Ngelmu.co – Melalui Yayasan Satu Atap miliknya, Sudirman, menaungi 300 yatim dan duafa. Meski ia bukan pengusaha pemilik gedung megah.
Sudirman hanya seorang penjual ayam potong, yang merasa tenteram lahir batin, jika mampu menolong sesama.
“Nikmat menolong anak yatim itu bikin tenteram lahir dan batin, karena kalau bukan kita, siapa lagi?”
“Insya Allah, ini jadi tabungan kita di akhirat kelak,” tutur Sudirman, seperti Ngelmu kutip dari ACT News, Senin (15/11).
Pagi itu, Rabu (10/11/2021), azan Subuh baru berkumandang. Ayam berkokok, saling menyahut.
Begitu kurang lebih suasana kediaman pria berusia 46 tahun yang berlokasi di Kelurahan Batusari, Kecamatan Batuceper, Kota Tangerang, Banten.
Pada kesempatan itu, Sudirman tampak sudah sibuk memilih dan memotong ayam yang hendak ia jual ke pelanggan.
Sudirman pun sembari bercerita, bahwa Yayasan Satu Atap, masih terkendala biaya pembangunan.
“Sebelum 2010, saya jadi pedagang sayur keliling. Saat berjualan, saya sering mendengar curhat,” ujarnya.
Curahan hati yang ia maksud, berasal dari para janda tak mampu.
“Enggak mampu menafkahi anaknya dan membayar uang sekolah,” kata Sudirman.
“Qadarullah, Allah mengetuk hati saya, membantu anak-anak yatim ini,” sambungnya.
“Akhirnya saya mendirikan Satu Atap,” imbuhnya lagi.
Lebih lanjut, Sudirman mengibaratkan Satu Atap sebagai tempat berlindung bagi anak yatim dan duafa.
Mereka-mereka yang kesulitan membiayai kebutuhan sekolah, atau pangan keluarga.
Walaupun Sudirman sendiri hanya lulusan sekolah menengah pertama (SMP).
Namun, justru itulah ia mengaku resah juga khawatir, dengan nasib anak yatim dan duafa yang kerap kurang perhatian.
Baca Juga:
Sebelas tahun sudah perjalanan Yayasan Satu Atap. Tidak mudah.
Sudirman mengaku, berbagai ujian serta rintangan sudah ia rasa, sejak awal perjuangan.
Mulai dari menghadapi fitnah, dan bahkan menerima pandangan remeh sesama.
Sudirman juga pernah mendapat tuduhah, jika ia ingin memperkaya diri sendiri.
Namun, itu semua tidak mengubah niat awal Sudirman. Ia tetap bersabar, dan memilih untuk tak ambil pusing.
“Saya enggak mau emosi dan marah. Mendoakan saja kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,” ucapnya.
“Agar mereka diketuk hatinya, agar bersedekah untuk membantu anak yatim,” imbuh Sudirman.
“Alhamdulillah, mereka mulai sadar, dan ikut bersedekah,” sambungnya bersyukur.
Kini, Yayasan Satu Atap pun telah menaungi ratusan yatim dan duafa, bukan hanya di Kota Tangerang.
Termasuk anak-anak yang ditinggal orang tuanya–yang meninggal karena Covid-19.
Pada pertemuan itu pun Sudirman menekankan, bagaimana Satu Atap, tidak pernah membedakan latar belakang.
“Anak yatim itu adalah titipan Allah, yang harus kita tolong dan selamatkan,” jelasnya.
“Saya pegang prinsip, barang siapa yang sering membantu orang lain, maka akan dibantu oleh Allah,” sambung Sudirman.
“Makin banyak menolong orang lain, maka semakin banyak Allah tolong saya,” lanjutnya lagi.
Melalui usaha ayam potongnya itulah, Sudirman terus bersyukur dan ikhlas menjalani kehidupan.
Perlahan, ia juga kembali fokus membangun Satu Atap, yang ikhtiarnya, hendak dibuat empat lantai.
Tujuannya adalah sebagai tempat mengaji, tahfiz Al-Qur’an, juga asrama yatim dan duafa.
“Kalau kita berbuat baik, enggak ada yang susah. Semua dimudahkan oleh Allah,” pungkas Sudirman.