Jacksen F. Tiago: Legenda Persebaya dan Kisah Perjalanan Menjadi Mualaf

Jacksen Ferreira Tiago—atau akrab dikenal dengan Jacksen F. Tiago—bukan sekadar nama di dunia sepak bola Indonesia.

Pria asal Brasil ini bukan hanya melekat sebagai pelatih yang sukses, tetapi juga dikenal sebagai sosok yang akrab dengan budaya Indonesia.

Baru-baru ini, ia mencuri perhatian dengan langkah barunya: resmi menjadi mualaf. Ratusan netizen kompak mengucapkan “Alhamdulillah” di kolom komentar berbagai media sosial.

Namun, siapa sebenarnya sosok Jacksen ini? Yuk, kita bahas lebih mendalam tentang kiprahnya!

 

Kisah Awal: Dari Brasil ke Indonesia

Sebagai pria kelahiran Rio de Janeiro, Brasil, 28 Mei 1968, Jacksen besar di lingkungan sepak bola sejak kecil.

Memulai karier sebagai striker, ia pernah bermain di berbagai klub di Amerika Latin, termasuk Bonsucesso FC.

Namun, langkah hidupnya berubah drastis ketika pada 1994 ia terbang ke Indonesia untuk bergabung dengan Petrokimia Putra.

Saat itulah hubungan antara Jacksen dan Indonesia mulai terjalin erat.

Jacksen ternyata tidak hanya mahir menggocek bola, tapi juga menggocek takdir hidupnya.

Di luar lapangan, ia langsung jatuh cinta pada Indonesia—bukan cuma pada sepak bolanya, tapi juga masyarakat dan budayanya.

Siapa sangka, empat tahun setelah debutnya di Petrokimia, Jacksen juga bermain untuk Persebaya Surabaya dan jadi legenda hidup tim berjuluk Bajul Ijo itu.

 


Jejak Prestasi di Persebaya dan Dunia Kepelatihan

Saat berbicara tentang Jacksen dan Persebaya, rasanya seperti membicarakan kopi dan gorengan—klop banget! Kariernya bersama Persebaya begitu cemerlang.

Pada tahun 1997, Jacksen berhasil membawa Bajul Ijo menjuarai Liga Indonesia. Gol-golnya yang mematikan membuat namanya dielu-elukan oleh Bonek—pendukung setia Persebaya.

Setelah gantung sepatu sebagai pemain, Jacksen memilih jalan baru sebagai pelatih.

Dan, tidak main-main, prestasinya sebagai pelatih bahkan lebih gemilang daripada saat ia bermain. Beberapa pencapaian besar dalam karier kepelatihannya antara lain:

  • Juara Liga Indonesia bersama Persebaya (2004)
  • Juara Liga Super Indonesia bersama Persipura Jayapura (2008-2009, 2010-2011, 2013)
  • Piala Indonesia (2006)
  • Pelatih Timnas Indonesia pada tahun 2013

Kesuksesan Jacksen di Persipura membuatnya dijuluki “Sang Arsitek Papua”.

Di bawah kendalinya, Persipura tampil solid dan mendominasi kompetisi dalam negeri.

Tidak hanya mengandalkan strategi jitu, Jacksen juga dikenal dekat dengan para pemainnya. Filosofinya sederhana tapi mengena: “Main bola harus dengan hati.”

 


Perjalanan Spiritual: Memeluk Islam

Setelah bertahun-tahun di Indonesia, Jacksen merasa bahwa hubungannya dengan negeri ini lebih dari sekadar karier.

Baru-baru ini, tepat pada Oktober 2024, ia memutuskan untuk menjadi mualaf. Kabar ini menyebar cepat dan disambut hangat oleh netizen.

Banyak yang berkomentar dengan ucapan syukur dan doa agar perjalanan spiritual Jacksen berjalan lancar.

Dalam salah satu wawancara, Jacksen mengungkapkan bahwa keputusannya untuk memeluk Islam bukan sesuatu yang mendadak.

“Ini panggilan hati,” katanya dengan senyum khas. Bukan hal baru, mengingat Jacksen memang sudah lama tertarik dengan Islam dan kerap bergaul dengan komunitas Muslim di Indonesia.

Bahkan, selama di Persipura, ia punya banyak teman dekat beragama Islam yang turut memperkenalkannya pada ajaran-ajaran agama ini.

 


Sosok yang Dekat dengan Semua Kalangan

Jacksen dikenal sebagai sosok yang hangat dan humoris. Ia bukan tipe pelatih yang senang mendikte pemainnya dengan keras.

Justru, ia lebih memilih pendekatan personal—mengajak ngobrol sambil minum kopi atau makan bersama. “Saya lebih suka kalau pemain merasa nyaman. Kalau mereka bahagia, main bolanya juga bagus,” ucapnya suatu kali.

Cerita-cerita lucu kerap mengiringi karier Jacksen. Dalam satu kesempatan, ia pernah bercanda kepada wartawan, “Kalau bukan pelatih, mungkin saya jadi stand-up comedian!”

Candaan semacam ini membuatnya jadi sosok yang disukai bukan hanya oleh pemain, tapi juga oleh para jurnalis dan fans.

Di luar sepak bola, Jacksen sering terlihat menikmati waktu bersama keluarga.

Momen-momen kebersamaan ini juga memperkuat keputusan besarnya untuk masuk Islam. “Keluarga dan kebahagiaan batin itu yang paling penting buat saya sekarang,” katanya dalam salah satu wawancara.

 


Warisan dan Dampak Jacksen di Sepak Bola Indonesia

Jacksen F. Tiago bukan hanya legenda hidup bagi klub-klub seperti Persebaya dan Persipura.

Ia juga meninggalkan jejak yang dalam bagi sepak bola Indonesia secara keseluruhan.

Tidak sedikit pemain muda yang mengidolakan Jacksen karena kombinasi unik antara kecerdasan taktik dan kerendahan hatinya.

Sebagai pelatih, Jacksen mengajarkan bahwa sepak bola lebih dari sekadar olahraga.

Baginya, sepak bola adalah cara untuk menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang. “Bola itu bulat. Sama seperti hidup, kadang kita di atas, kadang di bawah,” ujarnya sambil tertawa.

Keputusannya untuk menjadi mualaf juga menegaskan bahwa hidup memang penuh dengan kejutan.

Sama seperti strategi bola yang tak terduga, perjalanan hidup Jacksen adalah bukti bahwa cinta dan spiritualitas bisa datang dari tempat yang tak disangka-sangka.

 


Kesimpulan: Lebih dari Sekadar Pelatih

Jacksen F. Tiago telah membuktikan dirinya sebagai sosok luar biasa di dalam dan luar lapangan.

Dari seorang pemain yang mematikan di depan gawang hingga pelatih yang sukses membawa tim-tim Indonesia meraih gelar, dan kini sebagai seorang mualaf, Jacksen tetaplah sosok yang rendah hati dan bersahaja.

Netizen mungkin hanya melihatnya sebagai seorang pelatih legendaris, tapi bagi mereka yang mengenalnya lebih dekat, Jacksen adalah sahabat, mentor, dan sekarang, seorang saudara seiman.

Perjalanan hidupnya mengajarkan kita bahwa tidak ada kata terlambat untuk berubah dan menemukan makna baru dalam hidup.

Selamat datang, Jacksen, di fase baru perjalanan spiritualmu.

Semoga langkahmu selalu diberkahi dan sepak terjangmu di dunia bola—dan kini di dunia spiritual—terus menjadi inspirasi bagi banyak orang. Alhamdulillah!