Ngelmu.co – Enam ruangan pameran koleksi prasejarah di Museum Nasional Indonesia (Museum Gajah), ludes terbakar.
Kebakaran terjadi pada Sabtu (16/9/2023) malam, dan imbasnya, museum pun ditutup sementara untuk umum.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, buka suara.
Ia mendorong pihak kepolisian untuk segera melakukan investigasi, demi mengusut penyebab kebakaran Museum Nasional.
Kebakaran yang melanda museum ini juga memicu pertanyaan, bagaimana pengamanan benda-benda bersejarah yang ada di sana?
Penyebab Kebakaran
Pada Sabtu (17/9/2023) malam, sekitar pukul 20.00 WIB, kebakaran terjadi di museum yang terletak di pusat ibu kota Jakarta itu.
Sebanyak 13 unit mobil kebakaran, dikerahkan untuk memadamkan api yang cepat menjalar ke sejumlah area museum.
Menurut Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Komarudin, dua jam kemudian atau sekitar pukul 22.00 WIB, api dapat dikendalikan.
Ia juga menyampaikan, bahwa pihak kepolisian masih mendalami penyebab kebakaran.
Adapun Nadiem, mengatakan, “Ini merupakan hal yang sangat menyedihkan buat kami, bahwa ini bisa terjadi,” tuturnya di lokasi, Sabtu (16/9/2023).
“Tentunya, tadi kami juga berbicara dengan aparat kepolisian untuk bisa segera melakukan investigasi, mengenai apa alasan dan penyebab kebakaran tersebut.”
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB) Kemendikbud Ahmad Mahendra juga bicara.
Ia mengungkapkan, pihaknya berkomitmen untuk menyelidiki penyebab dari kebakaran tersebut.
“Investigasi terus dilakukan untuk menentukan penyebab pasti kebakaran ini,” kata Mahendra, Ahad (17/9/2023).
Sebelumnya, pemadam kebakaran menyatakan, letupan pendingin udara (AC), memantik kebakaran yang bermula dari bangunan nonpermanen untuk pekerja di belakang gedung.
“Penyebabnya dari bedeng yang sedang ada pengerjaan di bagian belakang, bedeng tukang.”
Demikian pernyataan Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta, Satriadi Gunawan, Sabtu (16/9/2023).
Lalu, api menjalar ke Gedung A yang merupakan bagian dari kompleks Museum Nasional.
“Ada letupan AC yang mengakibatkan adanya api, terjadi perambatan ke sisi Gedung A1, bagian belakang,” jelas Satriadi.
Dampak Kebakaran
Menurut Ahmad Mahendra, enam ruang pamer koleksi prasejarah di Gedung A, ludes terbakar.
Adapun 15 ruangan lain di gedung A–serta ruang koleksi gedung B–tidak terdampak.
Ahmad juga menjelaskan, koleksi yang terdampak kebakaran di museum hanya replika, sembari memastikan jika sisanya aman.
Ia menegaskan, bahwa benda bersejarah hasil repatriasi dari Belanda, tidak terdampak kebakaran.
Pasalnya, koleksi itu disimpan di lokasi yang jauh dari pusat kebakaran.
Kombes Pol Komarudin, sebelumnya mengungkapkan penyebab api cepat membesar dan menyebar.
Menurutnya adalah karena banyak materi yang mudah terbakar di Gedung A.
“Saat ini memang Gedung C, sedang tahap renovasi, tahap pengerjaan, [sementara] yang terbakar Gedung A.”
“Gedung C, masih aman-aman saja. Gedung A, kalau kita lihat memang bangunan lama,” jelas Komarudin.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa kondisi atap empat ruangan tersebut roboh; setelah kebakaran hebat melanda.
Komarudin menduga, atap itu roboh lantaran terbuat dari material yang cukup mudah terbakar.
Meski demikian, ia memastikan tidak ada korban dalam kebakaran tersebut.
Namun, seorang pemadam kebakaran sempat mendapat perawatan medis, karena mengalami sesak napas saat melakukan pemadaman.
Pengamanan Artefak
Dalam keterangan resmi di akun Instagram, pengelola Museum Nasional Indonesia, menyampaikan prioritas utama saat ini.
Pihaknya akan melindungi artefak berharga dan benda-benda sejarah yang ada di dalam museum.
Sekaligus mengerahkan tim investigasi internal untuk menentukan penyebab pasti kebakaran, dan melakukan pendataan terhadap koleksi.
Baik yang terdampak, maupun yang berhasil diamankan.
Plt Kepala BLU MCB Kemendikbud Ahmad Mahendra, menambahkan, pihaknya telah membentuk tim khusus yang bertanggung jawab merawat dan mengamankan benda-benda sejarah, serta budaya yang terdampak kebakaran.
Langkah itu sesuai dengan instruksi Mendikbudristek Nadiem Makarim yang juga mendatangi museum pada Sabtu (16/9/2023) malam.
Pihak kepolisian juga telah menyiapkan satu SKK [satuan setingkat kompi] yang terdiri dari 80 personel.
SKK itu akan dikerahkan untuk mengamankan bagian depan dan belakang gedung yang terbakar.
“Mengingat, memang yang kita ketahui, bahwa di Gedung A, banyak tersimpan barang-barang berharga, bernilai sejarah cukup tinggi,” kata Komarudin.
Kebakaran juga berimbas terhadap Museum Nasional yang mesti ditutup sementara.
Museum Gajah
Mengutip situs resmi, eksistensi Museum Nasional Indonesia ini berawal dengan berdirinya suatu himpunan oleh pemerintah Belanda pada 24 April 1778.
Bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Pada masa itu, revolusi intelektual atau yang dikenal dengan era pencerahan [the age of enlightment] terjadi di Eropa.
Kala itu, banyak orang mulai mengembangkan pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan.
Pada 1752, De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen [perkumpulan ilmiah Belanda] didirikan di Harleem, Belanda.
Hal ini mendorong orang-orang Belanda di Batavia–Jakarta di masa sekarang–untuk mendirikan organisasi sejenis.
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen merupakan lembaga independen yang didirikan.
Tujuannya untuk memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi, dan sejarah.
Jumlah koleksi yang terus meningkat, membuat pemerintah Hindia-Belanda, memutuskan untuk membangun gedung museum baru.
Tepatnya di lokasi saat ini museum itu berdiri–Jalan Merdeka Barat, Jakarta–pada 1862.
Namun, gedung museum baru dibuka untuk umum pada 1868.
Oleh masyarakat Indonesia–khususnya penduduk Jakarta–museum ini populer dengan sebutan ‘Gedung Gajah’ atau ‘Museum Gajah’.
Sebab, pada halaman depan museum memang terdapat sebuah patung gajah perunggu.
Patung gajah itu merupakan hadiah dari raja Thailand Chulalongkorn (Rama V) yang berkunjung ke museum pada 1871.
Museum itu juga kerap disebut ‘Gedung Arca’, karena di dalam gedung tersimpan banyak jenis koleksi arca yang berasal dari berbagai periode sejarah di Indonesia.
Koleksi yang Rusak
Pihak Museum Nasional Indonesia (MNI), mengatakan, sebagian koleksi yang terdampak kebakaran pada Sabtu (16/9/2023) malam adalah replika prasejarah.
Pengurus museum juga memastikan, kebakaran berhasil dikendalikan dengan cepat, dan tidak meluas ke gedung lain yang ada di kompleks tersebut.
“Sebagian koleksi yang terdampak adalah replika, seperti di bagian prasejarah.”
“Sisanya dipastikan dalam keadaan aman. Kami secara intensif terus melakukan pengukuran dampak dan rencana tindak lanjut,” kata Mahendra.
MNI akan tutup sementara–sampai informasi lebih lanjut. “Kami mohon pengertian dari masyarakat atas langkah yang kami ambil.”
“Tujuannya adalah untuk memastikan keselamatan dan keamanan pengunjung,” jelas Mahendra.
“Prioritas utama MNI dan BLU MCB saat ini adalah mengidentifikasi dan memperbaiki ruangan museum yang terdampak, serta memastikan keamanan benda sejarah.”
“BLU MCB, telah membentuk tim khusus yang bertanggung jawab untuk menindaklanjuti hal ini.”
Baca juga:
Kebakaran terjadi di Museum Nasional Indonesia (Museum Gajah) pada Sabtu (16/9/2023), sekitar pukul 20.00 WIB.
Menurut seorang petugas kepolisian yang bertugas di TKP, api berhasil dipadamkan sebelum pukul 21.00 WIB.
Berdasarkan pantauan Ngelmu pada pukul 21.37 WIB, Sabtu (16/9/2023), kebakaran telah padam sepenuhnya.
Baik di bagian depan, maupun belakang gedung museum.
Dugaan sejauh ini, kebakaran disebabkan oleh korsleting arus listrik dari bedeng proyek renovasi.
Sehingga, peristiwa itu menghanguskan satu gedung dan sebuah bedeng pekerja.