Ngelmu.co – Belakangan, lagu ‘Joko Tingkir Ngombe Dawet’, viral di berbagai media sosial.
Lagu yang mulanya, pada awal 2021 lalu, dinyanyikan oleh YouTuber Tama Halu 008.
Akhir-akhir ini, lagu tersebut jadi makin menyebar, bahkan trending di YouTube.
Tepatnya, setelah beberapa artis ternama seperti Trio Tingkir [Percil, Deny Caknan, Sodiq New Monata], Happy Asmara, dan Yeni Inka, menyanyikan ulang lagu itu.
‘Joko Tingkir Ngombe Dawet’ makin melejit, karena menjadi latar berbagai video di media sosial TikTok pun Instagram (Reels).
Baca Juga:
Namun, di sisi lain, popularitas lagu dangdut bergenre koplo–bergaya parikan (mirip pantun)–ini juga langsung menuai protes berbagai pihak.
Mulai dari Gus Muwafiq, akademisi UINSA, dan teranyar adalah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur.
Para pihak yang menyoal, menilai lagu parikan ‘Joko Tingkir Ngombe Dawet’, tidak mencerminkan kebudayaan, dan jauh dari kepantasan.
Gus Muwaffiq, bahkan jengkel dengan pengarang lirik, “Joko tingkir ngombe dawet, Jo dipikir marai mumet” ini.
Menurutnya, ini menggambarkan bahwa pengarang tidak mengetahui sejarah.
Joko Tingkir, tutur Gus Muwaffiq, bukanlah orang sembarang, melainkan ulama besar yang menurunkan ulama-ulama di Jawa.
Lantas, sebenarnya siapa Joko Tingkir ini?
Berikut Ngelmu mengutip nu.or.id, tentang catatan Kiai Ishomuddin Hadziq (Gus Ishom), muhaqiq kumpulan karya Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari:
Joko Tingkir adalah kakek ke-3 dari Kiai Hasyim Asy’ari; pendiri Nahdlatul Ulama.
Artinya, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) merupakan generasi ke-6.
Nasab Joko Tingkir bertemu dengan Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, salah satu wali sanga yang telah berjasa besar dalam mendakwah Islam di Nusantara.
Dalam tahqiq kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim oleh Gus Ishom, tercatat silsilah Joko Tingkir, sebagai berikut:
التعريف بالمؤلف. اسمه ونسبه: هو محمد هاشم، بن أشعري، بن عبد الواحد، بن عبد الحليم الملقب بفاعيران بناوا، ابن عبد الرحمن الملقب بجاكا تيعكير سلطان هادي ويجایا، بن عبد الله، بن عبد العزيز، بن عبد الفتاح، بن مولانا إسحق والد رادين عين اليقين المشهور بسوتن كبري، التبوإيرنجي الجنباني
Artinya:
“Mengenal penulis kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Nama dan nasabnya: beliau adalah: (1) Muhammad Hasyim bin (2) Asy’ari, bin (3) Abdul Wahid, bin (4) Abdul Halim–yang bergelar Pangeran Benowo, bin (5) Abdurrahman–yang berjulukan Joko Tingkir dan bergelar Sultan Hadiwijoyo, bin (6) Abdullah, bin (7) Abdul Aziz, bin (9) Abdul Fatah, bin (10) Maulana Ishaq–ayahnya Raden Ainul Yaqin yang terkenal dengan gelar Sunan Giri, Tebuireng Jombang.”
(Ishomuddin Hadziq, Tahqiq Adabul ‘Alim wal Muta’allim, [Jombang, Maktabatut Turatsil Islami: 1415], halaman 3).
Catatan itu secara gamblang menginformasikan bahwa Joko Tingkir–yang juga punya panggilan Mas Karebet–ini bukan sembarangan.
Jalur nasab ke atas, sampai kepada Maulana Ishaq ayah Sunan Giri; sedangkan jalur nasab ke bawah, sampai kepada Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahid Hasyim, dan Gus Dur.
Tokoh-tokoh besar yang sangat dihormati oleh bangsa ini.
Kalau kita membaca data sejarah lebih lanjut, maka kita akan mengetahui, bahwa Joko Tingkir adalah raja sekaligus pendiri kerajaan Pajang.
Kerajaan yang memerintah pada 1568-1582, dengan gelar Sultan Hadi Wijaya atau Adi Wijaya.
Jasanya sangat besar dalam mendakwah Islam di bumi Nusantara.
Begitu juga anak cucunya yang terus berkiprah sampai sekarang.
Maka itu pertanyaannya, “Pantaskah tokoh terhormat, diparodikan secara tidak hormat, sebagaimana yang terjadi sekarang?”
Wallahul musta’an.
Baca Juga: