Ngelmu.co – Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol Syafruddin membantah adanya masjid yang berpaham radikal dan menyerukan untuk berhati-hati dilaknat Allah karena menyebut masjid radikal. Syafruddin menegaskan kalaupun ada paham radikal, bukan masjidnya melainkan orangnya.
Sebelumnya, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) berdasarkan hasil penelitian yang mereka lakukan terhadap isi khotbah, melontarkan bahwa puluhan masjid milik pemerintah disebut terpapar paham radikal.
“Saya sangat membantah kalau ada yang mengatakan masjid itu tempat radikal. Masjid itu benda, tempat suci,” tegas Syafruddin di Kompleks Mabes Polri Jakarta, Selasa (10/7), dikutip dari Jawa Pos.
Komjen Syafruddih menegaskan agar para lembaga peneliti tidak asal melakukan penelitian. Syafruddin menyatakan jika melakukan penelitian, buat konsep yang jelas. Syafrudiin menyebut apalagi jika penelitian tersebut menyasar masjid yang notabene tempat suci umat Islam hingga menyebut terpapar paham radikal. Syafruddin menyarankan untuk berhati-hati agar tak dilaknat Allah karena menyebut masjid radikal.
Baca juga: BIN Sebut 41 Masjid di Kementerian-Lembaga-BUMN Terpapar Paham Radikal
“Kalau berbicara masjid saya bantah itu. Makanya hati-hati jangan sampai dilaknat oleh Allah menuduh-nuduh masjid radikal. Tidak mungkin,” pungkas Syafruddin.
Diketahui sebelumnya bahwa Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) telah melakukan survei terhadap 100 masjid pemerintahan di Jakarta. Terdiri atas 35 masjid di kementerian, 28 masjid di lembaga negara dan 37 masjid di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hasil survei tersebut dipaparkan di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Minggu (8/7).
Ketua Dewan Pengawas P3M Agus Muhammad mengatakan bahwa survei itu dilakukan setiap salat Jumat mulai 29 September hingga 21 Oktober 2017. Selanjutnya, tim survei menganalisis materi khotbah Jumat yang disampaikan dan mendapatkan hasil bahwa ada 41 masjid yang terindikasi radikal.
Kemudian, dari 41 masjid yang terindikasi radikal, dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi, rendah, dan sedang. Agus mengatakan bahwa survei ini sifatnya belum mencapai pada tahap kesimpulan karena hanya dianalisis melalui konten khotbah, oleh karena itu, masih perlu dilakukan penelitian lebih dalam.