Ngelmu.co – Warga Palestina di Jalur Gaza yang berjuang menghadapi kelaparan, terpaksa menggiling pakan ternak untuk dijadikan sebagai makanan menyerupai roti.
Mereka melakukan ini karena dilanda kelangkaan tepung terigu yang berkepanjangan di tengah blokade Israel terhadap bantuan kemanusiaan.
Warga Gaza, Awatif al-Besyuni, mengatakan, para warga terpaksa menggiling gandum dan jagung yang seharusnya digunakan sebagai pakan ternak, untuk membuat makanan sehari-hari.
Sebagaimana diberitakan Anadolu pada Rabu (7/2/2024) lalu, Besyuni menekankan kondisi kehidupan mereka yang sulit.
Ia menyebut, penduduk bukan hanya menanggung dampak perang, tetapi juga berjuang melawan kelaparan dan keadaan suhu udara yang sangat dingin.
Ia mengungkapkan, penderitaan anak-anak adalah tidak dapat dipenuhi keinginan mereka, bahkan yang paling sederhana sekalipun.
Sebab, serangan berkepanjangan Israel, begitu bengis. Anak-anak di Gaza, bahkan tidak bisa mendapatkan makanan dengan mudah.
Dunia harus turun tangan!
Menyoroti perjuangan anak-anak di tengah kelangkaan tepung untuk membuat roti, Besyuni menyerukan masyarakat internasional untuk melakukan intervensi.
Ia mendesak negara-negara Arab dan Islam untuk menekan Israel agar menghentikan perang, dan meringankan penderitaan mereka di Gaza.
Hasan Seref–seorang warga Tel al-Zaatar di utara Gaza–menggambarkan situasi tragis dengan kekurangan makanan kala itu.
Ia menekankan bagaimana dampak buruk pada anak-anak yang tidak dapat memahami kelaparan, dipaksa mengalami ini di tengah serangan dan blokade Israel.
Bahkan, persediaan makanan benar-benar habis, membuat mereka harus berpuasa hingga 48 jam.
Um Asad al-Ketri, warga yang membuat roti di sebuah rumah yang telah hancur akibat serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia, menyoroti kondisi ini.
Kondisi menyedihkan yang sedang mereka alami, hanya untuk bertahan hidup.
“Roti ini terbuat dari pakan burung,” kata al-Ketri.
Baca juga:
Para warga berupaya melunakkan roti keras yang terbuat dari bahan yang tidak layak dikonsumsi.
Bahkan, makanan itu terpaksa diberikan kepada anak-anak.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), pada November 2023, mengumumkan bahwa semua orang di Gaza, telah mengalami kerawanan pangan akibat blokade Israel; sejak 7 Oktober.
Meski adanya kesepakatan kemanusiaan yang mengizinkan masuknya bantuan ke wilayah utara selama satu pekan–mulai 24 November–pemerintahan Israel malah memperpanjang pencabutan segala bentuk pengiriman bantuan ke Gaza utara hingga awal Januari 2024, setelah jeda kemanusiaan pada November 2023.
Terbatasnya bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza, seperti yang dilaporkan oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), tidak mencukupi.
Sebab, hanya mencakup tujuh persen dari kebutuhan penduduk.
Ledakan kematian anak…
Teranyar, pada Senin (20/2/2024), UNICEF mengingatkan bahwa kekurangan makanan yang mengkhawatirkan, melonjaknya malnutrisi, dan merebaknya penyebaran penyakit, dapat memicu ledakan kematian anak di Gaza.
Setelah 20 pekan serangan Israel ke Jalur Gaza, UNICEF menyebut makanan dan air bersih sudah sangat langka di Gaza.
Bahkan, hampir semua anak kecil menderita penyakit menular.
“Jalur Gaza siap untuk menyaksikan ledakan kematian anak yang dapat dicegah, yang akan menambah tingkat kematian anak yang sudah tidak tertahankan di Gaza,” kata Wakil Kepala Aksi Kemanusiaan di UNICEF, Ted Chaiban, mengutip AFP.