Ngelmu.co – Menteri Pertahanan (Menhan) RI ke-25 Ryamizard Ryacudu, bicara soal milenial, hingga mengaku kecewa dengan Mendikbud Ristek Nadiem Makarim.
Ia menyampaikan pernyataan ini dalam acara dialog kebangsaan, ‘Bela Negara Tanggung Jawab Bersama‘, seperti Ngelmu kutip dari kanal YouTube PKS.
Pentingnya Kesadaran Bela Negara
Awalnya, dalam diskusi yang berlangsung pada Rabu (10/11) itu, Ryamizard mengingatkan.
Bahwa tiap warga harus memiliki kesadaran bela negara, dalam menghadapi berbagai ancaman. Agar Indonesia, tetap utuh.
Mengingat makin banyaknya ancaman, seiring perkembangan zaman. Baik fisik pun non-fisik.
Ancaman fisik seperti perang dan terorisme. “Perang terbuka antardua negara, ini saya anggap belum nyata.”
“Untuk hal ini tidak [menjadi] nyata, maka diplomasi negara kita ke negara lain, sangat penting.”
“Kemudian ancaman teroris, pas saya jadi menteri ‘kan banyak tuh meledak sana sini, Suriah, Irak.”
“Kemudian pemberontakan, angkatan bersenjata di Papua, itu ancaman. Salah-salah, merdeka itu.”
“Penanganan perbatasan wilayah juga, salah salah kita, bisa ini [konflik] dengan negara tetangga,” jelas Ryamizard.
Lebih lanjut, ia juga mengingatkan soal ancaman bencana alam, hingga wabah.
Menurutnya, sangat perlu kesadaran bela negara dari tubuh pemerintah juga negara, demi menghadapi berbagai ancaman itu.
“Bencana alam dan lingkungan. Luar biasa, tsunami itu saya tangani, lebih lebih dari perang.”
“Korban nyawa waktu di Aceh itu 230 ribu orang. Itu ancaman.”
“Maksud saya, alutsista tuh berpatokan pada itu. Kita perlu banyak kapal angkut, pasukan.”
“Beli kapal besar, kapal RS. Sehingga kalau ada bencana, cepat. Kita cuma [punya] satu, dan itu sudah tua.”
“Waktu itu saya ajukan tiga kapal RS, sampai sekarang enggak ada tuh,” ungkap Ryamizard. “Yang begini kurang diperhatikan,” imbuhnya.
“Alutsista itu beli yang penting saja, yang enggak penting untuk apa? Tentara untuk rakyat, artinya rakyat dulu.”
“Lalu [ancaman] wabah, sekarang mau ada gelombang ketiga, kemudian cyber, intelijen, dan penyalahgunaan narkoba, ini makin banyak generasi muda kita.”
Baca Juga:
- Betapa Kejamnya PKI
- Rencana Licik PKI, Buat Pengajian Jebakan di Banyuwangi
- Puluhan Tahun Kekejian PKI
Ryamizard juga menjelaskan ancaman non-fisik, seperti ideologi bermuatan materi.
Berupa pandangan yang merusak pola pikir jati diri bangsa, sebagaimana ideologi asing serta materialisme.
Termasuk ideologi liberal, komunis, dan sosialis.
“Memang katanya PKI sudah bubar, tapi ‘kan ancaman itu harus kita waspadai. Paling ancaman upaya balas dendam.”
“[Ancaman ideologi] Ini perang jenis baru yang memengaruhi pikiran rakyat.”
“Perang ini melalui implementasi pendidikan, ekonomi, militer, agama, dan media. Lalu pengaruh media sosial,” kata Ryamizard.
Bicara soal Moral Bangsa
Ada juga ancaman non-fisik lainnya, yakni penurunan moral bangsa.
Menurut Ryamizard, milenial memiliki moral yang kurang baik, dan hal ini dapat menjadi ancaman bagi bangsa.
“Anak-anak kita perlu dibekali untuk menghadapi masalah milenial. [Bekali] Agama, wawasan kebangsaan, dan budi pekerti.”
“Beberapa kali anak bunuh ibu, ayah, adiknya. Artinya, agamanya kurang.”
“Jadi ke depan, itu harus betul-betul. Masalah moral, budi pekerti [diperbaiki],” imbau Ryamizard.
“Anak-anak itu jadi pemimpin kita, 10-20 tahun ke depan. Bagaimana jadinya kalau moral sudah jelek?”
“Kalau kita dengar di penjara, luar biasa. Bisa kasih uang, dibayar. Ini tambah enggak benar. Kalau enggak diperbaiki, mau jadi apa?,” imbuhnya bertanya.
Itu mengapa, Ryamizard kembali menekankan, bahwa kesadaran bela negara adalah penting.
Supaya Indonesia dapat menghadapi berbagai ancaman dengan matang.
Menanamkan kesadaran bela negara, kata Ryamizard, dapat dilakukan dengan penanaman moral, budi pekerti, wawasan kebangsaan, hingga pendidikan agama.
“Sekarang banyak milenial enggak mengerti agama. Rusak moral,” tutur Rymizard.
“Jadi, bela negara ini penting ditanamkan, sebagai landasan dan perilaku bangsa Indonesia.”
“Sebagai reformasi mental, sekaligus membangun tangga bangsa dalam menghadapi ancaman, dinamika, dan mewujudkan ketahanan masyarakat.”
“Kesadaran setiap warga yang diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga, merupakan source power bangsa.”
“Mengedepankan aktualisasi nilai Pancasila, sebagai kekuatan bangsa. Ideologi yang paling bagus adalah Pancasila. Lengkap. Saya akui itu.”
‘Saya juga Agak Kecewa…’
Lebih lanjut, Ryamizard juga mengaku kecewa dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim.
“Saya juga agak kecewa itu pada Mendikbud,” ujarnya di Kantor DPP PKS, Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (10/11).
Anak-anak Indonesia, imbuhnya, harus punya moral dan wawasan kebangsaan. Penting.
“Harus bergandeng dengan wawasan kebangsaan. Ia [harus] mengerti bangsa ini, mengerti para pahlawannya, mengerti betapa sulit merebut, mengorbankan nyawa dan raga.”
Selain itu, Ryamizard menilai, seorang anak juga hendaknya mengerti ajaran agama. Agar tak melenceng. “Tetap berpegang kepada yang tiga itu,” pungkasnya.
Memperingati Hari Pahlawan, 10 November 2021, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mengadakan dialog kebangsaan.
Tahun ini bertajuk, ‘Bela Negara Tanggung Jawab Bersama’.
Selain Ryamizard, PKS juga menghadirkan Ketua Majelis Syuro Salim Segaf Al Jufri, sebagai pembicara.
Turut hadir juga sejumlah kader PKS, seperti Surahman Hidayat, Tifatul Sembiring, Mardani Ali Sera.
Tak terkecuali Netty Prasetiyani Aher, Almuzzammil Yusuf, hingga Abdul Kharis Almasyhari.