Ngelmu.co – Bu, maaf, ya, kalau sebagai anak, kita terkesan mengingatmu setahun sekali, yakni di Hari Ibu, 22 Desember.
Maaf juga kalau sebagai anak, kita pernah atau bahkan sering membuatmu menangis.
Tulisan ini kubuat bukan hanya untuk wanita yang dipanggil Ibu, tetapi juga untuk kalian:
Mama, Mami, Bunda, Umi, Uma, Emak, Enyak, atau apa pun itu panggilanmu dari anak-anak tersayang.
Ini juga untuk kalian yang meskipun tidak melahirkan, tetapi siap sedia menemani tumbuh kembang anak dengan penuh kasih.
Bu, banyak banget teman yang sering cerita ke aku, kalau mereka kangen banget sama ibunya.
Ibu mereka yang memang telah tiada, karena harus pulang lebih dahulu ke pangkuan Ilahi.
Aku enggak bisa membayangkan kalau itu terjadi sama aku, Bu. Aku enggak sanggup membayangkan bagaimana rasanya.
Walaupun sakitmu membuat kita, sekarang sudah enggak bisa berbincang, tapi sosokmu yang masih ada, cukup bagiku.
Maaf kalau aku banyak kurang, ya, Bu.
Semoga ibu tahu dan percaya, kalau aku sayang banget sama ibu.
Ibu memang tidak sempurna, tapi kalaupun bisa memilih, aku enggak akan mengganti ibu dengan siapa pun.
Terima kasih untuk semuanya, Bu.
Pengorbanan, waktu, kasih sayang, doa, serta segala yang ibu punya dan beri untuk kita; anak-anak ibu.
Banyak anak yang merasa enggak disayang sama orang tuanya.
Banyak juga orang tua yang merasa enggak disayang sama anak-anaknya.
Namun, semoga prasangka itu enggak pernah tertanam di hati kita, ya, Bu.
Sebab, aku percaya, ibu sayang banget sama aku, sama semua anak ibu.
Semoga ibu juga percaya kalau aku dan semua anak ibu, sayang banget sama ibu.
Walaupun sembuh rasanya tidak mungkin, tapi setidaknya, aku harap kita bisa menikmati sisa waktu bersama dengan penuh canda tawa.
Terima kasih juga sudah memilih pria yang tepat untuk menjadi bapak kita, ya, Bu.
Mari lanjut jalan. Aku dan semua anakmu janji akan menemani hingga lembar akhir.
Semoga kita tidak hanya bersama di dunia, tetapi juga kembali bertemu dan bersama di akhirat kelak.