Ngelmu.co – Ustaz Adi Hidayat berpesan untuk seluruh umat muslim, khususnya di Tanah Air, agar jangan pernah memfasilitasi perilaku menyimpang.
@ngelmuco #UstadzAdiHidayat atau yang akrab disapa #UAH ♬ Allah Allah Aghisna – Nazwa Maulidia
Kita mesti mengenal, apa saja yang diperintahkan, apa saja yang dilarang.
Untuk membuktikan kepada Allah, kita memang telah berhasil menjalani training Ramadan.
Kita menjadi hamba yang makin baik, makin meningkat takwanya. Maka kenali aspek-aspek yang positif; untuk membuktikan itu.
Di saat yang bersamaan, tinggalkan juga segala hal yang tidak disukai oleh Allah.
Di antara yang dilarang itu adalah perilaku koruptif. Maka tidak ada lagi, insan, alumni Ramadan, yang tergerak untuk mencuri, korupsi.
Itu perbuatan mungkar yang diingkari oleh hati.
Tidak ada begal membegal. Merampok, menipu, membuat hoaks, itu mungkar, dan bukan karakter utama orang takwa.
Di saat yang bersamaan, juga ada yang disebut dengan fahsya, zina, LGBT, homoseksual, lesbian, kata-kata kotor, jorok.
Jangan sampai juga dilakukan oleh insan yang beriman.
Apalagi memfasilitasi itu semua, tampil dalam berkehidupan.
Tidak menjadi teladan. Bukan menjadi tontonan. Apalagi menjadi tuntunan dalam kehidupan bermasyarakat, bersosial.
Karena itu, ciri utama insan yang berhasil menjalani training Ramadan-nya, atau sekadar ingin meningkatkan takwa, maka ia menjauhi itu semua.
Menjadi perilaku? Sangat terlarang. Memfasilitasi? Bisa melahirkan dosa jariah.
Untuk itulah di Qur’an surah keempat; An-Nisa, di ayat ke-85, kedua hal ini ditampilkan oleh Al-Qur’an.
Dan yang paling menarik, fasilitator yang menghadirkan nilai-nilai kebaikan, berpeluang mendapatkan pahala jariah, sedekah jariah.
Begitu pun demikian dengan fasilitator yang menghadirkan ruang-ruang maksiat, yang berpotensi dilihat, ditiru.
Bahkan menjadi kebanggaan bagi pelaku-pelaku lainnya, [mereka] berpotensi mendapatkan dosa jariah dari perilakunya.
Baca Juga:
- “Di Zaman Kemaksiatan Dianggap Wajar…”
- ‘Ketidaknormalan’ Harus Diobati, Bukan Dibiarkan dengan Dalih Toleransi
Demikian disebutkan di Qur’an surah keempat; An-Nisa, di ayat ke-85.
Siapa pun yang memfasilitasi, mendorong, atau bahkan menolong, atau bahkan mengarahkan, pada jalan-jalan kebaikan.
Ia berpotensi mendapatkan peluang-peluang kebaikan, pahala yang sama dengan orang yang difasilitasi berbuat baik itu.
Namun, sebaliknya, siapa pun yang memfasilitasi, mendorong, bahkan menolong, terbukanya ruang-ruang maksiat, dan memfasilitasi kemaksiatan itu.
Ia berpotensi mendapatkan dosa jariah, keburukan yang dilakukan oleh mereka yang berbuat maksiat ataupun yang melakukan keburukan itu.
Maka setiap dosa yang terkumpul, berpotensi mengalir kepada fasilitatornya.
Sungguh Allah Maha tepat waktu, Maha tegas, Maha adil, dalam memberikan segala balasan dari perilaku setiap hamba-Nya.
Semoga Idulfitri yang telah kita lalui, setidaknya sepekan ini, membuktikan bahwa kita adalah insan takwa yang sejati.
Dengan mengerjakan dan menampilkan segala yang mulia, dan menghindarkan segala hal yang tidak disukai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan berpotensi mengganggu stabilitas berkehidupan.
Khususnya kehidupan bersosial, berbangsa, bernegara, bermasyarakat, yang bermartabat.
Siapa pun kita, pada akhirnya, kita akan kembali kepada Allah, dan mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan.
Semoga Allah meridai kita, semoga Allah membimbing kita menjadi pribadi yang lebih baik, memakmurkan bangsa tercinta ini, dan melahirkan generasi-generasi terbaik.
Yang berkhidmat untuk kepentingan bangsa, negara, dengan niat ikhlas sebagai ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.