Ngelmu.co – Prof Budi Santosa Purwokartiko, cerita, “Mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun.”
Cerita itu ia bagi melalui status Facebook pada Rabu (27/4/2022) lalu, dan kini viral di berbagai media sosial.
Pernyataan ‘menutup kepala ala manusia gurun’, kemudian membuat Budi yang merupakan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK), menjadi ‘terlapo’.
Irvan Noviandana melaporkannya ke Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, dan juga Dirut Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Andin Hadiyanto.
Sebab, ia menilai, Budi telah menyampaikan ujaran yang bersifat SARA, sekaligus menjadi bentuk pelecehan secara verbal.
Irvan pun mengirimkan surat terbuka kepada Sri Mulyani dan Andin Hadiyanto.
Pasalnya, tulisan Budi, berkaitan dengan program seleksi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Ristek.
Tepatnya, dalam seleksi beasiswa LPDP; yang berada di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Andin bilang, “Mohon minta klarifikasi ke Dirjen Dikti Kemendikbud, ya. Kalau melihat tulisannya, beliau mewawancara untuk program Dikti,” tuturnya, Sabtu (30/4/2022).
Di sisi lain, Irvan meminta agar Budi, ditindak atas pernyataan meresahkan yang ditulisnya pada status Facebook, Rabu (27/4/2022) lalu.
Berikut bunyi surat terbuka Irvan, seperti Ngelmu kutip dari Detik:
Saya Irvan Noviandana, sebagai masyarakat, ingin menyampaikan kepada Ibu Menteri Keuangan serta Dirut LPDP.
Adanya ujaran yang bersifat SARA dan pelecehan secara verbal, yang disampaikan oleh seorang pewawancara beasiswa LPDP.
Melalui akun Facebook-nya, dengan nama Budi Santosa Purwokartiko, sebagaimana tangkapan layar yang kami unggah.
Lalu, Irvan mengungkapkan kalimat Budi, yang ia maksud:
Budi Santosa sebagai pihak yang mewawancarai peserta Program Dikti, sebagaimana yang disampaikan pada tulisannya, mengatakan kalimat yang bernuansa SARA.
Bahwa, 12 mahasiswi yang diwawancarai, tidak ada satu pun yang menutup kepala ala manusia gurun.
Sehingga otaknya benar-benar open mind, dan seterusnya.
Irvan juga bilang:
Kami sebagai umat Islam, sangat tersinggung dengan perkataan yang disampaikan secara terbuka oleh Pewawancara LPDP.
Karena merendahkan syariat agama kami, yang mewajibkan para wanita untuk menutup kepala (berhijab), sebagai bentuk kepatuhan dalam agama.
Selain itu juga, kalimat tersebut sebagai bentuk pelecehan terhadap mahasiswi dan seluruh wanita di Indonesia yang menutup kepalanya.
Di akhir surat terbukanya, Irvan meminta agar Sri Mulyani dan LPDP, menindak Budi.
Sebab, menurutnya, ini bukan kali pertamanya Budi, melontarkan kalimat yang mengandung SARA.
“Dengan surat terbuka ini, kami meminta kepada Menteri Keuangan dan Dirut LPDP.”
“Agar menindak tegas serta menertibkan para pihak yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan.”
“Dalam hal ini, khususnya Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.”
Respons ITK
Pihak ITK juga telah merespons permasalah yang terjadi akibat pernyataan salah satu rektornya.
ITK menegaskan, kata-kata Budi adalah pendapat pribadi, bukan berasal dari pihak kampus.
“Dengan ini kami informasikan bahwa, tulisan Prof Budi Santosa Purwakartiko tersebut merupakan tulisan pribadi.”
“Dan tidak ada hubungannya dengan jabatan beliau sebagai rektor ITK.”
Baca tulisan Budi, di sini:
Tulisan itulah yang membuat banyak kepala geram, sekaligus menyayangkan.
Mengapa seorang profesor, bisa asyik dengan pilihan kata yang begitu memicu perpecahan.
Dari sekian banyak yang marah, Pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, menjadi salah satu yang memberikan tanggapan:
Tulisan Prof Budi Santosa Purwokartiko ini bisa masuk kategori ‘rasis’ dan ‘xenophobic’.
Rasis: pembedaan berdasarkan ras (manusia gurun, Arab). Xenophobic: benci pada orang asing (manusia gurun).
Saya kira beliau contoh korban ‘firehose of kadrunisasi’.
Jangan dicontoh, ya!