Ngelmu.co – Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan (KM ITK), terus menuntut pertanggungjawaban Rektor Budi Santosa Purwokartiko.
Pihaknya pun mengadakan ‘seruan aksi mimbar bebas dan audiensi terbuka’, Senin (9/5/2022).
“Titik kumpul di Persimpangan Jalan Segitiga ITK, titik aksi di halaman depan Gedung A.”
Demikian keterangan yang Ngelmu kutip dari akun Instagram resmi @km_itk, yang dikelola oleh Kabinet Gardapati KM ITK 2022.
Seruan aksi adalah untuk menuntut pertanggungjawaban Budi, selaku Rektor ITK.
“Mahasiswa ITK, harus tetap mengawal isu ini hingga tuntas, dan terus mengharumkan nama almamater ITK.”
View this post on Instagram
Sebelumnya, mereka juga telah merilis hasil Focus Group Discussion yang berlangsung pada Sabtu (7/5/2022).
“KM ITK menyatakan sikap serta melayangkan tuntutan kepada Prof Budi Santosa Purwokartiko selaku Rektor ITK.”
- Meminta maaf dan melakukan klarifikasi secara resmi kepada seluruh rakyat Indonesia;
- Membuat pernyataan resmi, siap mengundurkan diri sebagai Rektor ITK, dengan tenggat waktu 7×24 jam;
- Apabila tuntutan kedua tidak diindahkan, maka KM ITK, menuntut kepada pihak berwenang untuk mencabut jabatannya sebagai Rektor ITK, secara tidak terhormat. Sesuai dengan pelanggaran terhadap UU yang berlaku.
Baca Juga:
- Pengamat Pendidikan Dukung Pencopotan Jabatan Rektor dari Tangan Budi Santosa
- Ada Salam untuk Budi Santosa Purwokartiko!
Sebelumnya, Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Achmad Baidowi atau yang akrab disapa Awiek, juga telah bicara.
Ia menilai, sanksi untuk Budi, berupa pemberhentian sementara dari posisi reviewer Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, masih terlalu ringan.
“Sanksi pemberhentian sementara Budi Santosa Purwokartiko, sebagai reviewer program Dikti maupun LPDP, masih terlalu ringan,” tutur Awiek, Sabtu (7/5/2022) lalu.
Kemendikbud Ristek, seharusnya bersikap tegas dalam memerangi perilaku rasis di dunia pendidikan.
Sekretaris Fraksi PPP DPR RI itu bilang, mengukur kemampuan seseorang dari cara berpakaian, sangat tidak rasional.
Terlebih jika menghubungkannya dengan tingkat spiritualitas.
Awiek menekankan, betapa banyaknya wanita berjilbab yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Bahkan, prestasi mereka gemilang.
“Masalah status ‘manusia gurun’ yang diunggah Rektor ITK Budi Santosa Purwokartiko, sangat melukai umat Islam yang berjilbab.”
“Karena pernyataan tersebut bernada rasis, bernuansa pelecehan, dan merendahkan seseorang dari cara berpakaian,” kritik Awiek.