Ngelmu.co – Betul, boikot produk solusi, tapi boikot memang bukan untuk menyelesaikan masalah.
Namun, pernyataan keberpihakan, pembelaan, berlepas dari diam, dan putus asa.
Kalau kita boikot, bukannya kita juga merugikan orang-orang yang bekerja di sana, dan ia juga muslim?
Mungkin saja, tapi bila kita tidak melakukannya, maka perasaan kita tidak akan tenang.
Sebab, mengetahui bahwa sebagian uang kita akan dipakai untuk mendanai pembantaian saudara kita sendiri.
Mengapa tidak sekalian?
Banyak produk atau jasa yang berkaitan dengan Israel, dan mendukung perang, tidak mungkin ditinggalkan semuanya.
Betul, maka yang bisa kita lakukan, itulah yang akan dihitung kelak; yang mampu akan dihisab, yang tidak mampu tidak akan dihisab.
Enggak semua orang mampu boikot produk atau jasa yang berkaitan dengan Israel.
Iya, memang. Kemampuan orang berbeda-beda, kita juga enggak menghakimi mereka yang tidak mampu.
Ini persoalan menunjuk muka sendiri, semaksimal diri sendiri. Bukan menunjuk muka orang lain dan menilai kemampuannya.
Amal itu bukan dilihat kecil atau besarnya, tapi kesungguhan hati kita.
Meski tidak berpengaruh, meski perlu sedikit lebih rumit, pastinya bila itu kebaikan, maka akan diperhitungkan.
Boikot bukan solusi, dan tidak pernah kita niatkan jadi solusi.
Sebab, solusinya adalah persatuan umat Islam, dengan ikatan hanya akidah Islam.
Dengan itu, urusan Baitul Maqdis Palestina adalah urusan semua umat muslim.
Urusan pejabat dan rakyatnya, tentara dan pasukannya.
Oleh: Ustaz Felix Siauw
Baca juga: