Ngelmu.co – Meskipun para demonstran Hong Kong yang sampai detik ini masih melakukan unjuk rasa damai, harus terus bentrok dengan aparat kepolisian setempat, mereka tetap berjuang, untuk ikut mendukung etnis Uighur, di Xinjiang, China.
Aksi damai itu mulai berubah ricuh, ketika polisi mencoba membubarkan peserta dengan menyemprotkan lada.
Tak ingin menyerah, para pengunjuk rasa pun melawan dengan melemparkan gelas, botol, dan batu ke arah aparat.
“Bebaskan Uighur, bebaskan Hong Kong. Otonomi palsu oleh China menyebabkan genosida (pembunuhan besar-besaran),” teriak pengunjuk rasa, seperti dilansir Al Jazeera, Senin (23/12).
Nyanyian dan bendera untuk mendukung Uighur, merupakan hal biasa dalam unjuk rasa Hong Kong.
Namun, apa yang mereka lakukan di hari Ahad kemarin, menjadi yang pertama, secara khusus didedikasikan untuk Uighur.
“Kita tak akan lupa dengan mereka yang memiliki tujuan yang sama dengan kita, perjuangan kita untuk kebebasan dan demokrasi, serta kemarahan terhadap Partai Komunis China,” lanjut seorang pembicara, berteriak dengan pengeras suara.
Baca Juga: Media dan Pengguna Medsos Indonesia Jadi Pembela Uighur Nomor 1
Mereka adalah bagian dari demonstran yang selama enam bulan terakhir aktif berdemonstrasi, menuntut penerapan demokrasi di Hong Kong.
Sebagian dari mereka memakai pakaian serba hitam, lengkap dengan wajah bermasker, untuk menutupi identitas.
Unjuk rasa pun diikuti kelompok tua dan muda, yang memprotes pro Uighur, usai pemain sepak bola, Mesut Ozil, dari klub Arsenal, menyampaikan kritiknya atas kebijakan China, terhadap etnis Uighur.
Ozil yang merupakan warga Jerman keturunan Turki dan beragama Islam, menyatakan bahwa etnis Uighur merupakan pejuang yang melawan persekusi.
Ia pun mengritik kebijakan tangan besi China di Xinjiang, serta diamnya komunitas Muslim dunia.
“Saya pikir kebebasan dasar dan kemerdekaan harus berlaku untuk semua orang, tidak hanya di Hong Kong,” kata Wong, 41 tahun, massa aksi unjuk rasa.
Baca Juga: Bela Uighur, Ulama Malaysia: Boikot Produk China
Aksi damai berubah kisruh, saat sekelompok kecil demonstran mencopot bendera China dari salah satu gedung pemerintahan, di sekitar lokasi.
Mereka mencoba membakar bendera itu, meski panitia yang melihat telah mencoba menghentikan upaya pembakaran.
Melihat hal itu, polisi anti-huru hara yang ada di lokasi pun langsung masuk ke tengah massa, dan menyemprotkan lada.
Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa dan aktivis advokasi HAM, juga membeberkan data.
Disebut, ada sekitar 1 juta warga Uighur dan kelompok etnis minoritas Muslim lainnya di China, yang ditahan di kamp-kamp, di Xinjiang, sejak 2017 lalu.
Baca Juga: Sudah Menginjakkan Kaki di Xinjiang, Ustaz Azzam Sodorkan Fakta ke YM
Negara-negara Barat seperti AS dan Eropa pun ikut mengecam tindakan pemerintah China, dan menyebutnya sebagai pelanggaran HAM.
Meskipun demikian, pemerintah China masih terus beralasan, jika penahanan itu adalah pelatihan, sebagai upaya untuk melatih warga melakukan kegiatan vokasi dan keterampilan baru.
Mereka juga menyebut, kamp itu ada untuk meredam potensi terorisme dan separatisme, dan terus membantah telah memperlakukan Uighur dengan buruk.