Ngelmu.co – Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), mengirim 11 tenaga medis warga negara Indonesia (WNI) ke Jalur Gaza, Palestina.
Berkolaborasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad, kemudian menceritakan perjuangan para relawan untuk sampai di Rafah.
“Kami berupaya segenap tenaga untuk bisa mengirimkan medis ke Gaza.”
“Jadi, upaya-upaya yang dilakukan, bekerja sama dengan semua pihak, tapi sejak dulu belum ada kabar gembira untuk hal ini.”
Demikian pernyataan awal Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad kepada wartawan di kantornya, Selasa (19/3/2024).
Meski belum mendapat kabar baik untuk dapat mengirim tim medis, MER-C terus berupaya untuk bisa masuk ke Jalur Gaza.
“Tentunya dengan cara-cara yang diplomatis, administratif, dan bisa diterima oleh semua pihak, hingga bisa membantu para korban di Gaza.”
“Maka sebab itu, kami berkolaborasi dengan WHO.”
“Jadi, MER-C bersama dengan WHO di bawah EMT [Emergency Medical Team] itu, beberapa negara, secara bersama, kita menuju ke Gaza, Palestina.”
Baca juga:
Menurut Sarbini, dengan kolaborasi bersama WHO, tim medis berupaya menggunakan berbagai jalur agar bisa sampai di Jalur Gaza.
“Bersama WHO adalah [cara] yang sangat tepat, sehingga kita tidak lama menunggu di Kairo.”
“Kemudian kita berkoordinasi dengan WHO, rombongan kita masuk ke Gaza pada Senin.”
“Jam 17.15 waktu Gaza, atau jam 22.15 waktu Indonesia barat,” jelas Sarbini.
Ia juga mengatakan, dari relawan MER-C yang telah sampai di Jalur Gaza–tim dokter dan perawat bedah–ditambah dengan 11 orang relawan yang saat ini sudah berada di sana.
“Berarti ada 13 relawan MER-C yang hari ini stay di sana, dan mereka bekerja minimal selama dua pekan, maksimal satu bulan.”
“Nanti ada etape. Kita mengusahakan, mengupayakan etape-etape selanjutnya, dan kami tidak mau ini berhenti, selama ada relawan kita di sana.”
Sarbini mengajak semua elemen kesehatan untuk sungguh-sungguh.
Baik itu Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perawat Nasional Indonesia (PNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan lembaga-lembaga rumah sakit serta pemerintah.
“Untuk secara bersama, berkonsorsium, atau membawa koalisi besar untuk secara beretape, berkelanjutan, Indonesia bisa mengirim tim medis ke Gaza.”
“Teman-teman sekarang berada di Rafah, Gaza Selatan, karena Gaza Tengah tidak aman, dan kami tidak diberi akses untuk ke Gaza Tengah maupun utara.”
“Secara bersama, kita menangani krisis tenaga kesehatan dan krisis rumah sakit yang ada di Gaza,” tutup Sarbini.