khatam, tiga malam khatam, tiga malam khatam.
Tetapi begitu masuk ke 10 hari terakhir, semalam khatam, semalam khatam, semalam khatam, mengikuti jejak nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Oleh karena itu, teman-teman sekalian, jika kita memasuki 10 hari terakhir di bulan suci Ramadhan, kesungguhan kita harus lebih daripada 20 hari sebelumnya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda, sesungguhnya amalan itu tergantung ending-nya, dan ending dari Ramadhan adalah 10 hari terakhir.
Dan closing dalam masalah ini, seekor kuda pacu, ketika sudah mendekati garis finis, maka ia akan memaksimalkan kekuatan dan kecepatannya untuk menjadi juara di perlombaan tersebut.
Maka jangan sampai, kuda pacu lebih cerdas daripada kita.