Mendengar sharing seorang ibu di grup kelasnya, bahwa ada wali murid minta tolong guru kelasnya untuk membantu anak toilet training karena masih merasa jijik dengan kotorannya sendiri.
Ini anak esde loh. Bukan tugas gurunya melakukan itu pada anakmu, wahai ibu.
Anak saya masih disuapin kalau makan, biar saja masuk boarding school nanti juga akan mandiri sendirinya.
Kalau makan dengan tangannya sendiri kesulitannya apa bu?
Anak saya ga mau makan, jadi kan saya ibunya ga tega. Ini anak yang sudah hampir lulus esde.
Dari curhatan seorang ibu, udah sekolah 6 tahun di sekolah Islam kok anakku sholatnya masih disuruh-suruh ya?
Mendengar dari teman bilang gini : keponakan nih laki-laki hampir lulus esde, selepas mandi dengan santainya masih keluar kamar mandi tanpa handuk. Ini gimana ya kalau nanti di pesantren?
Banyak sekali yang saya dengar mengenai persoalan anak yang belum tuntas dirumah tapi ingin sesegera mungkin diserahkan atau diperbaiki oleh pihak lain, biasanya ke sekolah atau boarding.
Dengan harapan, nanti juga akan bisa sendirinya kok. Mau ga mau, kan. Terpaksa pada keadaan. Disana akan dilatih. Pasti bisa.
Hei, ayah dan ibu. Ini tanggung jawab kalian lebih dulu untuk mendampingi perilakunya dengan benar. Jangan malah dilempar kelalaian ini pada orang lain untuk bisa diberesin.
Kan bingung caranya? yuk mari kita belajar bersama. Perbaiki kesalahan ini agar menjadi benar dulu. Evaluasi setelahnya jika mengalami kesulitan.
Teringat sharing materi yang disampaikan pak MHaryadi Abu Abdurrahman selepas mendengar kajian bersama ustadz Adriano, ayah perlu hadir mendidik, mengisi pemikiran anak. Ibu yang ada dirumah setiap hari memperhatikan dan memperbaiki adab dan akhlak dengan benar.
Bukankah amanah ini untuk orang tua yang akan dihisab Allah di akhirat nanti. Tidakkah kita akan kebingungan dengan jawaban apa yang bisa diberikan kepada Allah?
Membahas ini teringat oleh saya akan materi matapena oleh Abah Ihsan, di Bekasi beberapa waktu lalu. Menjadi orang tua itu butuh ilmu, pelajari caranya dengan baik, sesuai dengan tahap perkembangan anak, dan tentu sesuai syariatNya.
Karena hampir semua kita ini dibesarkan dengan bertujuan untuk bisa sekolah ditempat terbaik, kemudian segera lulus dan mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan.
Bagaimana dengan melatih peran secara khusus dan terukur menjadi seorang suami, ayah dan pendidik yang baik menurut Islam?
Bagaimana dengan kesiapan seorang anak perempuan terhadap tugas UTAMAnya nanti menjadi istri dan ibu yang terampil dirumah?
Kapan mereka belajar dan melatih diri, kalau bukan dari orang tua mereka sendiri secara langsung. Mendampingi, memperbaiki dan mengevaluasinya bersama. Bertahun-tahun, tanpa jeda. MasyaAllah ini peluang amal besar. Ga bisa digantikan. Tidak bisa diwakilkan kecuali karena keadaan.
“Barang siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, maka dia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang ikut melakukannya setelahnya tanpa dikurangi sedikit pun pahala mereka. Dan barang siapa yang mencontohkan perbuatan yang buruk dalam Islam, maka dia akan memikul dosanya dan dosa orang-orang yang ikut mengerjakannya setelahnya tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa mereka.” (HR. Muslim)
Maka hari ini, sudah sering bisa kita temukan ketidaksiapan pasangan suami istri menjalani RT mereka. Tergagap bingung mencari visi misi karena memang belum ada bayangan sejak awal pembicaraan dalam memutuskan ketika menikah.
Menjadi terbengong-bengong, ketika hadir seorang bayi dan kemudian tumbuh besar menjadi anak itu mesti bagaimana diasuhnya?
Ketidaksiapan orang tua sejak awal inilah yang sekiranya perlu segera diperbaiki dengan ilmu, agar mampu memulainya bersama anak dengan lebih baik. Bahkan menurunkan pengasuhan yang benar sesuai perintah Allah.
Jadi walaupun banyak yang terseok-seok ketika menjalani kehidupan RTnya, bukan mustahil masih ada kesempatan untuk bisa menjadi lebih baik. Selama kita tidak terburu-buru melepas anak keluar rumah jika memang belum siap dan disiapkan. Sabar dulu ya, pasti ada waktunyà kok anak kita nanti akan lebih lama diluar rumah.
Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”. (Q.S An-Nisa’: 9)
Semoga Allah senantiasa memberikan pertolongan pada orang tua yang bersungguh-sungguh bersusah payah mendidik anak-anaknya. Aamiin ya Rabbal alamiin.
Nurliani