Ngelmu.co – Richard Eliezer Pudihang Lumiu, buka-bukaan saat menjadi saksi dalam sidang lanjutan di PN Jakarta Selatan, Rabu (30/11/2022), dengan terdakwa Ricky Rizal Wibowo dan Kuat Ma’ruf.
Berikut selengkapnya:
Sambo Putri Pisah Rumah
Eliezer mengungkap bahwa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, pisah rumah.
Ia memberikan pengakuan demikian, karena sering berjaga di kediaman pribadi Sambo, Saguling.
Putri tinggal di Saguling. Namun, menurut Eliezer, Sambo lebih sering pulang ke rumah Bangka.
Eliezer: Kediaman Bangka, tamu ada di luar, di kediaman Bangka, kediaman Saguling, tidak banyak yang tahu, selain internal. Kalau Pak FS, pulang dari kantor, istirahatnya di Bangka.
Hakim: Istirahat sementara apa ke Saguling?
Eliezer: Sampai besoknya, sampai dinas lagi.
Hakim: Sering di mana FS, Bangka apa Saguling?
Eliezer: Bangka.
Hakim: Sering tinggal di mana FS, selama Saudara jadi ajudan?
Eliezer: Di Bangka, kalau di Saguling, ibadah pagi.
Hakim: Bangka dan Saguling ‘kan tidak jauh, kenapa FS, pisah rumah?
Eliezer: Biasanya beliau ‘kan pulang tengah malam, Bangka, di-swab, terus mandi-mandi.
Hakim: Saya cuman pengin tahu, apa sih kalau alasannya FS, selalu pulang malam, kenapa selalu ke Bangka?
Eliezer: Saya kurang tahu.
Hakim: Karena beberapa keterangan lain, membantah FS pisah rumah dengan PC.
Eliezer: Siap, Yang Mulia.
Hakim: Saudara mengatakan FS, pulang malam. Jam berapa?
Eliezer: Jam 9 ke atas, pernah juga Subuh.
Sambo Ingin Yosua Mati
Eliezer juga menceritakan detik-detik sebelum akhirnya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (J), dibunuh.
Ia bersaksi bahwa penembakan terhadap Yosua adalah perintah Sambo.
Awalnya, pada Jumat (8/7/2022), Eliezer diminta menemui Sambo.
Eliezer mendapati Sambo, begitu emosional. Ia pun duduk di sofa, dan mendengar cerita atasannya itu, soal peristiwa Kamis, 7 Juli; di Magelang.
Tidak lama kemudian, Putri yang ikut duduk di sofa, tampak menangis.
Eliezer: [Sambo bilang] Yosua melecehkan ibu [Putri] di Magelang. Saya kaget, takut, karena kami ajudan di Magelang.
Saya diam, dalam hati saya, “Ini betul ‘kah?”, [Sambo bilang] “Kurang ajar! Dia [Yosua] sudah enggak menghargai saya, dia menghina harkat martabat saya.”
Emosi, menangis, muka merah. Sesekali dia diam, nangis. Dia bilang, “Memang harus dikasih mati anak itu [Yosua], nanti kau yang tembak manusia itu.”
Saya enggak jawab [Sambo] sama sekali, masih antara takut, ini nyata ‘kah yang dia sampaikan?
[Sambo bilang], “Jadi gini, Chard”, skenario dia [Sambo] jelaskan…
[Sambo bilang], “Ibu dilecehkan Yosua, ibu teriak, kamu dengar, kamu respons, Yosua ketahuan, Yosua tembak kamu, kamu tembak balik, Yosua yang mati.”
Dia [Sambo] jelaskan itu, saya kaget. Saya disuruh bunuh orang. Pikiran saya kalau disuruh bunuh orang, tertekan.
[Sambo bilang], “Sudah, kamu aman, karena posisinya kamu bela ibu, kamu bela diri, ditembak duluan.”
Setelah Sambo, menjelaskan skenario tembak-menembak kepada Eliezer, ia berbisik-bisik dengan Putri.
Eliezer: Di samping itu, sempat ngobrol sama ibu, pelan. Membahas tentang CCTV, kedua, tentang sarung tangan.
Bapak bisik ke ibu, saya enggak bisa dengar, kayanya, dia [Sambo] bilang, “Iya, nanti pakai sarung tangan.”
Berdoa Sebelum Tembak Yosua
Sebelum menembak Yosua, Eliezer mengaku berdoa, agar rencana Sambo, gagal.
Eliezer: Saya berdoa, “Tuhan, kalau bisa ubah pikiran Pak Sambo, kalau bisa ubah pikiran, biar enggak jadi.”
Karena saya takut, harus cerita ke siapa lagi? Saya beraninya berdoa.
Setelah berdoa, Eliezer dipanggil keluar untuk pergi bersama Putri ke rumah Duren Tiga. Sebelumnya, mereka berada di Saguling.
Eliezer: Saya keluar, Agus bilang ke saya, ibu sudah turun, saya keluar, saya ambil masker di gudang.
Saya keluar, di mobil sudah ada Ricky Rizal, Yosua, dan di belakang ada Kuat.
Baca kesaksian selanjutnya di ‘Buka-bukaan Richard Eliezer di Sidang Pembunuhan Yosua (2)’, dan ‘Buka-bukaan Richard Eliezer di Sidang Pembunuhan Yosua (3)’