Polanya sama. Menulis status di akun Facebook, kemudian menyebarluaskannya juga pada akun Twitter.
Bunyinya, “Jadi, jangan persoalkan identitas agama olahragawan sebagaimana jangan persoalkan identitas pejabat dan pemimpin ya”.
Pertanyaannya, apa yang mendasari Ade, menyinggung soal agama Ginting? Adakah sebelumnya yang mempersoalkan hal serupa?
Salah seorang warganet bernama Iwan, pun melayangkan kritik terhadap Ade.
“Dosen di kampus ternama @univ_indonesia, sebagai dosen komunikasi, tapi penyampaian komunikasinya penuh dengan kata-kata provokatif.”
“Memalukan dan mengerikan,” sambungnya. “Inilah benih-benih perpecahan dan saling ejek sesama anak bangsa.”
Merasa Ade, tidak salah, pemilik akun @bejoaseli, pun bertanya pada Iwan, “Tau satire enggak, Mas?”
“Apa pantas satire dengan mengunakan agama?” jawab Iwan. “Dari dulu yang menjuarai olimpiade, kita semua merasa bangga, tanpa mempermasalahkan agama.”
“Kita bangga, kita Indonesia. Sekarang ini agama dijadikan bahan konflik untuk perdebatan dan cemoohan sesama anak bangsa,” kritiknya lagi.
Akun @khoiriali, juga menyampaikan pandangannya sendiri. “Menurutku bukan satire.”
“Yang pasti, tanpa sebab, tiba-tiba bicara menyangkut SARA, mungkin ia sakit,” sambungnya.
Pemilik akun Twitter dengan pengikut lebih dari 125 ribu, @mazzini_gsp, juga menyayangkan cuitan Ade soal Ginting.
“Sampah bener lo. Panas banget kayanya liat masyarakat bersatu gara-gara dukung Badminton, pokoknya harus dipecah, apa pun caranya. Biadab.”
Cuitan yang saat Ngelmu menulis berita ini, terlah di re-tweet 239 kali, dan disukai oleh lebih dari 1.500 akun.
Sekali lagi, pertanyaannya, adakah yang mempermasalahkan agama para atlet nasional kita?
Lantas, apa alasan serta tujuan Ade, membuat status di bawah ini?
“Eh Ginting tu Islam atau Kristen?”
“Ya Kristenlaaaah …”
“Oooooh….”