Ngelmu.co – Baliho berbunyi ‘Arteria Dahlan Musuh Orang Sunda’, terpasang di beberapa titik di Kota Bandung, Jawa Barat.
Salah satunya di pertigaan Jalan Diponegoro, dekat Gedung Sate.
Sampai Kamis (20/1/2022) pagi, potret baliho itu pun beredar makin luas di media sosial, khususnya Twitter.
Salah satu yang ikut mengunggahnya adalah akun @txtdaribdg_.
Arteria Dahlan Musuh Orang Sunda pic.twitter.com/2CvdcW0jKO
— txtdaribandung (@txtdaribdg_) January 19, 2022
Potret ini merupakan reaksi terhadap pernyataan Arteria.
Sebelumnya, ia meminta agar Jaksa Agung mengganti Kajati, lantaran yang bersangkutan bicara menggunakan bahasa Sunda dalam rapat kerja.
“Ada kritik sedikit, Pak JA. Ada Kajati, Pak, yang dalam rapat, dalam raker itu ngomong pakai bahasa Sunda. Ganti, Pak, itu.”
Demikian tutur Arteria dalam forum Komisi III DPR dan Kejaksaan Agung di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/1/2022) lalu.
Pernyataan tersebut jelas menuai kritikan dari berbagai pihak.
“Kita ini Indonesia, Pak. Jadi orang takut kalau ngomong pakai bahasa Sunda,” ujar Arteria.
“Nanti orang takut, ngomong apa, dan sebagainya. Kami mohon sekali yang seperti ini dilakukan penindakan tegas,” sambungnya.
@ngelmuco #Baliho berbunyi #ArteriaDahlan Musuh Orang Sunda, terpasang di pertigaan Jalan #Diponegoro dekat #GedungSate #Bandung ♬ Suling Selat Sunda – Dede Aldrian
Terlepas dari itu, bagaimana warganet menanggapi terpasangnya baliho ‘Arteria Dahlan Musuh Orang Sunda’?
Berikut di antaranya yang coba Ngelmu kutip dari media sosial Twitter:
“Jadi manusia enggak boleh sombong. Baru dikasih jabatan saja sudah berlagak,” kata @x_herry.
Pengguna Twitter @M4ngU5il, juga menanggapi ‘Arteria Dahlan musuh orang Sunda’, dengan, “…se-Indonesia sih yang benar…”
“Duh, kenapa coba orang Sunda bikin spanduk kayak gini?” sahut @hanifaadh.
“Yang mau musuhan sama beliau enggak cuma orang Sunda. Lain kali ajak-ajak dong. Trims,” sambungnya
Sementara pemilik akun @Minang_cyber, malah bertanya. “Pak KSAD enggak mau copot-copotin tuh baliho?”
Siap Dilaporkan
Di sisi lain, Arteria mengaku tidak masalah jika masyarakat melaporkannya ke MKD [Mahkamah Kehormatan Dewan], lantaran tidak terima dengan pernyataannya.
Ia menyampaikan hal ini saat merespons permintaan sejumlah pihak, termasuk Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Emil).
“Kalau saya salah ‘kan jelas, mekanismenya ada MKD, apakah pernyataan salah?” tutur Arteria di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (19/1/2022).
“Kita ini demokrasi, silakan, kalau kurang berkenan dengan pernyataan saya, silakan saja,” sambungnya.
Menurut Arteria, DPR sudah punya mekanisme, kalau publik keberatan dengan pernyataan anggota dewan.
“Izinkan saya juga menyatakan yang demikian, repot dong, kalau anggota DPR tiba-tiba seperti ini?” ujarnya.
Arteria juga mengaku, pernyataannya soal Kajati tidak bermaksud untuk mendiskreditkan masyarakat Sunda.
Ia bilang, maksud pernyatan tersebut adalah agar para jaksa tidak mempertontonkan kedekatan kedaerahan dengan menggunakan bahasa Sunda, demi mendapat posisi lebih tinggi.
Arteria juga menekankan, ia ingin agar pengisian jabatan di Korps Adhyaksa itu berdasarkan sistem merit yang terukur, objektif, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
“Saya akan marah betul di saat kita meyakinkan publik tidak ada Sunda Empire, tiba-tiba masih ada 1-2 jaksa yang, bukannya cari muka, tapi berusaha mempertontonkan kedekatannya dengan cara-cara seperti itu,” ucapnya.
Lebih lanjut, Arteria juga menyampaikan bahwa dalam rapat dengan Jaksa Agung ST Burhanuddin, Senin (17/1/2022), ia bicara selama 15 menit.
Namun, hanya yang terkait bahasa Sunda yang menjadi perbincangan publik.
“Saya yakin, banyak juga serangan, karena dari 15 menit pembicaraan saya itu, banyak sekali hal-hal yang mungkin beririsan kepentingan bagi beberapa pihak,” sebutnya.
“Jadi ini ngumpul nyerangnya, balik ke kita seperti itu,” sambung Arteria.
Baca Juga:
Sebelumnya, Emil meminta agar Arteria meminta maaf atas pernyataannya dalam rapat Komisi III yang menyinggung bahasa Sunda.
“Jadi, saya mengimbau Pak Arteria Dahlan, sebaiknya meminta maaf kepada masyarakat Sunda di Nusantara ini,” tuturnya.
“Kalau tidak dilakukan, pasti akan bereskalasi. Sebenarnya orang Sunda itu pemaaf, ya. Jadi, saya berharap itu dilakukan.”
Demikian kata Emil di sela kunjungannya di Bali, Selasa (18/1/2021) lalu.
Baca Juga: