Ngelmu.co – Melalui rapat terbatas yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat (29/5/2020) kemarin. Pemerintah telah melakukan perombakan terhadap daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Proyek yang Dihapus dari PSN
Pada rapat tersebut, terdapat sejumlah proyek yang ditambahkan, dan ada pula yang dihapus atau digantikan.
Dalam hal ini, ada dua proyek pengembangan pesawat yang dihapus dari daftar PSN. Yakni pesawat N245 dan R80 yang merupakan pesawat besutan almarhum BJ Habibie.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto menyampaikan, bahwa ada tiga proyek yang ditambahkan pemerintah ke dalam PSN 2020-2024, yakni drone atau pesawat tanpa awak.
Proyek drone tersebutlah yang menggeser posisi pesawar R80 dan N245 dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
“Terkait dengan tiga proyek drone. Di mana tiga proyek terkait pengembangan drone itu sebagai pengganti proyek yang dikeluarkan antara lain R80 dan N245. Sehingga dialihkan menjadi teknologi drone yang dianggap lebih cocok dengan situasi saat sekarang dan pengembangannya sudah dimulai oleh PTDI,” jelas Airlangga usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi.
Pesawat Rancangan BJ Habibie
Diketahui, pesawat R80 yang sempat masuk ke dalam PSN tersebut, dinaungi oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang merupakan perusahaan bentukan Habibie bersama putranya Ilham Akbar Habibie.
Sedangkan, untuk pesawat N245 digarap oleh PT Digrgantara Indonesia dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Kedua pesawat tersebut, dirancang menjadi pesawat penumpang sepenuhnya, dan digunakan dalam penerbangan jarak menengah.
Investasi untuk pengembangan kedua proyek pesawat tersebut diperkirakan sebesar 180-200 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,6 triliun.
Sebanyak 89 proyek baru akan resmi masuk dalam PSN 2020-2024. Dari 89 proyek yang disepakati, 56 proyek di antaranya merupakan usulan baru.
Semenatara 10 proyek merupakan proyek perluasan dari PSN sebelumnya. Dan 15 proyek dikelompokan sebagai program pemerintah baru, dan 8 lainnya masuk dalam sektor ketenagalistrikan.
“Dari 245 proyek baru (yang diusulkan), hanya 89 proyek yang memenuhi kriteria. Dengan demikian, 156 proyek belum direkomendasikan karena masih butuh dukungan kementerian teknis dan perlu memenuhi kriteria sebagai PSN,” ujar Airlangga.
Proyek tersebut dinilai memiliki dampak terhadap perkonomian secara langsung. Sebagaimana yang dirincikan oleh Airlangga.
Bahwa 15 PSN baru berkaitan dengan pembangunan jalan-jembatan, lima proyek bandara senilai Rp 5,6 triliun, 5 proyek kawasan industri senilai Rp 327,2 triliun, 13 proyek bendungan-irigasi senilai Rp 71,8 triliun, 1 proyek tanggung laut senilai Rp 5,68 triliun, dan 2 proyek smelter.
Selain itu, masih tersisa satu proyek penyediaan lahan pangan berupa penambahan luas lahan sawah yang berada di Kalimantan Tengah, lima proyek pelabuhan, enam proyek kereta api, 13 proyek kawasan perbatasan, 12 proyek energi, 6 proyek air bersih, 1 proyek pengelolaan sampah, dan tiga proyek pengembangan teknologi termasuk teknologi drone senilai Rp 27,17 triliun.
BJ Habibie Menyambut Baik Usulan Kementerian Perindustrian
2017 silam, mantan Presiden Republika Indonesia ke-3, BJ Habibie sangat menyambut baik usulan Kemeterian Perindustrian, di mana mereka ingin menjadikan pengembangan pesawat R80 sebagai Proyek Strategis Nasional.
Dengan potensi dan kapasitas ekonomi domestik yang besar, menurut Habibie, kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pesawat dan produk dirgantara lainnya akan terus meningkat setiap tahunnya.
“Saya rasa wajar. Apa jadinya Indonesia tanpa pesawat terbang. Kita harus membuat pesawat terbang itu karena kita tidak mampu membiayai, membayar dengan uang dari mana? Ekspor apa?” ujar Habibie.
Habibie percaya, bahwa pemerintah dan generasi tenaga Sumber Daya Manusia di industry dirgantara mampu membuat pesawat R80 yang jauh lebih baik dibanding saat kepemimpinannya.
“Kalian lebih baik keadaannya, jauh lebih sempurna dari ‘eyang’ (Habibie), kalian lebih besar, lebih pintar, bisa pakai Ipad Pro. Jadi saya sangat optimistis mengenai masa depan. Semua di tangan anda. Semua jadi ujung tombaknya R80,” ujar Habibie kala itu.
Terkait penghapusan pesawat R80 dari daftar PSN, CEO PT Regio Aviasi Industri (RAI), Agung Nugroho masih enggan berkomentar banyak soal tergesernya proyek pesawat jarak sedang ini. Sebab, hingga saat ini, ia belum mengetahui apa alasan di balik pencabutan tersebut.
“Saya enggak bisa kasih statemen sekarang. Kita pelajari main reason-nya pemerintah dan Kemenko Perekonomian mencabut status ini,” tutur Agung Nugroho kepada Republika, Jumat (29/5).
Padahal, saat ini proyek pesawat generasi terakhir dari turboprop ini sedang dalam proses mendapatkan investor dari luar negeri.
“R80 sedang dalam progres mendapatkan investor LN (luar negeri),” ujar Agung.
Dilansir dari laman Republika. Pada 2017 lalu. Saat itu, berdasarkan catatan RAI, prospek pesawat ini cukup menggembirakan. Karena sudah ada 155 pesawat R80 yang dipesan.
Ada empat perusahaan yang sudah memesannya meskipun R80 belum resmi diproduksi. Perusahaan pemesan R80 antara lain, NAM Air sebanyak 100 unit, Kalstar 25 unit, Trigana memesan 20 pesawat, dan Aviastar 10 pesawat. Namun sayangnya, karena satu perusahaan tak lagi beroperasi, jumlah pesanan menurun menjadi 130.
“Kalstar tidak beroperasi lagi, jadi sementara ini angkanya adalah 130 pesawat,” kata Agung.
Menurut Agung, pesawat R80 merupakan pesawat regional turbopop dengan kapasitas terbesar. R80 mampu memuat 80 hingga 90 penumpang di saat pesawat regional turbopop lainnya hanya mampu mengangkut 72 penumpang.
Baca Juga: Habibie dan Pesawat Itu
Fungsi R80 sangat cocok untuk kondisi di Indonesia sebagai negara maritim. Pengembangan pesawat ini sebenarnya diproyeksikan dapat menjadi pengumpan pesawat jarak jauh.
“Jadi, sama kelas dari regional turboprop, yang dirancang untuk penerbangan jarak dekat. Jadi kita buat 800 mil jarak tempuhnya, dia bisa bolak-balik tanpa isi ulang bahan bakar,” tutur Agung saat itu.