Ngelmu.co – Warganet menanggapi pernyataan Menko PMK [Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kemanusian] Muhadjir Effendi, soal beras bansos [bantuan sosial] yang menyerupai batu di Pandeglang, Banten.
Muhadjir menekankan, “Sebetulnya memang sudah diketahui beras itu tidak bagus, karena kena hujan, dan sudah disisihkan.”
“Dan sudah diganti dengan beras yang baik, tapi beras yang diganti kurang diekspos keluarga penerima manfaat, dan beras sudah ditarik.”
Demikian penjelasan Muhadjir, di Pandeglang, Banten, Jumat (6/8) kemarin.
Tanggapan Warganet
Warganet menyoroti penjelasan Muhadjir yang menyebut kualitas beras bansos memburuk, karena terkena hujan.
Salah satunya pengguna Twitter, @kangisrona, yang merasa jawaban Muhadjir, kurang tepat.
“Seharusnya jawabannya gini, Om, ‘Berapa banyak yang rusak, tak layak? Kita ganti semuanya’,” kritiknya.
Pemilik akun @Sayutinugr4h4, pun menyetujui pernyataan Isrona. “Tapi tetap harus diusut. Rusaknya karena apa?” tututnya.
“Apa memang dari gudang Bulognya, atau pas diperjalanan memang benar-benar kehujanan?” imbuhnya. “Jadi jelas, keteledoran [terletak pada] petugas yang mana.”
Akun @vlonnie_vlonn, pun menyahut. “Kalau dilihat dari jamur dan gumpalannya, beras lama, Bang. Kalau kena hujan beberapa hari, menjamur pun gak separah itu.”
Terkesan Lepas Tangan
Di sisi lain, bagi pemilik akun @rahmifitria, dewasa ini para menteri terkesan lepas tangan.
“Ya Allah, kok menteri-menteri belakangan ini lepas tangan. Daging mahal, makan bekicot sawah,” ujarnya.
“Beras mahal, suruh puasa, dan lain-lain. Rakyat lupa menteri periode kemarin? Yang sekarang juga begitu,” sambung Rahmi.
“Bilang saja ke rakyat, ‘Kami muak urus Anda semua’. Kok rakyat diperlakukan seperti ini ya?” imbuhnya, kecewa.
Sementara @raenovaldy_, nampak keheranan. “Oke, beras keras karena kehujanan, tapi kok, aneh saja gitu, beras buat bansos kok dibiarin kena hujan?”
“Pemerintah daerah gak ada gudang atau sewa gudang, gitu?” lanjutnya, bertanya.
Sedangkan @HanubunRf, berkata, “Terkadang, semua beras kena hujan. Namun, hasilnya tak semua menjadi batu.”
“Seharusnya, bapak [Muhadjir] menyimpulkan bahwa berapa kerusakan beras itu, dan berapa banyak yang perlu ditambahkan untuk masyarakat,” sambungnya. “Agar logikanya dapat diterima oleh masyarakat.”