Ngelmu.co – Harian Kompas menyampaikan permintaan maaf kepada @AremaFC–bukan akun Twitter resmi–yang sebelumnya melayangkan teguran.
Pada Senin (3/10/2022) malam, akun @AremaFC–berpengikut lebih dari 239 ribu–mengunggah sebuah gambar.
Berisi tulisan dengan judul ‘Tragedi Sepak Bola dan (Gas) Air Mata’, milik Sophan Yahya Warnasouda.
Di sana tercantum bahwa Sophan merupakan dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Pasundan, Bandung, Jawa Barat.
“Dear @hariankompas, tidak ada suporter Persebaya yang datang ke Kanjuruhan, apalagi sampai turun ke lapangan. Ini tulisan ngawur dan tidak berdasarkan fakta,” tegas @AremaFC.
Twit itu pun viral.
Selang beberapa menit, @hariankompas mengetwit, “Ralat: Redaksi harian Kompas berterima kasih atas masukan pembaca.”
“Artikel ini ialah tulisan opini dari penulis lepas. Kami mohon maaf atas ketidaktelitian dalam proses sunting.”
“Semoga kami bisa lebih baik lagi. Pembetulan juga akan dimuat di harian Kompas besok (4/10/2022).”
Harian Kompas juga membalas langsung twit dari @AremaFC, “Selamat malam. Terima kasih banyak atas koreksinya terhadap tulisan Opini ini.”
“Kami memohon maaf atas ketidaktelitian dalam proses sunting. Kami akan berusaha lebih baik lagi 🙏🏼.”
Adapun yang sebelumnya dimaksud ‘ngawur’ oleh @AremaFC, terdapat pada paragraf kelima tulisan Sophan.
Sopan menyebut, banyaknya Aremania yang turun ke lapangan setelah pertandingan, membuat kelompok suporter Persebaya ikut bergerak.
“Suporter klub Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang setelah pertandingan turun ke lapangan dalam jumlah sangat banyak, memicu kelompok suporter Persebaya juga turun tumplek bleg di lapangan hijau. Terjadilah situasi yang chaos. Melihat kenyataan ini, pihak keamanan/kepolisian segera turun tangan. Mereka melepas penghalau massa berupa tembakan gas air mata.”
Demikian bunyi paragraf lima dalam tulisan Sophan, yang termuat di Harian Kompas, dan mengundang protes dari @AremaFC.
Sebab, pada faktanya memang tidak ada suporter Persebaya Surabaya yang hadir di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam lalu.
Dalam artian, kericuhan yang terjadi–hingga menelan ratusan nyawa Aremania–tidak disebabkan hal seperti yang disebutkan oleh Sophan.
Terpisah, Ngelmu juga telah mengulas beberapa pengakuan saksi yang berada langsung di lokasi saat insiden terjadi.
Selengkapnya:
- Kesaksian Lengkap Seorang Suporter terkait Kronologi Kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang
- Betapa Pilu Kesaksian Tragedi Kanjuruhan: Gate 13 seperti Kuburan Massal
- “Bapak Meninggal, Demi Menyelamatkan Kami”
- “Kenapa Tembakan Gas Air Mata Diarahkan ke Kami?“
- “Saya Temukan Teman Saya Sudah Meninggal…”
- “Suami dan Bungsu Saya Terpisah, Kondisi Sudah Meninggal”
Baca Juga: