Tahukah Anda berapa uang yang harus digelontorkan Bank Indonesia untuk mengatasi anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sudah mencapai level psikologis Rp 14.000? Jumlahnya sungguh fantastis, mencapai US$9 miliar atau Rp 127 triliun!
Hal itu disampaikan Ekonom UOB Enrico Tanuwidjaja. Menurutnya, angka tersebut dikucurkan tatkala bank sentral mempertahankan 7-day repo rate pada level 4,25%. Sebagai perbandingan, pada 2015 BI harus menggelontorkan US$12 miliar untuk menjaga rupiah, sembari menahan suku bunga acuan.
“Kami memperkirakan Bank Indonesia (BI) telah membelanjakan US$9 miliar sepanjang tahun berjalan ini untuk mempertahankan nilai rupiah,” tulisnya dalam laporan riset yang dirilis pada Rabu pagi (9/5/2018) seperti ditulis CNBC.
Enrico menyebutkan BI pada 2013 harus membelanjakan US$ 17 miliar sambil menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 basis poin (bps) untuk menjaga nilai tukar rupiah.
Tahun 2013 dikenal sebagai tahun taper tantrum. Bank sentral AS (Fed) menyetop gelontoran pembelian surat utang AS dalam kebijakan yang dikenal sebagai quantitative easing. Kebijakan ini memicu modal asing yang sempat mengalir ke pasar negara berkembang terhenti dan mudik ke negara maju.
Per April 2018, Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa Indonesia turun US$1 miliar ke US$125 miliar, dari US$126 miliar (Maret). Angka itu cukup untuk memenuhi kebutuhan impor selama 7,7 bulan dan pembayaran impor serta utang asing selama 7,4 bulan.
“Penurunan cadangan devisa senilai US$1 miliar ittu lebih kecil dari ekspektasi terutama karena BI sebelumnya menyatakan teah melakukan intervensi dengan nilai yang lumayan beberapa pekan sebelumnya (pada April),” ujar Enrico.
Minimnya penurunan tersebut, kata dia, tidak terlepas dari penerbitan obligasi berdenominasi euro dengan tenor 7 tahun dan obligasi dolar bertenor 10 tahun. Pemerintah menerbitkan surat utang tersebut pada April.