Ngelmu.co – Kepergian walikota Bandung, Oded M Danial, telah mengejutkan publik. Seperti yang kita ketahui, Mang Oded, begitu sapaan akrabnya, meninggal dunia saat hendak mengisi khotbah sholat Jumat.
Meninggalnya Mang Oded, tidak hanya menyisakan duka bagi keluarga dan masyarakat yang mengenalnya. Namun, juga meninggalkan cerita yang akan membuat kita terkagum akan sosok almarhum.
Tujuh Putrinya Penghafal Al-Qur’an
Tak banyak yang tahu, bahwa keseharian Mang Oded bersama keluarga sangat kental dengan nuansa religius. Bahkan, ia selalu menerapkan pendidikan agama dalam kehidupan sehari-harinya.
Tak heran, berkat didikannya itu, ketujuh putrinya menjadi penghafal Al-Qur’an. Selain putrinya, keempat menantu Mang Oded pun teranyata adalah hafiz Al-Qur’an.
Istri Mang Oded, Siti Muntamah, turut menceritakan bagaimana cara mendiang mendidik anak-anaknya sehingga menjadi penghafal Al-Qur’an.
Ditemui di Pendopo Kota Bandung, Siti Muntamah bercerita. Menurutnya, mendidik anak menjadi penghafal Al-Qur’an bukan hal yang mudah.
Banyak tantangan yang harus ia dan suaminya hadapi. Belum lagi, jika rasa malas sedang menghampiri anak-anaknya. Sehingga dibutuhkan kesabaran dan kasih sayang.
Siti Muntamah, atau lebih sering dipanggil Umi, mengatakan, agar dapat tumbuh menjadi seorang hafiz, anak-anak harus sudah mulai diperkenalkan dengan Al-Qur’an sejak masih dalam kandungan.
Peran Orangtua Sangat Penting
Selain itu, di seribu hari pertama kelahirannya, anak-anak harus dijaga secara ekstra. Sebab, anak adalah peniru paling ulung, jadi harus dijaga agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang dapat merusak.
“Peran orangtua sebagai pelukis pertama utama untuk anak-anak itu tak tergantikan. Arahan-arahannya harus benar-benar menggambarkan kecintaan kepada Al-Qur’an.” ujar Umi.
Meski ketujuh putrinya adalah penghafal Al-Qur’an, tetapi belum semuanya hafal 30 juz. Sampai saat ini, mereka masih terus menghafal Al-Qur’an.
Diketahui, putri sulungnya yang bernama Nurul Syifa sudah menghafal enam juz. Dan suaminya, Dwi Nur Afandi, juga penghafal Al-Qur’an. Dari pernikahannya, mereka sudah dikaruniai tiga orang anak.
Putri keduanya, Zulfa Anida Dinillah, juga belum hafal 30 juz. Dan sudah menikah dengan Fahmi Ali Hudzaifi Fahmi, sarjana strata dua lulusan Universitas Islam di Malaysia.
“Insya Allah anak-menantu punya hafalan Alquran,” kata Umi.
Putri ketiganya, Shofura, juga telah menikah dengan Cecep Helmi Syawali, seorang pengajar di Pesantren Cipansor, Ciawi. Cecep mengajar tahfiz Alquran kepada 400 anak SD dan SMP.
“Insya Allah, ia juga hafiz,” kata Umi.
Kemudian, putri keempatnya yang bernama Aisyah Nur Rahmah, juga menghafal Al-Qur’an. Mahasiswi di UPI ini, sudah menghafal sejak bersekolah di Assyifa Boarding School Subang.
Namun, menurut Umi, Aisyah dan sang suami sedang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan hafalan 30 juz. Bahkan, ia pun menguasai qiroah syarah hadis Bukhari Muslim.
Mufidah, putri kelimanya, baru hafal 5 juz. Hafalan tersebut, merupakan syarat untuk dapat masuk SMA Al-Kautsar, Karangpucung, Banjar. Meski menjadi salah satu syarat masuk SMA, tapi putrinya memiliki target dapat menghafal 30 jus setelah lulus sekolah.
Putri keenam, Fatimah yang masih berusia 12 tahun dan baru lulus SD, sudah menghafal 10 juz. Fatimah juga sudah diterima di SMP Assyifa Boarding School Subang.
Sementara si bungsu, Khodijah Qanita Aulia, yang baru menginjak usia 11 tahun, juga sudah hafal 10 juz.
Menjadi dari Siksa Api Neraka
Menurut Umi, keluarga pencinta Alquran adalah pilihan untuk menjaga keluarga dari siksa api neraka.
“Makanya, pilihannya hanya satu, yaitu mengikuti Quran dan sunah nabi. Quran referensi utama, tak tergantikan, dan harga mati,” ujar Umi.
Anak bungsu Mang Oded dan istri, yakni Qanita, mengaku tidak menemui kesulitan saat mengfal Al-Qur’an. Terkecuali, ketika rasa malas menghampirinya.
“Menghafalnya enggak sulit. Yang sulit itu kalau malasnya sedang datang, ” ujarnya.
Tak seperti anak lainnya yang lebih memilih bermain gim, Qanita justru tidak tertarik. Sebab menurutnya, bermain gim bukanlah hal yang seru.
“Gim tidak seru, masih seru berenang dan main di rumah,” ujar Qanita, yang pernah menjadi juara MTQ tingkat MI se-Jawa Barat.
Untuk melahirkan anak-anak penghafal Al-Qur’an, tidak hanya sebatas mengenalkan Al-Qur’an saja, tapi selalu memperdengarkan lantunan ayat-ayat suci tersebut kepada anak saat usianya masih enam bulan.
Pada usia tersebut, merupakan momen emas bagi anak. Sebab, telinga anak mulai dapat berfungsi dengan baik. Umi mengakui, sebagai manusia, anak-anak juga kadang ada malasnya.
“Iman itu kadang naik kadang turun sehingga perlu mengajak dan mengingatkan anak dengan penuh kasih sayang, sebagai salah satu landasan ikatan yang tidak boleh rusak,” ujar Umi.
Mang Oded dan istri pun kerap menyalakan tradisi pada bulan Ramadhan. Di mana, anak yang mampu mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari satu kali selama Ramadhan, akan mendapatkan penghargaan.
Tradisi keluarga lainnya adalah selalu iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadan di Masjid Habiburrahman IPTN dengan membangun empat tenda.
“Saat beriktikaf ini, sangat terasa kenikmatan kebersamaan keluarga ini,” kata Umi.
Baca Juga:
- “Saat Memandikan Jenazah, Senyum dan Kebersihan Jasad Menarik Perhatian Saya”
- Siti Muntamah Istri Mang Oded: Insya Allah Kita Berkumpul Kembali di Surga-Nya
Meski kini Mang Oded telah berpulang ke haribaannya, tapi warisan yang ditinggalkan begitu berharga. Semoga semua amal kebaikan selama hidup di dunia, mendapatkan ganjaran setimpal.