Opini  

Belajar dengan Penuh Kehangatan di Desa Wisata Lebakmuncang

Desa Wisata Lebakmuncang

Ngelmu.co – Pertama kali, setelah pandemi Covid-19, usai, SMP Islam Sinar Cendekia, kembali mengadakan kegiatan Belajar Kerja Nyata (BKN), bagi siswa kelas VII dan VIII.

Kegiatan berlangsung pada 14-16 Mei 2024. BKN merupakan program unggulan SMP Islam Sinar Cendekia; dalam rangka menghidupkan pembelajaran kontekstual, sesuai dengan kearifan lokal.

Selama tiga hari dua malam, siswa tinggal di rumah orang tua asuh [homestay], dan berinteraksi dengan keluarga masing-masing, selayaknya mereka menjalankan kehidupan sehari-hari.

Pada kesempatan kali ini, kami memilih Desa Wisata Lebakmuncang di Ciwidey, Jawa Barat, sebagai partner pembelajaran.

Diresmikan oleh Pemda Jabar sebagai desa wisata sejak tahun 2011, Desa Lebakmuncang, memiliki perangkat dan tim pelaksana yang siap membantu.

Baik dalam kegiatan eksplorasi, juga kegiatan edukasi tentang budaya, dan pertanian masyarakat.

Warga Desa Lebakmuncang juga seakan sudah dipersiapkan untuk menerima kami sebagai ‘anggota keluarga baru’ selama beberapa hari.

Selain itu, desa ini juga memiliki bentang alam yang dimanfaatkan, dan dikembangkan oleh warga setempat; sebagai wahana wanawisata.

Pada hari pertama, kedatangan kami disambut dengan penampilan tari jaipong yang menjadi kesenian khas Jawa Barat.

Kepala Desa Lebakmuncang Imas Masopah juga hadir pula di tengah-tengah kami, dan dengan senang hati, ia menerima kami untuk belajar banyak hal baru.

Kegiatan pembukaan juga dihadiri oleh para ibu asuh yang raut wajahnya tampak bahagia, seakan sedang menanti anak mereka pulang dari rantauan.

Setelah kegiatan pembukaan, kami berkesempatan untuk mengenal Degung; seni gamelan khas Sunda.

Dipandu oleh Abah Dadang dan Abah Ujang, siswa belajar memainkan langsung ragam alat musik yang terdiri dari saron, bonang, kendang, dan gong.

Selain itu, mereka diperkenalkan dengan permainan tradisional, seperti egrang bambu, dan bakiak.

Dengan antusias dan penuh tawa, mereka mencoba permainan tersebut secara bergiliran.

Di hari kedua, pada pukul 05.00 pagi, para pemandu menjemput siswa di homestay untuk berjalan; mendaki Puncak Tugu.

Mereka dibekali nasi timbel oleh orang tua masing-masing untuk sarapan, sambil menikmati pemandangan desa dari atas gunung.

Meskipun medan pendakian cukup berat dan tajam, kami tetap berjalan dengan gembira, dan berhasil mencapai Puncak Tugu yang memiliki ketinggian 1.800 mdpl.

Kelelahan kami terbayar dengan kebersamaan saat sarapan. Pemandangan indah desa di pagi hari, begitu setia menemani kami.

Sambil perjalanan turun dari puncak, kami berhenti di beberapa titik untuk edukasi pertanian masyarakat desa.

Siswa dibekali wawasan tentang cara bercocok tanam stroberi, seledri, dan daun bawang, sebagai salah satu komoditas di Desa Lebakmuncang.

Mereka juga diberi kesempatan untuk coba menanam sendiri, mulai dari mempersiapkan media tanam, hingga penanaman bibitnya.

Setelah itu, dengan pakaian serta alas kaki yang kotor dan penuh tanah, sebagian siswa ada yang membersihkan diri di sungai, ada pula yang memilih untuk mencuci baju di rumahnya masing-masing.

Sore harinya, kami berkesempatan untuk mengenal berbagai macam produk makanan khas di Desa Lebakmuncang.

Siswa berkeliling ke tiga rumah yang berbeda untuk belajar membuat timus, comro, dan kerupuk palered.

Meskipun awalnya terlihat sulit, banyak siswa yang tetap mencoba, hingga akhirnya bisa.

Setelah itu, mereka diberi kesempatan untuk mencicipi hasil buatan mereka sendiri.

Adapun sebagai kegiatan penutup, esok harinya, siswa belajar membuat kerajinan tangan dari limbah plastik, membentuk seperti sendok dan botol.

Kegiatan Belajar Kerja Nyata (BKN), kali ini merupakan gabungan dengan program English Camp.

Tiap malam, siswa dilatih untuk percaya diri dalam berbahasa Inggris, melalui berbagai permainan yang menyenangkan.

Selain itu, mereka diberi tantangan untuk mempresentasikan pelajaran yang mereka dapat dari kegiatan edukasi pertanian, dengan cara apa saja. Termasuk bermain peran [roleplay].

Kegiatan malam harinya, ditutup dengan menuliskan refleksi dalam jurnal harian yang telah mereka terima sebagai bekal sebelum berangkat.

Alhamdulillah, meski terasa singkat, ada banyak hal baru yang kami dapat selama tinggal di Desa Wisata Lebakmuncang.

Kehangatan dan sikap ramah dari keluarga asuh serta tim pelaksana wisata, membuat kami merasa berat saat berpisah.

Semoga melalui kegiatan ini, siswa kami dapat lebih menghargai proses belajar, dan meningkatkan rasa syukur, khususnya ketika makan.

Menyadari dengan sepenuhnya, bahwa ada proses yang tidak mudah, butuh waktu, tenaga, dan sumber daya lain untuk mendatangkan bahan makanan, hingga sampai di hadapan mereka.

Oleh: Umi Syifa, Guru SMP Islam Sinar Cendekia