Malam ini adalah malam paling memilukan bagi rezim Jokowi. Di luar negeri, di Selangor Malaysia, rencana curang telah Allah SWT ungkap dengan ditemukannya surat suara yang telah tercoblos capres 01 dan caleg partai Nasdem. Fakta ini, meneguhkan praduga curang dalam Pilpres itu nyata, bukan isapan jempol semata.
Di dalam negeri, akhirnya Da’i Umat, Da’i yang merepresentasikan nurani dan aspirasi umat, Ust Abdul Shomad (UAS) telah mengeluarkan fatwa politiknya untuk Pilpres 2019. Memang benar, fatwa ini berbentuk taushiyah agama yang dikemas dalam dialog santai antara capres 02 dan UAS.
Namun, pesan politiknya jelas. Umat tak lagi menghendaki 01, umat menitipkan aspirasi 02 melalui UAS. Umat, telah menyatakan preferensi politiknya melalui taushiyah UAS.
Dialog malam ini di sebuah stasiun TV swasta nasional, menggabungkan dimensi politik dan spiritual. Secara spiritual, UAS telah meletakan asas pijakan sebagai ulama yang tidak tergoda oleh sekerat tulang dunia yang tidak mengenyangkan. Pesan itu pula, yang disampaikan kepada Prabowo -seolah Prabowo memang telah terpilih sebagai pemimpin- di negeri mayoritas muslim ini.
Pesan untuk mentaati fatwa ulama dan bertindak adil kepada umat. Karena, ulama dan umatlah penopang utama bangsa ini. Sekaligus, membuat pagar agar tidak ada onggokan sampah dunia, yang kelak akan membebani UAS.
UAS tetap ingin menjadi dirinya seperti saat ini, seorang pendakwah yang memperbaiki keadaan umat dengan dakwahnya. Sementara kepada Prabowo, UAS berpesan untuk menjadi pemimpin yang adil, pemimpin yang amanah.
Bahkan, kontrol taushiyah ini dinobatkan dengan pemberian cinderamata mata, sebuah tasbih. Prabowo melalui media tasbih ini akan selalu mengingat setiap pesan dan taushiyah UAS, sekaligus mengingat Allah SWT. Karena, pesan UAS jelas, tasbih itu diberikan agar Prabowo membaca kalimah dzikir setiap saat, Laila ha illallah, Laila ha illallah, Laila ha illallah, Laila ha illallah.
Secara politik, pesan ini jelas kepada umat, tentang pilihan politik UAS dan harapan beliau untuk Pilpres 2019. Hal ini menjadi pukulan telak bagi rezim Jokowi. Setelah rezim berusaha membungkam aspirasi umat, akhirnya aspirasi itu tak terbendung. Keinginan untuk segera mengubur rezim yang represif dan anti Islam dibawah kendali Jokowi, tak sanggup ditutupi lagi.
Dampak fatwa politik dan spiritual UAS ini, jelas menambah berat posisi bandul politik capres 02, sekaligus menggerus posisi 01.
Saya bisa pastikan, rezim Jokowi sedang sekarat. Sisa waktu hingga 17 April, adalah sisa waktu bagi rezim untuk meminta maaf secara umum, kepada segenap umat atas semua kezaliman yang diproduksinya.
Pak Jokowi, sudahlah. Terima takdir dengan ridlo, bahwa umat sudah tak menghendaki Anda. Menepilah, agar tidak tersapu arus besar perubahan yang diusung umat.
Ah, tak sabar rasanya ingin segera bersorak sorai merayakan hari kejatuhan rezim. Ingin rasanya, segera mengunggah syair salam perpisahan dengan rezim yang represif dan anti Islam. Ya, saat itu sudah begitu dekat, bahkan indera mata ini seolah telah memandangnya.
Nasrudin Joha