Ngelmu.co – Ada yang lebih perlu untuk dilakukan, daripada sekadar menyebut mahasiswa pandir. Begitu kata seorang jurnalis, Evi Mariani Sofian.
Pendapatnya ini berangkat dari unggahan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), ‘Jokowi: The King of Lip Service’.
Siapa yang menyebut pandir? Dosen departemen ilmu komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) UI, Ade Armando.
“Ini karya BEM UI. Saya sih menghargai kebebasan berekspresi. Tapi kalau jadi lembaga yg mewakili mahasiswa UI, ya jangan kelihatan terlalu pandirlah. Dulu masuk UI, nyogok ya?”
Begitu penuturannya melalui cuitan di akun Twitter pribadi, @adearmando1, Ahad (27/6) lalu.
Kembali ke pandangan Evi, ia mengatakan, “Ketimbang nyebut-nyebut mahasiswa pandir, mari kita cek postingan BEM UI ini.”
“Apakah mencerminkan fakta? Ada yang salah gak dari postingan BEM ini?” sambungnya.
Evi, menyampaikan 11 cuitan yang ia rangkai dalam sebuah utas. Di awal, ia menjelaskan, apa sih maksud dari ‘lip service’?
“Di kamus Cambridge: to say that you agree with something but do nothing to support it.”
“Atau: mengatakan kamu setuju akan satu hal, tapi tidak berbuat apa pun untuk mendukung pernyataan tersebut.”
“Apa iya, Jokowi ‘lip service’? Mari kita cek argumennya,” lanjut Evi.
Ia, menyoroti empat poster buatan BEM UI, yang terunggah di akun media sosial resmi mereka, Sabtu (26/6) lalu.