Ngelmu.co – Bagaimana cara mengetahui posisi kita di sisi Allah? Kita manusia, diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, hanya untuk menyembah-Nya.
Kita juga berupaya untuk senantiasa berbuat baik, karena ingin mengabdi kepada-Nya.
Namun, kita tak pernah tahu, siapa kita sebenarnya di sisi Allah?
Apakah kita hamba yang baik, atau justru hamba yang buruk?
Penting untuk menjawab pertanyaan ini, agar kita senantiasa dapat berintrospeksi.
Cara Mengetahui Posisi Kita di Sisi Allah
Berikut penjelasan dari Syekh Ibnu Athaillah, yang semoga dapat kita ambil hikmahnya:
إذا أردت أن تعرف قدرك عنده فانظر فيماذا يقيمك
Artinya, “Kalau mau tahu kedudukanmu di sisi Allah, lihatlah di mana Ia menempatkanmu.”
ﻓﺈﺫﺍ ﺷﻐﻠﺖ ﺑﺎﻟﺬﻛﺮ ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﻳﺬﻛﺮﻙ
Artinya, “Jika engkau disibukkan oleh zikir, maka ketahuilah bahwasannya Allah ingin untuk mengingatmu.”
ﺇﺫﺍ ﺷﻐﻠﺖ ﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ ، ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﻳﺤﺪﺛﻚ
Artinya, “Jika engkau disibukkan dengan Al-Qur’an, maka ketahuilah bahwasannya Allah ingin berbicara denganmu.”
ﺇﺫﺍ ﺷﻐﻠﺖ ﺑﺎﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ، ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻗﺮﺑﻚ
Artinya, “Jika engkau disibukkan dengan ketaatan-ketaatan, maka ketahuilah bahwasannya Allah ingin mendekatkanmu kepada-Nya.”
ﻭﺇﺫﺍ ﺍﺣﻀﺮﻙ ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻟﺲ ﺻﻠﺤﺎﺋﻪ ﻭﺃﻭﻟﻴﺎﺀﻩ ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﻳﻠﺤﻘﻚ ﺑﻬﻢ ﻓﻲ ﺣﻀﺮﺗﻪ ..
Artinya, “Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala menghadirkanmu di Majelis Orang Sholeh dan para Auliya’nya, maka ketahuilah bahwa melalui kebersamaan itu, Allah ingin memasukkanmu ke dalam Hadirat-Nya.”
ﺇﺫﺍ ﺷﻐﻠﺖ ﺑﺎﻟﺪﻋﺎﺀ ، ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﻳﻌﻄﻴﻚ
Artinya, “Jika engkau disibukkan dengan do’a, maka ketahuilah bahwasannya Allah ingin memberikan sesuatu kepadamu.”
ﺇﺫﺍ ﺷﻐﻠﺖ ﺑﺎﻟﺪﻧﻴﺎ ، ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﺃﺑﻌﺪﻙ
Artinya, “Jika engkau lebih disibukkan dengan dunia, maka ketahuilah bahwasannya Allah ingin menjauh darimu.”
ﺇﺫﺍ ﺷﻐﻠﺖ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ، ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﺃﻫﺎﻧﻚ
Artinya, “Jika engkau disibukkan dengan manusia, maka ketahuilah bahwasannya Allah hendak menghinakanmu.”
Sekadar menyampaikan, penilaian semacam ini, sebaiknya hanya dibatasi untuk mengukur diri sendiri, bukan untuk menilai orang lain.
Baca Juga:
Sebab, penilaian terhadap orang lain dapat membawa mafsadat untuk diri kita sendiri, minimal, timbul ujub dan takabbur dalam diri.
Naudzubillah… suatu larangan Allah, yang seharusnya kita hindari.
Namun, hikmahnya jelas, mendorong kita untuk terus memperbaiki pribadi.
Senantiasa memohon bimbingan Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar selalu berada di jalan yang Ia ridhai.
Wallahu a’lam.