Ngelmu.co – Muhammad Ridwan tidak pernah menyangka akan mendapatkan suara tertinggi saat pemilu legislatif lalu.
Pasalnya, ia yang tidak pernah menjanjikan apa-apa kepada pemilih, sekaligus harus bersaing dengan politisi yang bermain politik uang.
Syukurnya, rakyat memberikan kepercayaan mereka kepada Ridwan, untuk menjadi anggota DPRD Sumatra Barat periode 2019-2024.
Ridwan yang merupakan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), terpilih dari daerah pemilihan Sumbar II.
Meliputi Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman.
100 Persen Gaji untuk Rakyat
Selama kampanye, Ridwan tidak menebar janji. Namun, setelah terpilih, ia memutuskan untuk mengalirkan 100 persen gaji sebagai anggota DPRD.
Bukan cuma bulan pertama menjabat, tetapi keputusan itu akan berjalan selama lima tahun masa kerjanya sebagai anggota DPRD.
Ridwan yang lahir di Pariaman, 12 Desember 1978 itu mengalokasikan gajinya–yang mencapai Rp42 juta–untuk tiga hal.
Di antaranya, ia beri kepada para anak yatim.
Lalu, Ridwan pakai juga untuk membedah kedai milik rakyat.
Sementara sepertiganya lagi untuk kegiatan dakwah.
Ridwan terjun ke dunia politik memang bukan untuk menimbun uang.
Sebab, jauh sebelum itu, pria yang pernah menjadi Presiden Mahasiswa BEM Universitas Andalas tersebut sudah punya dua usaha.
Itu mengapa, sebagai wakil rakyat, Ridwan yang mendapat 14 ribu suara tidak segan mengalirkan kembali gajinya untuk rakyat.
Keputusan ini juga bagian dari totalitas pria S1 Fisip Universitas Andalas dan S2 Komunikasi Politik Universitas Mercu Buana Jakarta itu kepada rakyat.
“Karena didukung oleh masyarakat, maka sebagai bentuk totalitas dan pengabdian saya, semua yang diperoleh dikembalikan ke masyarakat,” tutur Ridwan, mengutip Antara.
Jadi Bapak Asuh
Pascadilantik sebagai anggota DPRD Sumbar, Ridwan langsung menjalankan rencananya; menyumbangkan seluruh gaji bulanan.
Langkah awal yang ia ambil adalah mengumpulkan 50 anak yatim berusia 12-14 tahun yang tersebar di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman.
Di saat itu juga, Ridwan langsung menyatakan komitmen untuk menjadi bapak asuh mereka.
Ridwan, mengalokasikan dana tahun kepada masing-masing anak, dalam bentuk uang belanja bulanan.
Nilainya Rp205 ribu per orang, dan langsung masuk ke rekening mereka masing-masing.
Bukan cuma itu, ketika tahun ajaran baru, Ridwan juga menyiapkan dana untuk mereka membeli seragam dan juga kebutuhan belajar lainnya.
Tidak terkecuali keperluan mereka menjelang Idulfitri. Anak-anak yatim itu juga mendapat tunjangan hari raya.
Jika dihitung di awal, maka selama lima tahun masa jabatannya, Ridwan bakal menggelontorkan Rp700 juta untuk 50 anak yatim itu.
Lebih lanjut, Ridwan melibatkan pengurus partainya di Pariaman dan Padang Pariaman, untuk mencari anak-anak yatim.
Tidak terkecuali alumni sekolah, Ridwan juga melibatkan mereka.
Tiap bulan, Ridwan juga menggelar pertemuan rutin dengan para anak yatim itu, sebagai bentuk pembinaan selaku bapak asuh.
Pertemuan pertama ia pakai untuk berkenalan sekaligus mengevaluasi proses belajar para anak asuhnya.
Ridwan juga mengecek pelaksanaan ibadah rutin, seperti salat.
“Waktu itu setelah saya tanya, ‘Siapa yang rutin salat Subuh?’, ternyata cuma enam orang,” cerita Ridwan.
“Ini membuat saya sedih dan merasa bertanggung jawab agar mereka semua menjadi lebih baik,” sambungnya.
Ridwan pun bertekad untuk mendidik anak-anak yatim itu agar menjadi generasi penerus yang berkualitas, meski ayah kandung mereka telah tiada.
“Ketiadaan ayah tidak boleh membuat seseorang kehilangan semangat hidup. Mereka adalah para generasi penerus yang harus dibina,” ujar Ridwan.
Bedah Kedai
Ridwan juga mengalirkan sepertiga gajinya untuk bedah kedai, di mana anggaran minimalnya Rp1,5 juta untuk satu warung.
Ia juga menetapkan syarat warung rumahan yang akan dibedah, yakni yang dikelola oleh janda, tetapi punya tanggungan anak.
Setelah tim melakukan survei dan menilai kelayakan untuk menadapat bantuan, maka uang tunai akan langsung diberikan.
Baik untuk membeli barang belanjaan, ataupun memperbaiki kedai.
Adapun jumlah kedai yang dibedah tiap bulan, bervariasi. Kepastian hanya sampai sepertiga gajinya terpakai untuk bedah kedai.
Kegiatan Dakwah
Lalu, sepertiga terakhir dari gaji Ridwan sebagai anggota DPRD, akan mengalir untuk kegiatan dakwah dan keagamaan.
Penyalurannya akan diwakili oleh PKS. “Saya percayakan sepenuhnya [partai] untuk menyalurkan, agar bisa bermanfaat,” sebut Ridwan.
Alasan Ridwan mengalirkan 100 persen gajinya untuk rakyat adalah karena ia memandang jabatan sebagai amanah.
Meskipun ia juga mengakui, keputusan ini tidak mudah, karena bukan tidak mungkin ada pihak lain yang kurang nyaman.
Namun, komitmen membuat Ridwan membulatkan tekad, sekaligus bersiap menghadapi apa pun tantangan di depan.
Baca Juga:
Sepertinya, pesan Buya Ahmad Syafii Maarif, tepat untuk menggambarkan keputusan Ridwan ini.
“Jangan jadi politikus, sebelum mampu dan cukup dalam urusan keluarga, dan jangan jadikan panggung politik itu untuk mengais rezeki.”
Pasalnya, di saat politisi lain berlomba mengumpulkan harta; bahkan tidak sedikit yang maling uang rakyat, Ridwan justru mengembalikan gajinya kepada masyarakat.
Semoga keputusan Ridwan ini dapat menginspirasi politisi Indonesia lainnya.
Bahwa meski menjadi legislator, siapa pun tetap bisa berkubang di ladang pengabdian.
Tidak lain, untuk menjadi wakil rakyat yang berupaya memberikan yang terbaik bagi masyarakat.