Ngelmu.co – Liciknya wanita bernama, Erayani. Warga Lahat, Sumatra Selatan yang melakukan rentetan penipuan terhadap wanita lain berusia 28 tahun.
Korban Erayani, bernama Sintia; bukan nama sebenarnya. Ia tinggal di Kecamatan Kota Baru, Kota Jambi.
Erayani menipu Sintia, dengan mengaku sebagai seorang pria yang berprofesi dokter, hingga keduanya nikah siri.
Kenal via Aplikasi
Sintia mengenal Erayani, melalui aplikasi kencan; Tantan, akhir Mei 2021 lalu.
Pada foto profil, Erayani tampak mengenakan pakaian selayaknya dokter, Sintia pun bersedia berkenalan.
Selang satu bulan; Juni 2021, Erayani datang ke Jambi, untuk menemui calon korbannya.
Sintia tidak merasa curiga setelah bertemu Erayani, yang ia lihat memang berpenampilan layaknya pria.
Pada awal Juli 2021, pelaku pun kembali ke Lahat. Alasannya, ia hendak mengambil berkas identitas.
Erayani juga mengaku ingin meminta izin kepada keluarganya untuk menikahi Sintia.
Rencananya, pernikahan mereka akan berlangsung pada 9 Juli 2021.
Namun, Erayani mengaku jika ibunya meninggal, karena Covid-19.
Sehingga tantenya meminta agar pernikahannya dengan Sintia, ditunda.
@ngelmuco #Erayani ♬ Breaking News Background Music (Basic A)(1001538) – LEOPARD
Di saat kembali ke Jambi, penipu itu tetap tidak membawa berkas serta syarat untuk pernikahan.
Erayani berdalih, pembaruan KTP di dinas terkait, belum selesai.
“Jadi, ia ke Jambi, tapi tidak bawa berkasnya. Alasannya, ganti nama sesuai dengan nama muslim,” kata Sintia, Rabu (15/6/2022).
Iya, mengutip Kumparan, Erayani mengaku sebagai seorang mualaf. “Sehingga mengganti nama yang sesuai,” sambung Sintia.
Beberapa hari kemudian, paman dari Sintia, mengusulkan agar keduanya nikah siri saja, agar dapat segera sah; meski dokumen identitas belum ditunjukkan.
Sintia sempat menolak usulan itu, karena ia ingin menikah secara resmi di mata negara.
Namun, akhirnya nikah siri berlangsung di tanggal 18 Juli 2021.
“Pagi hari, saya itu disarankan sama paman saya, untuk nikah siri. Malam langsung dinikahi, dengan omongan saja,” kata Sintia.
“Tidak dengan bukti identitas. Cuma percaya saja. Lalu, saya minta izin orang tua,” imbuhnya.
Muncul Kecurigaan
Kala itu, ibu Sintia yang berinisial S, mengatakan bahwa saat pernikahan sang putri, dirinya tengah sakit.
Sudah beberapa hari ia terbaring bersama suaminya yang mengidap strok.
Akhirnya, ibu dan bapak Sintia pun tidak menyaksikan pernikahan anaknya.
“Ibu tidak bisa ngapain-ngapain saat itu,” jelas Sintia.
Setelah sekitar satu bulan, dan kondisi S, membaik, ia pun curiga jika menantunya adalah wanita.
“Timbul kecurigaan habis menikah itu. [Erayani] katanya dokter, tapi kok, tidak bekerja? Banyak alasannya,” kata S.
“Hati ini jadi tertekan. Sebulan itu saya telusuri,” ujar S.
“Dua bulan berlanjut, saya dituduh suuzan. Saya tetap minta identitas lengkapnya,” tegasnya lagi.
S teguh meminta bukti identitas Erayani. “Sempat disaksikan masyarakat, Bhabinkamtibmas, Babinsa, Ketua RT, Ketua adat.”
“[Erayani] tidak bisa menunjukkan identitasnya secara nyata atau online, padahal [sudah] selama 5 bulan di sini,” jelas S.
Baca Juga:
Namun, Erayani berani tanda tangan di atas meterai 10.000, untuk berjanji, akan membuktikan identitasnya.
Apa yang dilakukan Erayani, keesokan harinya? Ia malah membawa kabur Sintia, ke Lahat.
“Pakai mobil rental, bawa saya ke Lahat. Ia mengajak dengan alasan, ibu suuzan terus,” ucap Sintia.
“Ke sana untuk mengambil identitas. Saat itu saya belum mandi dan belum sarapan,” lanjutnya.
Sampai di rumahnya, Erayani mengurung Sintia–selama empat bulan–di kamar.
Sintia bahkan tidak sempat berbicara dengan orang-orang yang ada di sana, kecuali kepada si penipu.
“Saya dikurung di kamar. Alasannya, saya sakit, diguna-guna ibu. Bahaya kalau keluar. Jadi, saya ketakutan,” beber Sintia.
Di sisi lain, S melaporkan kecurigaannya ke polisi. Sehingga kasus ini terungkap, dan sampai ke pengadilan.
Ia juga mendoakan keselamatan serta kebaikan untuk anaknya.
10 Bulan Lebih Menipu
Erayani berhasil mengelabui Sintia, selama 10 bulan lebih. Ia berhasil menyamar sebagai pria bernama Ahnaf Arrafif.
Sintia yang merupakan sarjana ekonomi dari salah satu universitas di Yogyakarta, dibuat percaya olehnya.
Mereka bahkan tengah mempersiapkan resepsi yang rencananya digelar pada Oktober 2022, mendatang.
Foto pranikah hingga suvenir pernikahan juga telah disiapkan.
Dalam foto pranikah yang dijadikan barang bukti, Erayani dan Sintia berfoto di sebuah hotel berbintang di Jambi.
Erayani mengenakan setelan jas putih dokter, lengkap dengan stetoskop di lehernya.
Sintia yang berdiri di sampingnya, tampak mengenakan kebaya.
Pada suvernir dan tas kertas bingkisan, tertera nama keduanya. Erayani asyik dengan nama palsunya:
Menurut Sintia yang memberikan kesaksian di persidangan, Selasa (14/6/2022), selama di rumahnya, Erayani–yang sudah menjadi terdakwa–bersikap baik.
“Sempat mengobati ayah saya. Akhirnya, saya percaya ia dokter. Ia mengecek tensi, ia menyarankan obat. Saya cuma beli.”
“Awal-awal datang saja, ia mengecek kesehatan orang tua,” tutur Sintia di hadapan Hakim Ketua Alex Pasaribu.
Sehari-hari, selama di rumah Sintia, Erayani bersikap layaknya pria.
Ia bicara dengan suara berat, walaupun menurut Jaksa Penuntut Umum, Kejari Jambi, Sukmawati, suara aslinya seperti wanita.
“Suara si terdakwa seperti perempuan, tapi saat ia mengobrol sama si korban, itu dibuat nge-bass, seperti laki-laki.”
Demikian ungkap Sukmawati, mendampingi Kasi Pidum Kejari Jambi, Irwan, kala ditemui di Kejari Jambi.
Sukmawati bilang, selama bersama Sintia, Erayani menutup rapat-rapat identitas aslinya sebagai seorang wanita.
“Kalau pakai baju itu [bajunya] kedodoran. Enggak pernah pakai bra,” sambungnya.
“Payudaranya, diakui sebagai tumor yang [sedang] ia obati. Itulah akhirnya, meminjam uang korban,” imbuhnya lagi.
Penipuan Lainnya
Erayani mengaku berprofesi sebagai dokter, tetapi ia tidak pernah melaksanakan pekerjaannya di keseharian.
Kepada Sintia, ia malah mengaku punya perusahaan batu bara. “Enggak buka praktik, tapi mengaku punya perusahaan,” ucap Sukmawati.
Sepuluh bulan Erayani dan Sintia, nikah siri. Sampai akhirnya identitas asli penipu ini terbongkar.
Selama itu juga keduanya berhubungan layaknya suami istri. Tidur bersama, hingga berhubungan badan.
“Ia [Sintia] enggak tahu apa yang dimasukkan ke dalam kelaminnya, karena matanya ditutup,” jelas Sukmawati.
“Berdasarkan keterangan korban, matanya ditutup pakai selendang, atau alat penutup, gitu,” imbuhnya.
“Sehingga korban enggak melihat alat kelamin terdakwa seperti apa,” sambungnya lagi.
@ngelmuco Irwan selaku Kasi Pidum Kejari #Jambi pun bicara soal #Erayani ♬ News, news, seriousness, tension(1077866) – Lyrebirds music
Parahnya lagi, menurut ibunda Sintia, Erayani bahkan pernah menjadi imam salat di salah satu masjid.
S mengaku selalu menaruh curiga kepada Erayani, karena sikapnya tidak tampak sebagai pria normal.
Erayani pun berupaya meyakinkan S–dan juga yang lainnya–dengan berbagai cara.
Salah satunya, ia pernah menjadi imam salat, dan juga melaksanakan salat Jumat.
“Pelecehan agama dilakukannya. Sempat mengimami salat di masjid. [Melaksanakan] salat Jumat juga. Itu yang menguatkan pernyataannya,” ungkap S.
Baca Juga:
Sebelumnya, Erayani juga berjanji akan mengurus pengobatan suami S, yang mengidap strok.
Itu mengapa, S akhirnya memberikan uang berkali-kali kepada Erayani, bahkan sampai menjual barang. Totalnya? Mencapai Rp300 juta.
S berharap, penipu ini terjerat pasal berlapis, karena telah memalsukan identitas, melakukan penipuan untuk mendapatkan uang, serta diduga melecehkan agama.
“Nama baik anak saya juga rusak. Tidak hanya di Jambi, tapi di luar Jambi,” tegasnya.
Di akhir, Sintia bilang, bahwa keluarga Erayani–tante, saudara kandung, dan ibu angkat yang berada di Lahat–juga ikut menipu.
Mereka mencoba meyakinkan bahwa Erayani adalah pria, dan benar berprofesi sebagai dokter.
“Ada adik kandungnya, tantenya, ibu angkat. Setting-an-nya, ibu kandungnya meninggal, dan ia tinggal dengan ibu angkat,” kata Sintia.
“Sempat video call dengan mereka untuk meyakini bahwa pelaku adalah laki-laki,” pungkasnya.