Ngelmu.co – Sejumlah warga Wadas, Bener, Purworejo, Jawa Tengah, yang menolak pengukuran, mengaku kecewa dengan Gubernur Ganjar Pranowo.
Mereka tampak lesu karena tidak ditemui oleh Ganjar, sehingga tidak dapat menyampaikan keluh kesah yang ada.
“Berarti ketemunya yang setuju saja, ya?” kata seorang ibu rumah tangga yang tengah memotong bambu apus di depan teras bersama ibu-ibu lain.
Menelan pil pahit, sebagian besar dari mereka pun memilih melanjutkan aktivitas atau kembali ke rumah.
Ibu-ibu di Desa Wadas, memang terbiasa membawa pisau-pisau kecil untuk memotong bambu apus; sebagai bahan pembuatan besek.
Biasanya, mereka berkumpul di teras salah seorang warga untuk mengerjakannya bersama-sama.
Sementara bapak-bapak di Desa Wadas, juga terbiasa membawa alat-alat potong seperti arit.
Sebab, sebagian besar dari mereka memang berprofesi sebagai petani atau pekerja kebun.
Sudah sewajarnya mereka membawa arit dalam keseharian; untuk memotong tanaman.
Baca Juga:
Sebagai informasi, pada Rabu (9/2/2022) kemarin, Gubernur Ganjar Pranowo memang menemui sejumlah warga Desa Wadas.
Mereka adalah yang warga yang telah menyetujui pengukuran rumah atau tanahnya.
Makin unik, karena sejumlah warga yang ada, tampak memakai name tag kuning bertuliskan ‘WARGA’.
Dengan tangan terbalut pascakecelakaan sepeda, Ganjar menemui beberapa warga di pelataran Masjid Al Hidayah.
Salah satu dari dua titik kumpul pusat polisi di Desa Wadas, selain Masjid Krajan yang menjadi lokasi penangkapan puluhan warga.
Sejumlah warga yang sudah menyetujui pengukuran dan berkesempatan hadir, terlihat senang dapat bertemu dengan Ganjar.
Terlebih, mereka juga mendapat kesempatan untuk berbincang serta berfoto dengan Ganjar.
Di sana, Ganjar pun berpesan, agar warga senantiasa menjaga kerukunan, karena menurutnya, berita di luar simpang siur.
Ganjar yang didampingi Bupati, Kapolda, Kapolres, dan rombongan untuk melihat secara langsung ke lokasi, melayangkan janji kepada warga yang sudah berkenan diukur tanahnya.
Ganjar bilang, segala urusan akan segera diselesaikan.
Ia juga meminta, agar warga yang telah menyetujui pengukuran, tidak menggunakan uang mereka untuk membeli barang-barang mewah seperti mobil.
“Jangan pakai beli mobil, dipakai untuk usaha, biar bagus,” tutur Ganjar, mengutip Republika.
“Kemudian relasi antarwarga, biar tidak terpceah, maka komunikasinya biar bagus, hormati semua pihak,” imbuhnya.
Baca Juga:
Lebih lanjut, Ganjar mengeklaim, sempat mendapat telepon dari mantan bupati Kebumen.
Tujuannya adalah menanyakan berita kekerasan yang menimpa ibu-ibu di Desa Wadas.
Ganjar juga bilang, ia dapat telepon dari Menko Polhukam Mahfud MD, agar melaporkan kunjungan lapangan yang berlangsung pada Rabu (9/2/2022) sore.
“Insya Allah, kita akan selesaikan dengan cepat,” kata Ganjar.
“Tadi kalau kita hitung-hitung, kemungkinan sehari bisa selesai. Kodam juga mendampingi,” sambungnya.
“Mudah-mudahan bisa diselesaikan, dan BPN kerjanya lebih cepat. Sehingga tidak ada isu-isu beredar,” lanjutnya lagi.
Ganjar kemudian menambahkan, polisi akan membebaskan puluhan warga yang ditangkap, agar tidak muncul kabar simpang siur.
Sayangnya, setelah itu Ganjar tidak melanjutkan kunjungan ke Masjid Krajan; lokasi penangkapan warga.
Ia langsung meninggalkan lokasi.
Terpisah, Siti Rodiyah; seorang warga yang berbincang dengan Ganjar, mengungkapkan harapan ada kejelasan secepat mungkin mengenai tanah mereka.
Sehingga uang ganti rugi yang mereka terima juga bisa cepat dimanfaatkan untuk keperluan lain.
Rodiyah sendiri memiliki tanah warisan dari orang tuanya sekitar 1.000 meter.
Selama ini, ia memanfaatkannya untuk berkebun, seperti pete dan kelapa.
Maka Rodiyah berharap, nantinya, tanah itu dapat lebih bermanfaat untuk kepentingan umum.
“Kalau sudah jadi untuk kepentingan umum, biar bermanfaat, uangnya mau saya bagi ke anak cucu dan buat usaha,” ujar Rodiyah.