Ngelmu.co – Artis, Vincent Rompies, menjadi sorotan, karena sang anak diduga merundung siswa Binus School Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel).
Mulanya, perundungan (bullying) terjadi saat korban ingin menjadi anggota dari salah satu geng.
Adapun syarat untuk dapat bergabung adalah calon anggota perlu membelikan makanan, dan melewati hal lain; termasuk menerima kekerasan fisik.
Saat itulah, korban dilaporkan sempat diikat di tiang, hingga dipukuli menggunakan balok kayu.
Beberapa siswa yang disebut sebagai pelaku, dikabarkan telah menerima sanksi dari pihak sekolah.
Kasie Humas Polres Tangsel Iptu Wendy Afrianto, mengatakan, pihak kepolisian sudah menindaklanjuti kasus tersebut.
Korban juga telah membuat laporan ke Polres Tangsel.
“LP sudah masuk ke Unit PPA Polres Tangsel, sudah dilakukan cek TKP, dan sekarang masih dilakukan penyelidikan oleh penyidik unit PPA Polres Tangsel,” jelas Wendy.
Baca juga:
Kasat Reskrim Polres Metro Tangerang Selatan AKP Alvino Cahyadi, mengatakan, saat ini korban masih menjalani perawatan di rumah sakit.
“Betul, ada luka, untuk detail lukanya menunggu hasil dari dokter,” tuturnya saat dihubungi.
Terlepas dari kasus tersebut, sebetulnya, apa yang harus dilakukan orang tua saat mengetahui anak menjadi pelaku bullying?
Mengutip ChildMind, banyak orang tua yang mungkin menyangkal, atau malah merasa perundungan dilakukan sebagai balas dendam atas kejahatan yang juga menimpa anaknya.
Hal ini memang membutuhkan keberanian orang tua untuk bersikap terbuka, menyadari bahwa anaknya memiliki masalah dan membutuhkan bantuan.
Maka berikut hal yang dapat dilakukan:
Menanggapi dengan Serius
Jangan memperlakukan intimidasi sebagai fase yang dialami anak pelaku bullying.
Ada dampak jangka panjang pada anak yang agresif, bahkan terkadang lebih parah daripada anak lain yang menjadi korban.
Para pelaku intimidasi yang tumbuh dewasa dengan perilaku yang sama, dapat mengalami banyak masalah serius di kemudian hari.
Hal ini, bukan berarti bahwa anak yang menjadi korban perundungan, tidak akan merasakan dampak jangka panjang, ya.
Namun, melalui bantuan teman sebaya, sekolah, dan orang tua, atau mungkin terapi, korban dapat memiliki pandangan yang lebih positif.
Baik terhadap pengalaman menyakitkan yang ia alami, ataupun untuk kemudian melanjutkan hidup.
Komunikasi
Komunikasi adalah kuncinya. Bicara dengan anak untuk mencari tahu, mengapa ia melakukan perundungan.
Sering kali, anak-anak melakukan bullying ketika mereka merasa sedih, marah, kesepian, atau tidak aman.
Tidak jarang juga perubahan besar di rumah atau sekolah, dapat menyebabkan perasaan ini.
Maka dengan komunikasi, kita dapat mengetahui jelas, apa penyebab di balik seorang anak menjadi perundung.
Mengajarkan Empati
Bicaralah dengan anak tentang bagaimana rasanya menjadi korban bullying.
Tanyakan kepada guru atau konselor sekolah, apakah anak menghadapi masalah di sekolah?
Seperti, apakah anak kesulitan dalam mata pelajaran tertentu, atau kesulitan dalam menjalin pertemanan?
Lalu, mintalah nasihat atau masukan dari mereka, tentang bagaimana orang tua dan anak dapat mengatasi masalah ini.
Cek Lingkungan Terdekat
Sering kali, anak-anak yang melakukan intimidasi, dianiaya oleh orang tua, anggota keluarga, atau orang dewasa lainnya.
Maka duduk dan berbincanglah dengan anak. Memberi tahu anak, bahwa sekolah atau orang tua lain telah melaporkan perilaku agresif mereka.
Sembari menekankan bahwa orang tua menyayangi anak, apa pun yang terjadi.
Namun, perilaku anak harus diubah dengan mendukung hukuman sekolah, dan tidak akan menoleransi perilaku tersebut.
Hal lainnya adalah dengan menjelaskan bahwa penindasan dalam bentuk apa pun, menyebabkan penderitaan bagi orang lain.
Biarkan mereka tahu bahwa menjelek-jelekkan, menggoda, memukul, mendorong, memulai atau menyebarkan rumor, dan segala bentuk penindasan lainnya adalah tindakan yang salah dan tidak dapat diterima.
Lalu, beri tahu anak juga bahwa orang tua akan membantu mengubah perilaku, serta memperbaiki situasi.
Tanyakan kepada mereka, bagaimana menurut mereka penindasan dapat dihentikan.
Begitu juga dengan bagaimana menurut mereka, tentang apa yang harus diubah, agar mereka bisa berubah?
Konseling
Anak mungkin juga memerlukan konseling tambahan, karena ini akan membantu mereka belajar berperilaku berbeda.
Mereka juga bisa belajar bertanggung jawab atas tindakannya, sekaligus mengajarkan mereka bagaimana mengembangkan rasa bersalah.
Tidak terkecuali, belajar bagaimana membentuk hubungan yang kohesif.
Melalui modifikasi perilaku dan terapi perilaku kognitif serta keadaan lain yang mungkin memengaruhi perilaku anak, barulah seseorang dapat berupaya untuk membesarkan anak menjadi lebih baik hati, dan lebih berempati.
Sangat penting juga bagi orang tua untuk mengajari anak untuk:
- Meningkatkan komunikasi dengan orang lain;
- Cara mengatasi rasa takut;
- Bagaimana menghadapi dan menantang pikiran-pikiran yang merusak;
- Meningkatkan harga diri;
- Identifikasi mekanisme penanggulangan yang positif; dan
- Mengubah pikiran negatif menjadi lebih positif.
Hal terpenting dari pembahasan ini adalah semoga tidak ada lagi kasus-kasus perundungan yang terjadi di berbagai lapisan lingkungan, ya!