Ngelmu.co – Ketika muslim menjadi minoritas dalam suatu wilayah atau negara, kebebasan beribadah sulit untuk didapatkan. Gerakan anti-Islam atau Islamofobia selalu menghantui muslim yang menjadi minoritas tesebut. Muslim yang menjadi minoritas terkekang aktivitas ibadahnya, bahkan nyawa juga seringkali menjadi jaminannya.
Seperti halnya yang terjadi di Cina. Pengekangan praktik beragama kembali terjadi di Cina. Pengekangan kegiatan ibadah kali ini terjadi di berbagai wilayah mayoritas Muslim di barat negara itu.
Seperti yang dilansir oleh Reuters, Rabu (17/1), pemerintah di beberapa provinsi di barat Cina mengeluarkan larangan bagi para siswa Muslim untuk mengikuti pengajian atau pelajaran agama pada libur musim dingin kali ini. Larangan yang dirilis di situs biro pendidikan ini salah satunya dikeluarkan di kota Linxia di provinsi Gansu, rumah bagi masyarakat etnis minoritas Muslim Hui.
Dalam larangan disebutkan bahwa para siswa Muslim di kota ini dilarang masuk “gedung keagamaan” seperti masjid selama liburan. Mereka juga dilarang membaca teks-teks keagamaan selama libur. Para siswa dan guru diharapkan memperkuat ideologi dan propaganda politik.
Foto larangan untuk pasa siswa muslim tersebut juga diunggah oleh Xi Wuyi, cendekiawan Marxis di Chinese Academy of Social Scientists di akun Weibo miliknya. Xi yang dikenal merupakan tokoh Islamofobia di Cina, kerap memprotes kebangkitan Islam di Cina. Xi mendukung larangan itu dengan mengatakan Cina telah melakukan tindakan konkrit karena telah memisahkan agama dan pendidikan.
Reuters mengaku kesulitan memverifikasi kebenaran dari larangan tersebut. Ketika mencoba untuk mengkonfirmasi, pejabat biro pendidikan Linxia menolak menjawab pertanyaan Reuters, bahkan menutup telepon.
Dalam kitab hukum Cina, kebebasan beragama memang dijamin oleh hukum di Cina. Namun pada praktiknya, tulis Reuters, undang-undang pendidikan dan perlindungan anak Cina menyebutkan bahwa agama tidak boleh digunakan untuk mengganggu pendidikan negara dan melarang memaksa anak untuk beragama.
Perlu diketahui, wilayah yang paling sering mendapatkan larangan ini adalah wilayah Xinjiang, tempat tinggal minoritas Muslim Uighur. Setiap Ramadhan, pemerintah Cina mengeluarkan larangan bagi pegawai negeri dan anak-anak untuk berpuasa.
Ternyata tidak hanya umat Islam Cina yang mengalami diskriminasi, pengekangan beragama juga diberlakukan untuk warga Kristiani. Tahun lalu, Sekolah Minggu dilarang di bagian tenggara kota Wenzhou, yang dijuluki “Yerusalem-nya Cina” karena populasinya mayoritas Kristen.