Ngelmu.co – Hingga jumat malam, (20/10) tepat di hari sidang rakyat untuk mengevaluasi tiga tahun kepemimpinan Jokowi -Jusuf Kalla, mahasiswa menerima tindakan represif dari aparat kepolisian.
Sebelumnya aparat telah berkali-kali memperingatkan mahasiswa untuk bubar, namun mahasiswa bersikeras tetap bertahan sebelum bisa bertemu langsung dengan Jokowi-JK untuk menyampaikan aspirasi mereka.
“Kami sejumlah aktivis dipukul, dijambak, dan diciduk dengan kondisi berdarah-darah,” ungkap Koordinator Pusat Aliansi BEM Seluruh Indonesia, Wildan Wahyu Nugroho.
Menurut keterangan yang disampaikan Wildan, setidaknya ada 12 mahasiswa yang ditangkap diantaranya: Yogi ali (IPB), Aditia (Unriau), Ardi (IPB), Wafiq (UB), Taufiq (UB), Golbi (B), Yahya (IPB), Susilo (IPB), Fauzan (Tazkia), Ramdhani (Unpak), Rifki abdul (akpi bogor), Gustri (Untirta)
Usai aksi pembubaran terjadi di depan istana, mahasiswa yang terpaksa bergerak mundur lalu berusaha bertahan di patung kuda sembari berkonsolidasi untuk menyelamatkan rekan-rekan Mahasiswa yang tertangkap.
“Kejadian hari ini semakin memperjelas bahwa kondisi negara sedang tidak baik-baik saja. Negara bersikap semena-mena”, tegas Wildan.
Aksi mahasiswa yang kerap meneriakan yel-yel “hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia” itu juga menggambarkan akan adanya gelombang aksi mahasiswa lanjutan.
Berdasarkan sejarah pergerakan di Indonesia, jika aksi mahasiswa yang meneriakan jeritan rakyat tidak ditanggapi serius, kondisi tersebut bisa memicu dan menimbulkan situasi yang makin bergejolak.
“Jika peringatan mahasiswa diabaikan, bersiaplah untuk Tuhan cabut kekuasaan dari tangan kalian”, tegas Wildan.