Ngelmu.co – Debat kedua calon wakil presiden (cawapres) atau debat keempat Pilpres 2024, sudah berlangsung semalam, Ahad (21/1/2024).
Dosen Ilmu Politik & International Studies Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam pun memberikan tanggapan.
Ia bicara soal jurus cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) yang lebih agresif dan kerap melontarkan sentilan kepada cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka.
Umam mencontohkan, bagaimana Cak Imin kerap ‘menyentil’ pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Mulai dari tidak serius dan memilih menunda pelaksanaan pajak karbon, hilirisasi ugal-ugalan, hingga devisa nikel yang sangat kecil.
Cak Imin juga menyentil Prabowo Subianto dengan menyebut adanya ketimpangan kepemilikan lahan 500 ribu hektare.
Ia membandingkannya dengan kepemilikan tanah rakyat yang rendah.
Umam melihat sikap ini menunjukkan Cak Imin, berupaya membedakan dirinya dengan kubu pemerintah.
“Muhaimin kali ini tampil lebih santai, lebih berani, dan lebih agresif.”
“Muhaimin tidak tedeng aling-aling untuk menunjukkan sisi beda dirinya dengan kekuatan pemerintah, yang menjadi ciri khas kubu pro-perubahan,” kata Umam.
Selain itu, ia juga mengatakan, Cak Imin terlihat beberapa kali berusaha memprovokasi dan memantik emosi Gibran dengan menyentil Prabowo.
Salah satunya dengan menyebut ketimpangan kepemilikan lahan 500 ribu hektare.
Belakangan ini, isu lahan 500 ribu hektare diarahkan ke capres nomor urut 2, Prabowo Subianto.
Cak Imin juga coba menyentil Gibran dengan menyampaikan istilah ‘catatan Mahkamah Konstitusi’.
Bahkan, Cak Imin juga terkesan langsung menyerang pribadi Jokowi dengan menyinggung tentang isu ijazah palsu.
“Hingga ada sentilan tentang penghormatan pada masyarakat adat, bukan sesederhana memakai baju adat saat peringatan 17 Agustus tiap tahunnya,” kata Umam.
Bukan cuma itu, ia juga mengatakan, Cak Imin dan Mahfud Md, kembali menunjukkan kekompakan untuk mendegradasi Gibran.
Dalam debat keempat Pilpres 2024 ini, baik Cak Imin ataupun Mahfud, kata Umam, sama-sama mengkritik isu kebijakan.
Mulai dari kebijakan food estate, impor pangan, hingga tudingan kepada pemerintah Jokowi yang dinilai tidak menunjukkan keberpihakan pada petani.
Jurus Cak Imin
Senada dengan Umam, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro juga menyoroti Cak Imin yang kerap mengeluarkan jurus.
Menurutnya, sentilan Cak Imin ke Gibran maupun ke pemerintahan Jokowi, karena yang bersangkutan bagian dari pengusung perubahan.
“Kalau saya, melihatnya memang posisinya hari ini ‘kan koalisi perubahan, mau enggak mau harus mengkritik, ya.”
“Karena kalau tidak, mereka tidak punya diferensiasi dengan pasangan nomor urut 2,” kata Agung.
Ia juga mengatakan, Cak Imin lihai menangkal serangan Gibran.
Salah satunya terlihat saat Gibran menyindir Cak Imin yang dianggap membaca catatan dalam debat.
Namun, Cak Imin tidak gelagapan, ia membalasnya dengan mengatakan, “Yang terpenting bukan catatan Mahkamah Konstitusi.”
Menurut Agung, sikap Cak Imin saat ditekan Gibran, lebih baik ketimbang debat sebelumnya.
“Kalau saya boleh bilang, ini jauh lebih baik dari penampilan [Cak Imin] yang pertama, ya, jauh lebih baik, lebih siap.”
Baca juga:
Peneliti Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati juga bicara.
Ia mengatakan, argumentasi yang dilontarkan Cak Imin dalam debat, menunjukkan pengalaman panjangnya selama duduk di kursi legislatif.
“Apalagi isu desa, pertanian, yang itu menjadi domain Cak Imin ‘kan.”
“Apa yang disampaikan Cak Imin, punya keterikatan panjang Cak imin di bidang itu,” kata Wasis.
Ia juga mengatakan, kritik Cak Imin terhadap pemerintah dan Gibran, menjadi gimik politiknya di debat.
Bagi Wasis, sikap itu menunjukkan kegelisahan Cak Imin yang ingin merevisi kebijakan yang dianggap kurang berpihak kepada rakyat.