Perjuangkan Penghapusan Presidential Threshold
Dan ini cocok sekali dengan apa yang pernah disampaikan oleh Hasto Kristiyanto, sebagai Sekjen PDIP.
Bahwa, mereka tidak akan, dan tidak bisa bekerja sama dengan PKS, dan dengan Demokrat.
Kalau kita bicara mengenai, soal ideologi politik, itu agak aneh, karena Demokrat, sesungguhnya, ideologinya tengah, sementara PKS, ideologinya kanan.
Jadi, PKS, seharusnya kumpul dengan partai-partai kanan lainnya, tapi faktanya tidak ada.
Pragmatisme politik, memang akhirnya membuat segala sesuatunya menjadi relatif.
Kalau misalnya kita kaitkan hubungan PDIP dengan PKS, bisa jadi karena faktor ideologis.
Tapi hubungan Demokrat dan PDIP, bisa jadi hanya persoalan personal psikologis.
Kira-kira itu, ya, kenapa saya mengatakan, hati-hati dengan kejahatan demokrasi.
Sayang sekali memang kalau ini kita biarkan, dan kita tidak perjuangkan untuk menghilangkan Presidential Threshold.
Kalau Presidential Threshold itu dihilangkan, maka walaupun ada tujuh parpol Istana bersatu, tapi minimal, akan ada alternatif dua pasangan calon lainnya.
Baik dari saku PKS, maupun dari saku Demokrat, atau kalau mereka berkoalisi, akan head to head juga, masih ada kompetisi yang sesungguhnya.
Tapi kalau tidak… bisa jadi mereka tetap berkompetisi secara serius, tetapi itu sudah bagi-bagi di antara mereka.
Jadi, siapa pun yang gagal sebagai calon presiden dan wakil presiden, tetap akan mendapatkan portofolio kabinet.
Komentar Publik
Pernyataan Refly dalam video yang terunggah di kanal YouTube pribadinya itu pun langsung memanen komentar publik.
Salah satunya Natsir Gunansyah. “PKS ditinggal, bukan nambah sepi, tapi bekal naik dan melonjat.”
“Karena komitmenya yang dijaga. Hidup PKS. Kokoh dan tidak goyang dengan iming-iming duit dan jabatan,” imbuhnya.
Sementara bagi Cahyo, “Pemilu selanjutnya, PAN akan menjadi partai gurem. Simpatisannya akan beralih ke Partai Ummat.”
“Pilihlah partai yang jauh dari rezim, dan jauhi partai yang koalisi dengan rezim,” kata Muhammad Lin.
“Dan partai yang paling konsisten adalah PKS, dan PKS partai paling waras,” imbuhnya.
Baca Juga:
Lebih lanjut, Aria Damar, berdoa, “Semoga bangsa dan negara Indonesia, selamat dari predator-predator politik.”
Di sisi lain, Gunawan Hudi, fokus kepada bergabungnya PAN dengan koalisi Istana.
“PAN, partai oportunis nasional. Malu-maluin, ngemis jabatan-jabatan kekuasaan,” tuturnya.
“Semoga Demokrat dan PKS, tetap solid dan konsisten. Partai yang masuk ke Istana adalah partai bertopeng,” sentil Margosono.
Sedangkan Widadi Handoyo, mengaku salut dengan Refly. “Analisisnya tajam sekali. Kejahatan demokrasi harus dicegah,” tegasnya.