Ngelmu.co – Siapa sangka ketika Mohammed Saeed Salmani, pergi meninggalkan rumah membeli susu untuk keluarganya, harus menerima kenyataan, sang ibu meninggal dunia, karena toko dan rumahnya dibakar massa bersenjata. “Ibuku sudah tua, tak bisa berlari”, beber Salmani.
Sang Ibu Tewas Terbakar
Ia menerima kabar dari putranya, jika rumah mereka menjadi salah satu bangunan yang menjadi sasaran pelaku pembakaran.
Dilaporkan, 100 orang memasuki wilayah mereka, di perpanjangan Gamri, sekitar 1,5 kilometer dari Khajuri Khas, Delhi, India.
Ketika Salmani hendak pulang, para tetangga mengatakan, “Terlalu berbahaya, kamu bisa dibunuh, kamu hanya bisa menunggu, karena apa yang terjadi sudah terjadi,” tuturnya bercerita.
Meskipun sebagian besar keluarganya selamat dari pembakaran, sang ibu, Akbari (85), tewas di lantai tiga rumah yang juga ikut terbakar.
“Keluargaku mengunci diri, tetapi gerombolan itu membobol gerbang, dan mulai menjarah serta membakar semuanya,” kata Salmani, seperti dilansir scroll.in, Rabu (26/2).
Ibuku Sudah Tua, Tak Bisa Berlari
Ketika gerombolan massa membakar bengkel jahit Salmani, yang terletak di dua lantai pertama, keenam buruh yang bekerja di sana berlari ke atap bangunan.
Api pun terus menjalar. Seluruh keluarga dan pekerja dipaksa untuk pergi ke atap, yang sebenarnya juga dipenuhi asap.
“Ibuku sudah tua, tak bisa berlari dan bertahan dari asap, sampai akhirnya meninggal,” kata Salmani.
“Jika aku ada di sana, mungkin aku bisa menyelamatkannya ke atap,” sambungnya.
Keluarga Salmani, terjebak di atap selama satu jam, dengan keadaan asap yang terus mengepul di sekitar mereka.
Dari sana, mereka merekam peristiwa kebakaran di daerah sekitar, sembari mendengar teriakan massa kerusuhan, ‘Jai Sri Ram’ (salam Dewa Ram).
Bertahan di Atap Bangunan
Mereka baru bisa turun dari atap, setelah polisi datang dan membawa ke kantor polisi Usmanpur.
Di sanalah, akhirnya Salmani dapat bertemu dengan keluarganya, tanpa sang ibu.
“Polisi butuh 2,5 jam untuk sampai daerah kami, setelah kekerasan dimulai,” kata saksi mata, Ismail.
“Mereka berhasil membubarkan gerombolan itu untuk sementara waktu, tetapi gerombolan itu tidak takut, mereka hanya berpindah ke wilayah lain, dan terus menyerang rumah,” lanjutnya.
Menurut Ismail, wilayah Gamri, sebagian besar dihuni oleh umat Hindu.
Di sana, hanya ada sekitar 90-100 rumah Muslim, dan satu masjid, yakni Masjid Aziziya.
Kekerasan di daerah itu, pertama kali terjadi pada Senin (24/2) malam.
“Muslim sedang dalam perjalanan pulang menuju Loni, dan ketika mereka sampai di Khajuri, 100-150 umat Hindu, menyerang mereka dengan batu,” kata Ismail.
Sekitar 200 Muslim, berlindung di Masjid Aziziya, dan menginap di sana.
Selasa (25/2) pagi, sekitar pukul 10.45 waktu setempat, gerombolan massa kembali, dan meneriakkan ‘Jai Sri Ram’, dan slogan anti Muslim lainnya.
Mereka kembali menyerang orang dan rumah-rumah dengan batu dan bensin.
“Ini berlangsung selama lebih dari dua jam, di mana mereka juga membobol Masjid kami, merusak semua yang ada di dalam, dan membakar Al-Qur’an,” ungkap Ismail.
“Mereka juga coba membakar seorang pria Muslim, tetapi dia diselamatkan oleh umat Hindu setempat. Semua Muslim telah pergi dari sana, dan informasi yang didapat dari tetangga Hindu kami, massa masih berkeliaran,” pungkasnya, Rabu (26/2).
Pesan Dr Zakir Naik
Sebelumnya, Dr zakir Naik, juga telah menyampaikan pesan untuk para pemimpin Muslim di seluruh dunia, terkait kericuhan yang terjadi di India.
Baca Juga: Terkait India, Dr Zakir Naik Berpesan Kepada Para Pemimpin Muslim di Seluruh Dunia
Kerusuhan terjadi di tiga wilayah mayoritas Muslim di India, sekitar 18 kilometer dari ibu kota Delhi, Ahad (23/02).
Berawal dari kelompok pendukung RUU Amandemen Kewarganegaraan, memprotes blokade yang dilakukan oleh pihak yang menentang.
Pemimpin Bhratiya Janata Party (BJP), Kapil Mishra, dituding terlibat dalam kerusuhan ini. Sebab, sebelumnya ia mengancam kelompok yang menentang RUU kontroversial tersebut.
Mishra mengatakan, penentang akan diusir secara paksa, begitu Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, meninggalkan India.
Pasalnya, saat kekerasan berlanjut, Perdana Menteri India Nasionalis Hindu, Narendra Modi, memang sedang menjamu Trump.
Baca Juga: 2 Masjid Dirusak dalam Bentrok Hindu-Muslim India, Publik Teriakan #ShameOnYouIndia
Usai kerusuhan, kota itu terus diselimuti kegelisahan, sebab kini, bentrok bukan lagi tentang hukum kewarganegaraan baru.
Media setempat mengatakan, kekerasan sudah berubah menjadi sektarian, dengan laporan orang diserang berdasarkan agama mereka.
Wartawan BBC dari India, Faisal Mohammed, pun mengatakan jika setidaknya dua masjid dirusak dalam kerusuhan, dengan lembaran Al-Qur’an yang berserakan di tanah.