Ngelmu.co – Akankah cuitan ‘Allahmu lemah’ membuat Ferdinand Hutahaean bernasib sama dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)?
Pasalnya, pada Selasa (4/1/2022) lalu, melalui akun Twitter @FerdinandHaean3, yang bersangkutan menulis:
“Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah, harus dibela. Kalau aku sih, Allahku luar biasa, maha segalanya, Dia-lah pembelaku selalu, dan Allahku tak perlu dibela.”
Tidak butuh waktu lama, cuitan kontroversial itu pun mengundang amarah dari sesama pengguna Twitter lainnya.
Kilas Balik
Seperti diketahui, pidato Ahok saat melakukan kunjungan kerja ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, 27 September 2016 lalu, dianggap meninstakan Islam.
Ahok yang dilaporkan pun ditetapkan sebagai tersangka penistaan agama (Qur’an Surah Al-Maida ayat 51) pada 16 November 2016 oleh Bareskrim.
Sidang pertama kasus tersebut berlangsung di tanggal 13 Desember 2016 di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara.
Lalu, pada 23 Desember 2016, lokasi sidang berpindah ke auditorium Kementan.
Hampir empat bulan berjalan, jaksa penuntut umum (JPU) menuntut Ahok dengan hukuman satu tahun penjara, pada 20 April 2017.
Ahok, pada 25 april 2017, membacakan pledoi atas kasusnya.
Tidak sampai satu bulan, 9 Mei 2017, majelis hakim memvonis Ahok dengan hukuman 2 tahun penjara. Ia terbukti melanggar Pasal 156a KUHP tentang penodaan agama.
Di hari yang sama, sebelum dibawa ke LP Cipinang untuk menjalani penahanan, Ahok mengajukan banding.
Namun, pada 6 Juni 2017, Ahok mencabut berkas banding dari PN Jakarta Utara.
Tempat penahanan Ahok pun berpindah pada 21 Juni 2017, yakni ke Mako Brimob.
Di tanggal 25 Desember 2017, Ahok mendapat remisi (pemotongan masa tahanan) Hari Raya Natal, selama 15 hari.
Ganti tahun, 2 Februari 2018, Ahok mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung (MA).
MA menggelar sidang peninjauan kembali ahok pada 26 Februari 2018.
Hakim Agung Artidjo Alkostar, tanggal 26 Maret 2018, memutuskan peninjuan kembali Ahok, ditolak.
Lebih lanjut, Ahok kembali menerima remisi dua bulan pada 17 Agustus 2018 untuk Hari Raya Kemerdekaan RI.
Ahok juga menolak bebas bersyarat, lantaran lebih memilih bebas murni.
Penahanan berlanjut, sampai yang bersangkutan kembali menerima remisi satu bulan pada 25 Desember 2018 untuk Hari Raya Natal.
Baru di 24 Januri 2019, Ahok selesai menjalani masa tahanan, dan bebas dari Rutan Mako Brimob.
Pertanyaan Hari Ini
Akankah cuitan ‘Allahmu lemah’ membuat Ferdinand bernasib sama dengan Ahok?
Pada Rabu (5/1/2022), tagar #TangkapFerdinand trending di media sosial Twitter.
Cuitan kontroversial Ferdinand, mengundang amarah publik, termasuk tokoh Nahdlatul Ulama (NU), Umar Hasibuan (Gus Umar).
Begitu juga dengan mantan Sekretaris Kementerian BUMN, M Said Didu, hingga tokoh NU lainnya, Nadirsyah Hosen (Gus Nadir).
Sadar membuat gaduh, Ferdinand pun menghapus cuitan ‘Allahmu lemah’ dari akun Twitter-nya, @FerdinandHaean3.
Mendapati hal tersebut, Founder MiniGold Indonesia Edi Hermanto, berkomentar.
“Setelah diserbu netizen dan hapus cuitan, ini nasihat terbaik dari penasihat hukum kau, Lae @FerdinandHaean3? Tidak semudah itu, Ferguso. #TangkapFerdinand.”
Demikian tutur Edi, melalui akun Twitter-nya, @EdiMahaMG, seperti Ngelmu kutip pada Rabu (5/1/2022) pagi.
Ferdinand, tetap membela diri. “Saya hapus biar enggak berisik orang seperti lu! Enggak diapa-apain, tapi merasa diapa-apain,” ujarnya tertawa.
Sebelum merespons Edi dan Gus Nadir, Ferdinand sempat mencoba mengklarifikasi cuitannya sembari menyampaikan permohonan maaf.
“Kenapa orang-orang ini ngamuk ke saya? Cuitan saya bukan untuk kalian, tapi untuk saya sendiri. Menguatkan diri saya sendiri,” klaimnya.
“Motivasi untuk diri sendiri. Cuitan saya, agar menyemangati hati saya sendiri, bahwa saya punya Tuhan yang Maha segalanya,” imbuhnya lagi.
“Kenapa kalian ngamuk? Mohon maaf bila kalian tersinggung,” lanjut Ferdinand.
Baca Juga:
Ia juga bertanya, “Masa menyemangati diri sendiri tidak boleh? Makanya sering-sering bicara dengan diri sendiri, jangan kebanyakan bicara ke orang lain.”
“Supaya mengenal diri sendiri, dan memotivasi diri sendiri, tapi baiklah, kalau ada yang merasa terganggu, saya mohon maaf. Yang pasti, cuitan saya untuk saya sendiri!” sambung Ferdinand.
Unggah Video Klarifikasi
Hari berganti, Ferdinand bukan hanya menghapus cuitan ‘Allahmu lemah’ dari akun Twitter-nya, @FerdinandHaean3.
Pria yang mengaku berpolitik untuk bangsa itu juga mengunggah video berdurasi 2 menit 17 detik untuk mengklarifikasi twit-nya.
Ferdinand yang mengaku tidak mengejar surga dan masih berbuat dosa, juga menekankan, cuitannya tidak menyasar kelompok tertentu.
Lebih lanjut, pria yang mengaku tidak beragama, tetapi bertuhan itu bilang, “Yang saya lakukan itu adalah dialog imajiner antara pikiran dan hati saya.”
Baca Juga:
Laporan Masuk ke Polisi
Jangankan untuk mengembalikan bubur ke bentuk beras, untuk kembali menjadi nasi pun sulit.
Begitu juga dengan cuitan Ferdinand. Video klarifikasinya tidak memadamkan kemarahan publik begitu saja.
Brigade Muslim Indonesia (BMI) Sulawesi Selatan (Sulsel), bahkan langsung melaporkan yang bersangkutan ke polisi.
Pihaknya meminta aparat menangkap Ferdinand, atas cuitan yang bernada ujaran kebencian: “Allahmu ternyata lemah.”
“Tadi pagi saya laporkan,” tutur Ketua BMI Sulsel Zulkifli, Rabu (5/1/2022), mengutip Detik.
Ia membuat laporan di Polda Sulsel, atas ujaran kebencian yang mereka sebut keluar dari Ferdinand.
Zulkifli menekankan, cuitan Ferdinand tidak pantas, dan mencederai umat muslim.
“[Laporan polisi] terkait ujaran kebencian mengandung SARA,” jelasnya.
“Intinya begini, [dia bilang] ‘Kasihan Allahmu lemah kenyataannya harus dibela’, kalimat itu, menurut saya, sangat mencederai umat muslim,” sambung Zulkifli.
“Karena kita tahu, Allah Maha Kuat, Maha Perkasa,” imbuhnya lagi.
Lebih lanjut, Zulkifli bilang, tidak masalah jika Ferdinand menyebut Allah tidak perlu dibela atau dikasihani.
Sebab, Allah Maha Adil, Maha Esa, Maha Bijaksana.
“Tapi kalau bahasa, bahwa Allah lemah, itu ‘kan [Ferdinand] mementahkan sifat-sifat Allah yang wajib diyakini oleh umat Islam,” tegasnya.
Maka itu Zulkifli, meminta agar polisi dapat segera memproses laporan dari pihaknya terhadap terlapor; Ferdinand Hutahaean.
“Kita berharap aparat cepat panggil [dan] periksa. Kalau unsurnya memenuhi dan bisa ditahan, tolong ditahan,” pungkasnya.
Habib Nabiel Almusawa Buka Suara
Bahkan, Habib Nabiel Almusawa menyikapi tegas cuitan Ferdinand, dengan meminta pihak kepolisian menangkap yang bersangkutan.
Sebab, menurutnya, tindakan Ferdinand, tidak dapat dibiarkan.
Habib Nabiel menyampaikan hal ini melalui akun Twitter pribadinya, @nabiel_almusawa, saat menanggapi berita berjudul:
Ferdinand Hutahaean Respons #TangkapFerdinand Gegara Cuitan ‘Allahmu Lemah’
Me-mention akun Twitter resmi dari Divisi Humas Polri dan Polda Metro Jaya, Habib Nabiel mengatakan, “Tolong orang ini [Ferdinand Hutahaean] segera ditangkap.”
“Kita enggak setuju dengan kelompok ekstremis dan radikal, tapi kita juga enggak setuju makhluk seperti ini dibiarkan bicara semaunya,” sambung Habib Nabiel.
“Tunjukkan kesamaan di hadapan hukum. Kita tunggu langkah tegas Polri. Terima kasih!” tegasnya.
Haris Pertama juga Melapor
BMI Sulses bukan satu-satunya pihak yang melaporkan Ferdinand ke polisi.
Ketua Umum DPP KNPI (2018-2021) Haris Pertama juga melaporkan Ferdinand, terkait dugaan penodaan agama atas cuitan, “Allahmu ternyata lemah.”
Namun, Ferdinand yang mengaku bakal mengikuti proses hukum, justru merasa difitnah dan bakal melaporkan balik Haris ke polisi.
“Saya juga sedang berpikir untuk mengambil langkah laporan balik, karena saya justru merasa difitnah atas laporan ini,” sebutnya.
“[Saya] Merasa diperlakukan, diseret-seret dalam sebuah atmosfer, diseret dalam situasi yang tidak saya lakukan,” lanjut Ferdinand.
“Maka ini juga adalah perbuatan pidana, menuduh saya secara serampangan dan memfitnah saya,” imbuhnya lagi.
Ferdinand juga akan mengkaji persoalan ini, di mana kemungkinan besar, ia akan melaporkan balik pelapor ke Bareskrim.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan sendiri, mengaku pihaknya telah menerima laporan, pukul 16.20 WIB, Rabu (5/1/2022) kemarin.
“Bareskrim Polri telah menerima laporan dari seseorang atas nama inisial HP, yang melaporkan adanya tindak pidana atau dugaan tindak pidana menyebarkan informasi, pemberitaan bohong, pemberitaan hoaks, yang mana dapat menerbitkan keonaran di kalangan masyarakat.”
Laporan tersebut bernomor LP/B/0007/I/2022/SPKT/Bareskrim Polri, tertanggal 5 Januari 2022. Di mana akun yang dilaporkan adalah @FerdinandHaean3.
Haris Tidak Takut
Lebih lanjut, Ngelmu juga mengutip pernyataan-pernyataan Haris, yang tertulis pada akun Twitter pribadinya, @knpiharis.
Berikut di antaranya:
Silakan kau @FerdinandHaean3 laporkan saya dan DPP KNPI, kau pikir saya takut?
Sudah salah saja kau masih mengancam orang. Sadar kau @FerdinandHaean3, jangan menjadi jemawa karena ada backing.
Ingat, nama saya Haris Pertama, demi menjaga keutuhan NKRI, maka nyawa saya pertaruhkan.
KNPI berkewajiban untuk menjaga harmoni dalam perbedaan, berdasarkan spirit Bhinneka Tunggal Ika.
Tujuan pelaporan ini bukan hanya untuk memenjarakan orang, siapa pun dia, tetapi ingin agar aparat hukum bertindak cepat dan adil.
Terhadap siapa pun yang melakukan hal-hal yang berpotensi merusak persatuan nasional dan menimbulkan keonaran yang berbau SARA.
Setelah Polri menyampaikan rilis, Haris pun mengatakan, “Hidup Polri. Semoga @FerdinandHaean3 bisa segera ditangkap.”
“Agar persatuan dan kesatuan di NKRI, tetap selalu terjaga,” tegasnya.
Ferdinand dilaporkan terkait dugaan menyebarkan informasi bermuatan permusuhan berdasarkan SARA [menyebarkan pemberitaan bohong yang dapat menerbitkan keonaran di kalangan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 a ayat 2 juncto Pasal 28 ayat 2 UU 11 Tahun 2008 tentang ITE dan juga Pasal 14 ayat 1 dan ayat 2 KUHP].
Sakiti Hati Umat Islam
Terpisah, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menyebut cuitan Ferdinand, menyakiti hati umat Islam.
“Sehingga hal ini tentu saja akan sangat menyakiti hati umat Islam,” kata Anwar dalam keterangan resminya, Rabu (5/1/2022), mengutip CNN Indonesia.
Ia juga mengaku sangat menyesalkan lontaran sinis Ferdinand, dalam cuitan tersebut.
Lebih lanjut, Anwar bertanya, mengapa Ferdinand dapat menyatakan demikian di media sosial.
Di mana sosok Ferdinand yang selama ini coba dicitrakan oleh dirinya sendiri?
Orang yang katanya menghargai perbedaan, dan mengaku tidak ingin ada pihak yang merendahkan agama lain.
“Tetapi mengapa hal ini ia langgar dan lakukan sendiri, ya?” kata Anwar.
“Saya mengimbau Ferdinand, untuk secara rendah hati, meminta maaf kepada umat Islam,” sambungnya.
“Agar pernyataannya tersebut tidak membuat gaduh negeri ini,” tutup Anwar.
Suara GP Ansor
Ketua Pimpinan Pusat GP Ansor Luqman Hakim, berharap polisi dapat bertindak tegas dengan memproses kasus Ferdinand, sampai tuntas.
Seluruh warga negara, sambungnya, berkedudukan sama di hadapan hukum.
“Tidak peduli ia berasal dari kelompok mayoritas atau minoritas. Tidak boleh ada diktator mayoritas, dan juga tidak boleh ada tirani minoritas,” tuturnya secara tertulis, Jumat (7/1/2022).
Dalam sistem demokrasi, kata Luqman, jika hukum dijalankan dengan diskriminatif, maka akan menjadi sumber perpecahan dan konflik sosial.
“Kita semua harus memiliki kesadaran ini. Kita masih dalam proses membangun karakter bangsa yang bersatu dalam keberbedaan,” ucapnya.
Maka itu Luqman mengingatkan, siapa pun yang terbukti melanggar norma-norma hukum, aparat penegak hukum harus memproses dengan seadil-adilnya.
Soal masalah keyakinan agama, lanjutnya, apalagi menyangkut ketuhanan, adalah urusan personal tiap warga negara Indonesia; yang telah dijamin serta dilindungi konstitusi.
“Maka siapa pun, tidak boleh membawa-bawa masalah keyakinan asasi itu ke ranah diskursus publik,” tegas Luqman.
“Karena pasti akan menyebabkan ketersinggungan sesama warga negara yang berbeda keyakinan,” sambungnya.
“Saya berharap, kasus cuitan Ferdinand ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, sebagai warga negara,” imbuhnya lagi.
Luqman juga menekankan, agar jangan ada lagi yang bermain-main dengan agama, apalagi menyangkut Allah, apa pun kepentingan dan tujuannya.
“Ingat, ketersinggungan dalam keyakinan agama [dan apalagi menyangkut eksistensi Allah], terbukti telah memicu banyak permusuhan dan peperangan panjang dalam sejarah peradaban manusia,” tegasnya.
‘Tidak Sama dengan Kalimat Gus Dur!’
Luqman juga mengomentari segelintir pihak yang belakangan ini membela Ferdinand, dengan menyebut cuitan yang bersangkutan senada dengan kalimat Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
“Menurut saya, cuitan Ferdinand Hutahaean [Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela…], tidak sama dengan kalimat Gus Dur yang pernah bilang, ‘Tuhan tidak perlu dibela’,” ujarnya.
“Gus Dur sama sekali tidak menghakimi bahwa Tuhan yang diyakini seseorang, keadaannya lemah, harus dibela,” sambung Luqman.
“Gus Dur justru menegaskan, Tuhan tidak perlu dibela, karena Tuhan Mahakuat dan Kuasa,” tegasnya lagi..
Sedangkan cuitan Ferdinand, menurut Luqman, dapat dikategorikan sebagai serangan penghinaan dan penistaan terhadap agama tertentu.
“Berpotensi menimbulkan keonaran dan permusuhan bernuansa agama, serta mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat,” ujarnya.
“Sangat jauh berbeda antara cuitan Ferdinand dengan perkataan Gus Dur, dan karenanya, janganlah disamakan antar keduanya!” tutup Luqman.
Kata Pendeta Hendrik dan Pendeta Gilbert
Bukan cuma umat muslim yang menyesalkan cuitan ‘Allahmu lemah’ dari Ferdinand Hutahaean.
Pendeta Hendrik Lokra dan Pendeta Gilbert Lumoindong pun demikian.
Tak Merepresentasikan Kristen
Pendeta Hendrik yang juga Direktur Eksekutif Komisi Keadilan dan Perdamaian PGI [Persatuan Gereja-gereja Indonesia], menegaskan, “[Ferdinand] Sama sekali tidak merepresentasikan Kristen.”
“[Ferdinand] Berbicara mewakili dirinya sendiri,” sambungnya yang kemudian menyampaikan, pihaknya mempersilakan kepolisian untuk memproses kasus Ferdinand.
“Kalau memang itu terkait prosedur hukum, silakan saja [diproses], ‘kan harusnya bikin konten-konten positif saja, yang menyejukkan,” tutur Pendeta Hendrik.
Lebih lanjut, ia juga menekankan, bahwa pihaknya sama sekali tidak mendukung pernyataan Ferdinand.
“Kami sesama anak bangsa, dalam kehidupan umat beragama, harus saling menghormati,” jelasnya, mengutip Fajar.
“Merayakan perbedaan sebagai anugerah dari Tuhan yang Mahakuasa di bumi Indonesia,” imbuhnya.
Keberagaman ini, lanjutnya, merupakan kekayaan bangsa Indonesia. “Tidak perlu menyudutkan, mempermasalahkan perbedaan dan keragaman itu,” tutupnya.
Minta Maaf
Pendeta Gilbert yang menjelaskan bahwa cuitan Ferdinand, tidak mewakili umat Kristiani, meminta maaf kepada semua pihak yang tersinggung.
“Sebagai umat Kristiani, saya juga meminta maaf, supaya jangan ada kegaduhan-kegaduhan, karena lepas dari apa pun, kita ‘kan satu umat,” ujarnya, Rabu (5/1/2022).
“Mudah-mudahan yang merasa tersakiti dengan cuitan rekan saya, Abang Ferdinand, kiranya saya meminta maaf,” sambungnya.
“Tidak perlu diperpanjang lagi, karena itu yang pasti bukan suara dari umat Kristiani,” jelasnya, mengutip Sindo News.
Lalu, Pendeta Gilbert menyampaikan bahwa sebenarnya menyebut, “Allahku luar biasa, Allah Mahakuasa, maupun Allah Mahasegalanya”, adalah kalimat yang wajar dan normal.
Namun, menjadi masalah ketika ada perbandingan di sana. Apalagi penyampaiannya melalui media sosial atau ruang publik.
“Karena bahasa ini sering kali kita nyatakan di gereja, bahwa ‘Allahku luar biasa’, dan saya percaya, setiap agama meyakini itu,” kata Pendeta Gilbert.
“Karena di Al-Kitab kami, ada tulisan, orang benar akan hidup oleh iman. Itulah iman kami,” sambungnya.
“Saya pikir iman dari setiap agama juga percaya, bahwa Allah luar biasa, Allah Mahakuasa, Allah Mahasegalanya,” imbuhnya lagi.
Menurutnya, pernyataan ‘Allahmu’ dan ‘Allahku’ seperti pada cuitan Ferdinand, malah menimbulkan pertanyaan, “Tuhan ada berapa?”
“Kenapa perlu ada Allahmu dan Allahku?” kata Pendeta Gilbert. “Ini menjadi rancu, menciptakan sebuah pertanyaan, ‘Allah tuh ada berapa sebetulnya?’, bukan soal Allahmu dan Allahku.”
Sebab, jika bicara Allah, sambung Pendeta Gilbert, Allah itu ‘kan esa.
“Surga itu ‘kan satu. Inilah yang ketika disampaikan di ruang publik, dan memakai kata ganti ‘mu’ dan ‘ku’, saya pikir, ini mungkin yang menjadi awal konflik,” ucapnya.
Maka itu Pendeta Gilbert, mengerti, jika ada pihak yang tersakiti atau tersinggung dengan cuitan Ferdinand.
“Orang yang merasa terzalimi, orang yang merasa tersakiti, terlukai, itu ada salurannya,” tuturnya.
“Nanti tinggal polisi mengarahkan. Apakah baiknya diselesaikan damai, atau ini ada unsur-unsur untuk diperpanjang [proses hukum]. Saya pikir Polri harus profesional,” tutup Pendeta Gilbert.
Di akhir tulisan, mari kembali ke pertanyaan awal:
“Akankah cuitan ‘Allahmu lemah’ membuat Ferdinand Hutahaean bernasib sama dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)?”
Baca Juga: