Ngelmu.co – Ibunda Ustaz Abdul Somad (UAS), wafat, pada Senin, 11 Rajab 1440 Hijriah [18 Maret 2019]. Lebih dari dua tahun berlalu.
Namun, kematian tidak akan memutus kasih sayang anak terhadap orang tuanya.
Setidaknya, begitu yang coba UAS bagi di akun Instagram resminya, @ustadzabdulsomad_official, Ahad (5/9) kemarin.
“Walaupun sekarang sudah tahun 2021, tapi kalender di dinding rumah Omak [Ibu] tetap 2019,” demikian bunyi di awal takarir unggahan UAS.
“Masih tampak beliau lingkari satu tanggal, beliau tulis di bawahnya: ke Silau. Itu berarti, sepekan sebelum Ramadhan,” sambung keterangan tersebut.
UAS, kemudian menceritakan bahwa di saat-saat seperti itu, sang ibu akan pergi ke Pasar Pagi Arengka, Pekanbaru, Riau.
“Beli daging, dimasak rendang. Beli nampan-nampan plastik tempat nasi, sayur, dan lain-lain.”
Apa yang Omak beli, bukan untuk kebutuhannya pribadi, melainkan untuk sedekah makanan ke fakir miskin.
“Biasanya pergi sendirian, ‘Berapa umur ibu?’, tanya orang di pasar.”
Omak pun menjawab, “Tujuh puluh.”
Mereka yang bertanya, kemudian berkomentar, “Sampai hati anak-anak ibu, dibiarkannya ibu ke pasar sendirian.”
Omak mendengarkan mereka sampai selesai bicara. Setelah itu, baru ia balik bertanya.
“Tahu kau siapo namo anak aku?”
“Siapa, Bu?”
“Somad.”
Mereka yang mendengar pun kaget, dan akhirnya, mengantar Omak pulang ke rumah.
UAS mengenang bagaimana sang ibu bercerita, “Aku tadi di pasar…,” begitu biasanya ucap Omak di awal.
“Bukan kami tak mau mengantar,” kata UAS. “Tetapi begitulah Omak, merasa nyaman pergi sendiri.”
Sang ibu juga kerap berkata, “Duit yang kau kasih tu tak cukup. Banyak kali tamu kau.”
UAS paham, sebenarnya, Omak menggunakan uang tersebut untuk membelikan beras, yang kemudian ia beri ke fakir miskin.
“Si anu, sudah tidak bayar sewa rumah tiga bulan. Cucunya tiga,” tutur UAS, mengenang bahasa ibundanya.
Maksudnya, Omak meminta UAS membayarkan sewa rumah yang tertunggak tadi.
“Si anu, tukang masak di Jalan Nangka, jalan kaki dari Panam. Kasian kali ah.”
UAS juga paham, maksudnya, Omak minta agar yang bersangkutan dibelikan sepeda.
“Setelah beliau wafat,” kata UAS, “kami hanya melanjutkan apa yang beliau lakukan dulu.”
“Alhamdulillah, Yayasan Waqaf Hajjah Rohana Berbagi, sudah genap dua tahun,” ucap UAS, bersyukur.
“Semoga kita selalu dalam ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amin,” pungkasnya.
Baca Juga:
Halaman selanjutnya >>>
Sebelumnya, UAS juga pernah membuat tulisan untuk almarhumah ibunya, berjudul…