Merah Putih, Merdeka!
Ustaz Hilmi Firdausi yang melayangkan doa untuk negeri pun mengajak saudara sebangsa untuk mengaminkannya.
“Ya Rabb, berkahilah bangsa ini, sejahterakan rakyatnya, ikat kami dalam persaudaraan yang erat.”
“Angkat segera musibah ini, lunasi utang-utang negara, jangan biarkan kami tersandera oleh siapa pun.”
“Hancurkan orang-orang zalim dan serakah di negeri ini. Allahu Akbar. Merdeka!”
Lebih lanjut, Ustaz Salim A Fillah, membagikan sebuah tulisan berjudul ‘Merah Putih’.
Barangkali kata ‘merdeka’ adalah perjuangan yang belum usai bagi negeri ini.
Masih panjang jalan untuk meraih makna sejatinya, merdeka dari penghambaan pada sesama makhluk, menuju peribadahan pada Al Khaliq.
Dari sempitnya dunia, menuju luasnya akhirat, dan dari kezaliman berbagai tata nilai, serta adyan menuju keadilan Islam.
Tapi mengatakan hari ini kita belum merdeka sama sekali, adalah kekurang syukuran pada mereka.
Mereka yang telah menyumbangsihkan harta hingga nyawa untuk meneriakkan kata itu, 76 tahun lalu.
Syair Al Habib Sayyid Idrus Salim Al Jufri
Datuknya Dr Salim Segaf Al Jufri, menyambut proklamasi kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945.
Beliau adalah pahlawan nasional, alim keturunan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Pendiri Al-Khairat, dan namanya, kini diabadikan sebagai nama Bandara Mutiara SIS Al Jufri, Palu.
راية العز رفرفت في سمآء
أرضها وجبالهاخضرآء
Berkibarlah bendera kemuliaan di angkasa. Di bumi yang menghijau daratan dan gunung-gunungnya.
إن يوم طلوعها يوم فخر
عظمته الأبآء والأبنآء
Sungguh hari kemunculannya menjelma waktu berbangga. Para tetua dan anak-anak memuliakannya.
كل عام يكون لليوم ذكرى
يظهر الشكر فيها والثنآء
Pada tiap tahun hari itu jadi peringatan. Nyatakan rasa syukur padanya dan pujian-pujian.
كل أمة لها رمز عز
ورمز عزنا الحمراء والبيضآء
Tiap bangsa memiliki lambang kemuliaannya, dan merah-putih adalah panji keluhuran kita.
ياسوكارنو حييت فينا سعيدا
بالدواء منك زال عنا الدآء
Hai Soekarno; kau jadikan hidup kami bahagia. Dengan obatmu hilanglah penyakit kita.
أيها الرئيس المبارك فينا
عندك اليوم للورى كالكمياء
Wahai pemimpin penuh kebaikan di tengah kita. Bagi rakyat kau hari ini laksana kimia.
باليراع وبالسياسة فقتم
ونصرتم بذا جائت الأنبآء
Dengan perantara pena dan siasatmu kau jaya. Telah terberita bahwa kau menang dengannya.
لا تبالوا بأنفس وبنين
في سبيل الأوطان نعم الفدآء
Jangan hiraukan jiwa-jiwa dan anak-anak kita. Demi Tanah Air, alangkah indah tebusannya.
خذ إلى الأمام للمعالي بأيدي
سبعين مليوناأنت والزعمآء
Gandenglah ke depan menuju kemuliaan; tangan 70 juta jiwa; kau, dan para pemimpinnya.
Indonesia Raya
Sembari mengunggah video berisi instrumental Indonesia Raya, Ustaz Hanan Attaki, bicara.
“Selalu menangis haru setiap kali mendengar lagu ini. Tersirat banyak pesan dan cerita agung di dalamnya.”
Ustaz Hanan menekankan kecintaannya pada Tanah Air. “Semoga Allah menjadikan merah putihmu selalu berkibar dalam keagungan, kemuliaan, dan kemenangan.”
“Setiap jengkal tanah di gunung dan lembahmu, setiap tetes air di laut dan sungaimu, adalah amanah di hati kami.”
“Akan kami jaga, pertahankan, siram dengan darah dan keringat kami, untuk menjadikanmu berkibar selamanya.”
“Indonesia, kau adalah cinta sejati kami. Merdeka! Allahu Akbar!”
View this post on Instagram
Ustaz Oemar Mita pun berdoa, “Untuk negeri ini, kami memberikan doa terbaik, untuk bangsa ini, kami berdedikasi untuk menebar manfaat, untuk Tanah Air ini, kami merangkai harapan dan asa.”
Halaman selanjutnya >>>