Ngelmu.co – Aktivis Sosial, Geisz Chalifah, mengkritik kinerja anggota DPRD DKI Jakarta, yang dinilainya terlalu banyak mendramatisasi satu persoalan, daripada subtansi. Salah satunya perjalanan kunjungan kerja anggota DPRD ke Surabaya.
Aktivis Sosial Geisz Chalifah ke DPRD DKI
Langkah itu dilakukan untuk memahami managemen banjir yang dikelola Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Namun, ia menilai itu sebagai cara DPRD DKI menjatuhkan wibawa Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
“Padahal terbukti, Anies jauh lebih baik dalam penanganan banjir dibanding Surabaya,” tutur Geisz, Sabtu (1/2).
Ia membandingkan Jakarta dengan Surabaya, karena DKI mendapat kiriman air dari wilayah selatan Jakarta (Bogor).
Tingkat curah hujan yang luar biasa, yakni dengan tinggi 377mm, baru terjadi sepanjang 154 tahun sekali, durasinya dari malam hingga pagi.
Sedangkan Surabaya, baru mengalami hujan selama dua jam, dengan curah hujan hanya 157 mm.
“Malah banjir menggenang di mana-mana,” ujar Geisz.
Ia juga menyoroti para anggota DPRD DKI yang sebelumnya mendorong Risma maju di Pilkada DKI, tetapi terkesan diam setelah Surabaya mengalami banjir.
“DPRD DKI, berhentilah main sinetron,” tegasnya.
Baca Juga: Bicara soal Banjir, Mampukah Walkot Surabaya Risma Jadi Gubernur DKI?
Geisz juga mengkritik sikap Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ia menilai partai tersebut lebih cocok menjadi aktor sinetron kacangan, daripada wakil warga DKI.
“Jembatan di Kemayoran yang dibangun oleh Sekneg, yang baru diresmikan, ambruk, dan itu uang rakyat, tapi mereka bungkam,” kata Geisz.
“Namun, langsung melaporkan ke KPK, hanya karena mendapatkan alamat kontraktor DKI yang menurut mereka meragukan,” imbuhnya.
Kritik PSI terhadap Anies, kata Geisz, selama ini tidak subtansial. Partai itu juga dinilai mencari sensasi.
“Lebih sekadar pembalasan dendam sebagai pecundang dalam Pilkada 2017 lalu,” sebutnya.
Sebab menurut Geisz, seharusnya anggota DPRD berterima kasih kepada Anies, karena ketika DKI dipimpin Anies, DPRD dijadikan rekan kerja dan dijaga citra-nya.
“Tapi pada masa Ahok? Mereka di-citrakan sebagai maling,” pungkasnya.