Ngelmu.co – Dua peluru kembali mengoyak ruang kerja dua anggota DPR pada hari ini, Rabu (17/10). Ini adalah kejadian kedua kalinya setelah kemarin, Selasa (16/10), peluru mengoyak dua ruang kerja anggota DPR.
Peluru pertama menerobos ruang 1008 lantai 10 kamar kerja anggota Vivi Sumantri Jayabaya dari Fraksi Partai Demokrat dan peluru kedua menerobos ruang kerja anggota Totok Daryanto dari Fraksi PAN lantai 20 ruang 2003, Gedung Nusantara I, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta.
Seperti kejadian Selasa kemarin, peluru tersebut juga diduga dari arah Lapangan Tembak yang lokasinya di seberang Gedung DPR searah dari Jalan Asia Afrika ke Palmerah.
Fahri Hamzah memberikan komentar terkait kasus ini. Fahri mendesak agar aparat kepolisian bisa mengusut peluru nyasar yang kedua ini. Menurut Fahri, jika merupakan rentetan yang sama, berasal dari Lapangan Tembak, maka harus direlokasi segera karena bagaimana mungkin sasaran tembaknya ke Gedung DPR.
Baca juga: Terjadi Lagi Penembakan di Gedung DPR!
Apalagi hal itu bisa menjadi insiden terus menerus, bukan inisiden kecil, tetapi bisa saja membunuh dan bisa jadi peristiwa besar di mana korbannya adalah pejabat politik.
Selain itu, Fahri juga mendesak agar kasus ini perlu diusut terkait kejadian ini. Kalau merupakan kasus penembakan yang lain, bukan dari Lapangan Tembak harus dicari motifnya, seperti kemarin langsung bisa ditangkap sehingga tidak menimbulkan spekulasi yang lebih besar. Apalagi, kata Fahri, di tahun politik yang bisa menyebabkan munculnya praduga tertentu yang berefek pada dinamika dan stabilitas politik.
Selain itu, Ketua Fraksi Partai Demokrat Edy Baskoro Yodhoyono (Ibas) dalam jumpa pers menyatakan bahwa bisa diduga kasus ini kegiatan terorisme atau kegiatan lain yang ingin mencederai anggota DPR atau seluruh penghuni komplek Parlemen.
Oleh karena itu, Ibas menyatakan bahwa jika benar peluru nyasar berasal dari komplek pelatihan menembak Perbakin yang terlalu dekat dengan Gedung DPR, maka pihaknya minta direlokasi. Di manapun tempat latihan menembak itu tidak berlokasi di tengah kota.
Ibas mengatakan bahwa Jakarta semakin modern, penduduk kian rapat maka tidak relevan lokasi latihan menembak di tengah kota, berada pinggir jalan raya dengan ramainya pejalan kaki maupun aktifitas orang berkendara. Ibas meminta agar untuk sementara kegiatan di lapangan tembak itu dihentikan dulu, dicarikan tempat yang lebih tepat.