Ngelmu.co – Din Syamsuddin yang merupakan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) melakukan dialog bersama 150-an tokoh lintas agama se-Bali di Puri Den Bencingah, Klungkung, Bali, (22/12).
Pada pertemuan tersebut, Din berpesan agar harmoni antarumat beragama di Pulau Dewata, Bali, bisa tetap terpelihara. Hal tersebut harus dilakukan karena setitik noda konflik di Bali akan mudah tersebar luas ke seluruh bagian nusantara bahkan dunia.
Hadir pada dialog tersebut, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, Ketua FKUB Bali sekaligus Ketua Umum Asosiasi FKUB se Indonesia sebagai tuan rumah, Ketua Umum Parisade Hindu Dharma Indonesia Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, para pimpiman majelis-majelis agama (MUI, PGI, KWI, PHDI, Walubi, dan MATAKIN), perwakilan PW Muhammadiyah, PWNU, serta para aktivis perempuan dan pemuda lintas agama Bali.
Sebagai UKP-DKAAP, Din Syamsuddin aktif bekeliling bersilaturahmi ke simpul-simpul kerukunan di berbagai daerah. Din memandang penting Bali, karena di pulau yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini terdapat komunitas agama-agama lain yang cukup signifikan dan telah hidup berdampingan secara damai sejak lama. Sebagai tujuan wisata utama dunia, Bali selama ini dikenal di dunia dengan perbedaan dan derajat kerukunan yang cukup tinggi.
Pada kesempatan dialog tersebut, Din Syamsuddin juga memberikan apresiasi terhadap tingginya rasa saling pengertian antara umat Hindu dan umat agama-agama lain di Bali, yang bahkan terjadi pada tingkat desa di beberapa tempat di Bali. Hal ini, menurut Din, adalah modal dasar penting yang harus dipelihara dengan baik terutama terhadap upaya segelintir orang yang berwawasan sempit dan eksklusif yang cenderung memecah-belah masyarakat.
Menurut Din, dialog adalah jalan keluar terbaik untuk menyelesaikan setiap masalah yang ada.
“Kita semua harus meyakini dan menerapkan jalan dialog. Namun dialog itu harus bersifat dialogis, yakni berlangsung atas asas ketulusan, keterbukaan, keterusterangan, untuk penyelesaian masalah. Antara agama-agama jelas ada perbedaan, tetapi juga banyak persamaan. Dialog antaragama tidak bertujuan untuk menyamakan perbedaan-perbedaan itu, tetapi juga tidak untuk membedakan persamaan-persamaan yang ada. Yang penting, walau kita berbeda agama namun kita bersaudara, baik sebagai anak bangsa maupun sebagai anak manusia ciptaan Tuhan,” lanjut Din Syamsuddin yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat.
Menurut Din yang juga mantan ketua PP Muhammadiyah,, bangsa Indonesia perlu terus menerus mengacu kepada Pancasila yang merupakan kesepakatan para pendiri bangsa dari berbagai golongan dan agama. Umat beragama tidak perlu ragu-ragu terhadap Pancasila, karena nilai-nilai dalam Pancasila bersesuaian dengan agama. Karenanya, Pancasila adalah titik temu pandangan umat berbagai agama.
Dialog Din Syamsuddin bersama para tokoh lintas agama dan adat itu berlangsung akrab dan terbuka. Sejumlah wakil dari agama-agama secara bergantian memberi tanggapan positif dan menyambut baik ajakan untuk meningkatkan kerukunan dan dialog dalam menyelesaikan masalah.