Ngelmu.co – Update temuan mayat pria tanpa identitas dalam toren air dengan kondisi yang telah membusuk dan membengkak.
Penemuan ini terjadi pada Senin (27/5/2024) di Gang Samid Sian, Kelurahan Pondok Aren, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.
Sutrisno–penghuni rumah yang menemukan jasad korban dalam toren–mengatakan, “[Korban adalah] warga sini, inisialnya D, rumahnya enggak jauh dari sini.”
Air Keruh dan Bau
Sutrisno menceritakan awal penemuan mayat tersebut. Ia mengaku lebih dahulu merasakan ada yang aneh dengan kondisi air di rumahnya.
Ia merasakan kondisi air yang keruh dan bau busuk sejak Ahad (26/5/2024).
Mulanya, keluarga Sutrisno hanya curiga dengan kondisi air tersebut, dan mengira penyebabnya adalah bangkai cicak.
“Dari hari Ahad itu istri saya sudah bilang sih, ‘Kok, airnya keruh?’, saya bilang, ‘Ini ‘kan sudah musim kering, mungkin dari pompanya’.”
“Terus didiamkan sampai hari Senin. Kemarin, kebetulan saya juga enggak kerja, izin. Istri saya ngomong lagi, ‘Yah, tolong dikuras saja’.”
“Saya bilang, ‘Ngapain dikuras? Kan belum lama dikuras, enggak usah’, tapi saya curiganya bangkai cicak, ‘kan dulu [airnya] juga pernah bau,” kata Sutrisno.
Ia mengira kondisi air ini tidak jauh dengan kondisi yang pernah mereka alami sebelumnya.
Namun, ternyata bau busuk itu tidak hilang berhari-hari.
“Airnya, hari Senin itu mulai bau banget, keruh, ada busanya. Sampai sekitar jam dua-an, itu masih bau banget.”
“Sampai jam empat, sudah mulai enggak begitu bau, cuma agak licin airnya.”
“Nah, bapak mertua ‘kan dekat dari sini, bilang ke saya, “Tris, katanya airnya bau?’, ‘Iya, Pak, bau banget’.”
“Saya ajak [bapak mertua] ke kamar mandi. ‘Ini masih bau, Pak, bau bangkai’, ‘Oh, iya, ini bau bangkai. Ya, sudah, cek ke toren’.”
Mayat dalam Toren
Saat Sutrisno mengecek toren, ia melihat lalat hijau di sekitar.
Lalu, ketika membuka toren, ia makin curiga bahwa itu bukan mayat cicak atau binatang.
“Ya, sudah, saya cek dulu, saya ke atas. Nah, sebelum buka, ditutup toren itu, ada lalat hijau, cuma ada tiga atau berapa.”
“Saya buka, dua sampai empat putaran, pas dibuka, wah, ini mah bukan bangkai yang saya curigai. Orang sebesar bantal.”
“Ya, sudah, langsung saya tutup, enggak lihat itu apa,” kata Sutrisno.
Usai melihat itu, Sutrisno melapor ke orang tuanya. Ia ingin memastikan jika yang ia lihat, benar mayat manusia.
“Saya turun, langsung ngomong ke bapak. ‘Pak, itu bukan bangkai cicak seperti yang saya curigai, sebesar bantal’.”
“Terus, bapak saya ke atas. Dibuka tuh sama bapak saya, ‘Wah, ini bangkai orang’.”
“Langsung kaget saya, ‘Ini, di sini [punggung], ada tato, terus ada kelihatan kuping sama rambut’, ‘Yang benar Pak?’, ‘Iya, ini bangkai orang’.”
“Terus saya teriak, saya suruh turun. [Bapak] masih saja di atas, bilang suruh lapor ke Pak RT. Saya lari ke Pak RT.”
Dipakai Mencuci dan Mandi
Sutrisno mengatakan, keluarganya sempat memakai air toren itu untuk mandi dan mencuci baju; sebelum mengetahui ada mayat di sana.
Ia mengatakan, bau tidak enak sudah tercium sejak dua hari belakangan.
“Ahad itu belum bau banget, sekeluarga sempat pakai airnya buat mandi, sikat gigi, wudu, dan cuci baju.”
“Baunya memang sudah enggak enak sejak dua hari [Ahad dan Senin],” kata Sutrisno.
Baca juga:
- Ditemukan Mayat Pria Tanpa Identitas dalam Toren Air
- Mayat Pria Tanpa Identitas dalam Toren, Warga Cium Bau Busuk
- Mayat Pria dalam Toren: Tanpa Identitas, Membusuk dan Bengkak
Pamit Beli Kopi
Darmayati (55), ibu dari pria yang ditemukan tewas dalam toren, mengatakan, sebelum hilang dan ditemukan tewas, anaknya pamit beli kopi.
Namun, yang bersangkutan tidak pulang, dan justru ditemukan tewas.
“[Sabtu, 25 Mei 2024, malam] masih ngobrol sama saya, di dalam rumah sini. Terus ia pamit mau beli kopi.”
“Tahu-tahu tidak pulang, dilacak ke kakak-kakaknya. Ia juga sempat minta kerok, karena tidak enak badan.”
“Kelaparan, perih banget perut, ‘Kerokin, Mak’, saya bilang, ‘Besok saja, Mamah capek pulang kerja’,” kata Darmayati, Selasa (28/5/2024).
Awalnya, ia mengira anaknya pergi dengan teman-temannya ke Bogor.
Namun, ia curiga, lantaran sang anak tidak dapat dihubungi, dan tidak memberi kabar apa pun; sejak pamit beli kopi.
“Ya, siapa yang tahu, orang habis bincang-bincang, ini anak ke mana, saya nanya, ‘Ke mana si Devi?’.”
“Setahu saya, kalau dia mandi ke curug, berenang sama teman-temannya, tapi [kok] enggak pulang-pulang,” jelas Darmayati yang biasa dipanggil Mimi itu.
Mengira Jemput Ponakan
Mimi kemudian menduga, sang anak, yakni Devi Karmawan alias Devoy (27), menjemput ponakannya untuk dibawa ke rumah.
Hal itu memang sering dilakukan Devoy di hari libur.
“[Hari Ahad] enggak [dicari], karena [dia bilang] ada misi nih jemput ponakan, banyak tuh dia, ‘Ya, sudah tidur, besok saja Mama ngerokinnya’.”
“Orang di mau pada main ke sini, gitu,” pikir Mimi.
Namun, tanpa diduga, ponakannya tiba di rumah, tapi Devoy justru belum kembali. Tidak ada kabar pula.
Mimi pun terus berusaha mengontaknya menggunakan ponsel, bahkan ia membelikan pulsa, semisal anaknya kehabisan pulsa.
“Iya, terus, ke mana, nih, anak? Enggak pulang-pulang. Anehnya lagi, HP aktif, sampai sekarang aktif.”
“Saya beliin pulsa, takut dia kehabisan kalau di daerah mana, gitu. Semalam saja coba [kontak], ada di mana, [pesan terkirim] centang dua.”
Sampai akhirnya, Mimi, mendengar kabar penemuan mayat dalam toren air. Tempatnya tidak jauh dari rumah; hanya berselang beberapa rumah.
“Sampai Senin, dapat kabar, ada mayat dalam toren, bertato. Coba, deh, lihat. Terus saya hubungi kakak-kakaknya, coba pada ke rumah.”
Setelah ditemukan, Mimi yakin bahwa itu adalah jasad sang anak.
Kakak Devoy juga bisa mengenalinya dari tato dan ciri di tubuh korban.
“[Devoy] anak ketiga, bungsu. Kakaknya mengenali, kakaknya paham semua fisik [korban].”
Merasa Janggal
Mimi kemudian menyampaikan kejanggalan, karena keluarganya melihat memar-memar pada tubuh Devi, setelah dievakuasi dari toren air.
Mereka pun membawa jasad korban ke Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati.
“Ada kejanggalan di hati saya. Ini anak dikeroyok. Makanya kakaknya sampai saat ini belum pulang, minta diautopsi.”
“Kayak ada sayatan. Jadi, dari pagi belum pulang,” jelas Mimi.
“[Melihat bekas cekikan] iya [sambil menunjuk ke arah leher]. Lihat secara langsung, waktu pas dibawa ke ambulans, ‘kan langsung dibawa [ke RS].”
Kini, Mimi sedang menanti jasad anaknya selesai diautopsi.
Ia ingin agar prosesnya segera selesai, karena rencananya, almarhum bakal dimakamkan di TPU Pondok Jaya.
“Dokter belum juga datang, mundur terus kayak karet, dari jam 11, sampai saat ini. Ini sudah sore.”
“Mau dimakamkan jam berapa? Kakaknya tetap saja minta diautopsi, karena enggak ikhlas, karena adiknya, begitu.”
Suara Orang Berkelahi
Sutrisno, menceritakan, tetangganya mendengar ada yang berkelahi di belakang rumah.
Suara itu bahkan terdengar seperti orang dicekik, tepatnya sekitar pukul 23.30 WIB.
“Ini kemarin, sebelum saya pulang, yang belakang rumah persis, Pak Yogi, itu kemarin bilang, dengar ada suara orang dicekik, orang berantem, dicekik.”
Yogi–tetangga Sutrisno–ini posisinya tepat berada di belakang. Artinya, rumah Yogi, berdempetan dengan toren air Sutrisno.
Maka itu mereka pun melaporkannya ke polisi.
“Di belakang rumahnya, ‘kan kebetulan mepet tuh rumahnya sama saya, dekat-dekatan.”
“Nah, [Yogi] itu mengira, saya berantem sama istri saya. Makanya Sabtu malam ke rumah saya, cari saya.”
“Kebetulan ketemu anak saya, tanya, ‘Bapak ada?’, ‘Bapak badminton, Pak’, ‘Oh, enggak, tadi ada suara orang teriak atau jerit’, ‘Saya juga dengar, saya kirain juga kutilanak’, anak saya bilang gitu,” kata Sutrisno, menceritakan.
“Cuma suara jeritan, kemarin sudah saya kasih tahu ke polisi,” jelasnya.
Saat kejadian, tidak ada yang curiga bakal ada kasus serius. Mereka hanya mendengar suara dari dua orang.
“Enggak ada [curiga], yang sebelah, yang pagar hitam, dengar suara ‘buk’, gitu.”
“Dari daerah belakang itu. Enggak tahu dari mana. Ada dua orang,” kata Sutrisno.
Saat Terendam Air, Korban Masih Hidup
Kepala RS Polri Kramat Jati, Brigjen Pol Hariyanto, mengungkapkan, Devi, masih hidup saat terendam air di dalam toren.
“Saat terendam atau tenggelam di air, kondisi masih hidup,” tuturnya, Selasa (28/5/2024).
Berdasarkan hasil autopsi, Hariyanto memastikan, tidak ditemukan luka pada tubuh mayat pria tersebut.
Meski begitu, jasad Devi disebut mengalami pembusukan lanjut.
“Tidak ada luka di tubuh. Baik karena luka benda tumpul maupun benda tajam,” kata Hariyanto.
Hasil autopsi ini sekaligus menjawab pertanyaan Mimi yang merasa janggal dengan kematian anaknya.
Sebab, berdasarkan informasi yang diterima dari salah satu anaknya melalui telepon, terdapat luka bergaris pada leher Devi, seperti bekas cekikan.
Oleh karenanya, sejak Selasa pagi hingga sore, kakak Devi mendampingi proses autopsi jenazah sang adik di RS Polri Kramat Jati.